NEW FAMILY

336 46 10
                                    




Setidaknya sudah setengah jam air shower mengalir di tubuh Rosa. Sampai-sampai penghuni dormitory yang lain mengetuk pintu kamar mandi. Ya, begitulah situasi tinggal di asrama mahasiswa ini. Jangan dibayangkan berisi kamar-kamar yang luas, lengkap dengan furniture, dan kamar mandi private. Rosa dan Alya harus berbagi beberapa WC dan kamar mandi dengan penghuni dormitory lain, yang tinggal satu lantai dengan mereka. Bukan hanya dengan sesama perempuan tentunya, ada penghuni laki-laki juga, karena asrama tempat tinggal mereka adalah asrama campuran.

Untuk mengatasi masalah kamar mandi ini, Rosa dan Alya–yang untungnya tinggal di kamar bersebelahan–membuat strategi. Mereka selalu mengupayakan mandi sehabis subuh, waktu orang-orang belum bangun. Mereka mandi di waktu yang bersamaan, supaya bisa menggunakan kamar mandi yang bersebelahan. Bagaimanapun, Rosa merasa tidak nyaman ketika memakai kamar mandi dan di sebelahnya, sedang digunakan oleh penghuni laki-laki. Padahal dinding penyekat kamar mandi itu, tidak tertutup penuh di bagian atasnya. Bahkan, pernah sekali waktu, ia mendengar ada suara laki-laki dan perempuan yang sedang berbincang santai dari dalam kamar mandi yang sama. Membayangkannya saja, dia sudah merinding. Tanpa pikir panjang gadis itu keluar kamar mandi dan membatalkan agenda mandi pada hari itu.

"Lho, tumben mandi sore-sore, Ros?" tanya Alya yang kebetulan baru keluar dari toilet.

"Nggak kok, cuma wudhu aja."

"Wudhu? lama sekali? Lagipula Maghrib juga masih lama, to?" Alya tak habis pikir.

"Bersuci nggak harus sebelum sholat saja 'kan? Gimana, wajahku sudah glowing seperti putri habis mandi di air terjun bidadari?" Rosa tersenyum lebar sambil mengerjap-ngerjapkan mata bulatnya centil. 

"Halah, air terjun bidadari uopo, shower wis hampir rusak ngono kok." Alya mencibir sambil berlalu ke kamarnya.

Sepeninggal Alya, insiden di parkiran sepeda tadi kembali melintas dalam ingatan Rosa. Aroma parfum lelaki itu masih terekam jelas, meskipun ia hanya mengingat mukanya samar-samar. Rosa tidak sempat menatap wajah laki-laki rantai sepeda itu, mungkin lebih tepatnya ... tidak berani menatap wajahnya.

Kamar Rosa sudah tertata rapi. Berkat bantuan Jasmijn yang mengantarkan ke sana kemari, akhirnya Rosa dan teman-temannya bisa mencukupi furnitur kamar dalam sehari. Beberapa barang malah tidak perlu mereka beli, karena mendapat lungsuran dari mahasiswa Indonesia yang sudah pulang ke tanah air.

Usai mengganti pakaian, Rosa membuka kotak puzzle seribu keping yang dibelinya pekan lalu dan baru tersusun beberapa baris. Dia menemukan puzzle bergambar pemandangan kota Maastricht di toko barang bekas, yang ditunjukkan oleh Jasmijn. Begitu masuk ke toko yang bernama Mamamini itu, dia langsung jatuh hati. Banyak barang-barang  bekas yang unik dijual di sana dengan harga recehan. Toko ini sangat mendukung prinsip Rosa yang suka hunting barang murah, diskon, tetapi berkualitas.  Tentu saja yang dicari Rosa tidak jauh-jauh dari pernak pernik lucu dan juga mainan. Salah satu mimpi Rosa yang masih belum terwujud adalah punya perusahaan dan toko mainan. Gadis itu selalu betah berlama-lama di toko mainan meskipun kadang tidak membeli apa-apa.

Tak lama terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar.

"Rosa, makan yuk! Aku bikin gado-gado nih, buanyak," ajak Alya. Di sebelahnya sudah berdiri Zaki yang diundang khusus dari lantai dua untuk ikut makan bersama. Bagi Zaki, peluang makan enak adalah momen yang  tidak boleh disia-siakan. Sejauh ini, jenis makanan yang baru sukses dibuatnya adalah mie instan dengan berbagai varian rasa dan roti isi keju.

"Hah serius? Kamu ulek bumbu kacangnya pakai apa, Al?"

"Aku buat pakai selai kacang, ditambahkan bumbu dan air. Waktu itu, sempat dikasih tahu oleh Tante Emma." Rosa mengangguk-angguk takjub. Inilah bentuk perwujudan nyata dari pepatah 'Dimana ada kemauan di situ ada jalan'.

His ScentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang