18

190 7 1
                                    


Alpha menatap wajah Krisan yang masih terlelap lemas di kasur ruang VVIP. Krisan beruntung, pisau yang di gunakan oleh Ayunda tak menyentuh organ vitalnya namun tetap saja ia kehilangan banyak darah.

"Ngg---" Gumaman Krisan membuat Alpha mendongak.

"Sayang! Krisan!" Seru Alpha mengusap kening kekasihnya itu.

"Al? Aku dimana?" Tanya Krisan bingung. Ia mencoba bergerak namun ia terlihat lemas.

"Di Rumah Sakit. Jangan bergerak dulu ya."  Alpha menahan tubuh Krisan. "Mau minum?" Tanya Alpha. Krisan mengangguk.

Dengan telaten Alpha memberikan minum pada Krisan melalui botol dan tentu saja dengan sedotan yang sudah di sediakan.

"Alpha." Krisan menggenggam tangan Alpha. Pria itu menunduk dan berusaha menyembunyikan tangisnya.

"Maaf." Alpha mendongak. Terlihat matanya basah dan merah.

"Aku harusnya lebih bisa menjaga kamu." Alpha menghela nafasnya dalam.

Krisan menggeleng. "Al, denger. Aku gak apa-apa." Krisan tersenyum meyakinkan.

"Ck, jangan lebay deh Al!" Krisan menepuk puncak kepala Alpha. Pria itu memeluk tangat Krisan yang bebas dari jarum infus.

"Aku mau gila rasanya!" Alpha mendongak.

Krisan terkekeh. "Jangan gila dulu, kan kita belum ngapa-ngapain." Krisan mengedipkan matanya kanannya dengan genit.

"Nikahnya di percepat aja yuk!" Krisan tertawa. Alpha menaikkan satu alisnya.

"Ngebet banget?" Goda Alpha. Krisan tertawa lagi.

Alpha sungguh merasa sangat bahagia melihat Krisan baik-baik aja.

Pintu ruangan terbuka nampak James dan Elang di sana. Kedua pria tersebut nampak lelah. Namun mereka segera memburu Krisan dan memeluknya bergantian.

"Thank you ya Dek udah bisa kuat banget." James mengecup puncak kepala Krisan.

"Thank you, Al." James menoleh pada Alpha.

"By the way, Ayunda udah ketangkap dan dia sepertinya sudah---gila." James menatap Alpha.

"Dia depresi dan ternyata selain ia mengidap tumor selaput otak, dia juga ODHA ( Orang Dengan Hiv Aids)" James menghela nafas dalam.

"Al, kamu better check up ya." James menatap Alpha yang sedang termenung.

"Demi kebaikan bersama." Elang menambahkan.

Alpha mengangguk yakin.

Rangkaian tes sudah di lakukan dan Alpha memeluk ibundanya ketika hasilnya adalah negatif. Alpha bersih dari virus mematikan tersebut.

***

"Hai.." Sapa Krisan pada wanita yang tengah duduk di kursi taman sendirian.

"Ngapan ke sini? Mau ngetawain gue?" Ayunda berdecih pelan.

"Nggak kok, aku cuma mau lihat keadaan kamu." Krisan tersenyum.

"Maafin aku ya, gara-gara aku, kamu jadi begini." Krisan berujar dengan tulus. Ayunda membisu.

Sungguh ia pun mencintai Alpha namun rasa dendam karena di tolak dan di abaikan Alpha sejak dulu sudah mendarah daging di hati Ayunda.

Kini ketika Alpha sudah berbahagia dengan orang lain, Ayunda merasa Tuhan tak adil padanya. Ia lupa, saat sudah menikah dengan Alpha, ia tak pernah bersyukur. Ia mencari kebahagiaan versi dirinya sendiri dari pelukan pria satu ke pria lainnya hanya karena uang.

"Aku gak akan ngelepasin Alpha." Krisan menoleh begitupun di iuga dengan Ayunda.

"Dan jangan mimpi bisa merebut Alpha dari aku." Krisan beranjak membiarkan Ayunda membeku di tempatnya.

Alpha bernafas lega ketika ia tak perlu turun tangan menjaga Krisan.

"Sekarang percaya?" Tanya Krisan. Alpha memeluk Krisan erat.

"Percaya dong." Alpha mencium Krisan bertubi-tubi.

Minggu depan mereka akan menikah. Mengikat janji di hadapan Tuhan.

Hai...hai... Part seterusnya 21+ yaaaa.. hehee bersiap!!

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang