PERJALANAN PULANG YANG MENYESAKKAN

216 36 5
                                    


"Ah ... aku lupa membawa mukena," keluh Jasmijn ketika turun dari mobil.

Setelah puas berjalan-jalan di taman tulip, Awan membawa mereka ke masjid di kota Sassenheim yang tidak jauh dari Keukenhof. Mereka berencana untuk sholat Ashar sekaligus dijamak dengan zhuhur. Awalnya Rosa mengusulkan untuk sholat di salah satu pojokan taman, tetapi ternyata Keukenhof terlalu ramai. Hampir tidak ada lokasi yang cukup sepi untuk digunakan sebagai tempat sholat. Untungnya Awan menemukan informasi tentang masjid yang sekarang mereka datangi ini.

 Untungnya Awan menemukan informasi tentang masjid yang sekarang mereka datangi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pict: Sassenheim Mosque (Google map)

"Tenang saja, aku bawa mukena, kok. Kamu saja yang pakai, aku bisa sholat dengan kerudung ini saja." Hari itu Rosa mengenakan dress panjang, dan juga kerudung yang cukup lebar. Ia memberikan mukena yang terlipat dalam tas kecil pada Jasmijn.

"Woah, mukenamu bagus ya, praktis dibawa kemana-mana." Jasmijn mengamati mukena katun jepang bermotif bunga-bunga itu.

"Alhamdulillah ... Kalau begitu, mukena ini buat kamu saja. Supaya mudah disimpan di tas. Aku masih punya satu lagi kok di rumah."

Jasmijn tampak senang sekali. Sebetulnya, selama ini Jasmijn merasa kesulitan dan sungkan untuk sholat di luar rumah. Karena itu, kadang-kadang dia belum bisa menunaikan sholat lima waktu jika sedang berada di luar. Sejak sering bepergian bersama Rosa, ia merasa punya teman dan lebih percaya diri untuk Sholat, meskipun kadang terpaksa di tempat terbuka. Hanya saja, Jasmijn belum otomatis membawa mukena sebelum keluar rumah.

"Thank you, Rosa," ujar Awan yang tiba-tiba sudah berjalan di sebelahnya. Mereka tangah berjalan menuju ke tempat parkir, usai sholat di masjid.

"Terima kasih untuk?" tanya Rosa bingung.

"For taking care of my sister."

"Tidak perlu berterima kasih, she is my friend. You can count on me ...."

Awan mengangguk kemudian tersenyum lebar. Menunaikan sholat wajib lima waktu adalah resolusi Jasmijn yang selama ini masih belum bisa ia penuhi. Sama dengan adiknya, Awan juga punya satu resolusi lain yang masih sulit dipenuhinya hingga saat ini. Meninggalkan minuman beralkohol.

Awan dan Jasmijn terlahir dalam keluarga muslim dengan ayah yang berstatus muallaf. Sejak kecil mereka mendapatkan pendidikan Islam hanya dari Tante Emma. Meskipun tidak menempuh sekolah agama secara formal, Tante Emma tinggal di daerah sekitar pesantren pada masa remajanya. Lingkungan ini membuat Tante Emma memegang prinsip-prinsip Islam dengan kuat. Ketika Awan dan Jasmijn masih kecil, Tante Emma selalu dengan sabar mengajari mereka bacaan sholat dan juga membaca al quran. Dengan segala keterbatasan yang ada dan lingkungan yang kurang mendukung, membuat mereka belum bisa menjalankan ajaran Islam secara keseluruhan dengan baik. Meskipun begitu, ada satu hal yang sangat ditekankan oleh kedua orang tua mereka, yaitu menjaga pergaulan. Meskipun tinggal di negara yang sangat bebas, untuk hal yang satu ini, Mama dan Papa mereka sangat tegas dan tidak ada kata ampun. Siapa yang berani macam-macam, akan dicoret dari daftar keluarga.

His ScentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang