FANTASTIC WEDDING

469 33 10
                                    

"Irooos, Awaaan!" lengking suara Regina terdengar sayup-sayup di telinga Rosa. Setengah sadar ia duduk, menatap jam yang masih menunjuk puluk tiga dini hari.  Di sebelahnya Awan masih pulas. Dengan berjingkat, Rosa membuka pitu kamar,

"Apaan sih Kak In...." Rosa tak bisa menuntaskan kalimatnya melihat Regina sudah berdandan lengkap di depan matanya, kalau mukanya sedang tidak kesal, pasti dia bagai Putri Elsa dari Arandelle. Gaun biru berhiaskan berlian kecil dipadu dengan kerudung sutra senada menjulur hingga ke bawah sungguh pas dikenakan Regina, ditambah tiara kecil di atas. Sempurna.

"Iros, this is the D Day, kamu nggak lupa kan?" di belakang Regina, Mami sudah berhias dengan kostum putri salju, lalu Papi tiba-tiba datang mencium pipi istrinya, Papi berdandan bak .. Pangeran Tampan dari negeri dongeng!

Rosa menepuk kening, mengacak-acak rambutnya sendiri yang sudah acak-acakan. "I... iya, tunggu lima menit, aku bangunkan Awan."

Selama setengah jam, MUA mendandani mereka dengan super cepat. Segera setelah sholat shubuh berjamaah, rombongan melaju.
"Rosa, kamu cantik sekali..." puji Awan seraya matanya tak berkedip.

"Kenalkan, aku Putri Anna from Arandelle... Haha, kak Inah is unbelievable!" entah sudah berapa kali Rosa membuka cermin kecilnya, mengagumi riasan wajah dan kerudungnya, lalu memegang tiap milimeter gaun yang bahkan terlihat jauh lebih bagus daripada di kartun.

"Gimana, aku ganteng kan kayak Sven?" Awan menepuk-nepuk dadanya yang dibalut kemeja coklat dibalut rompi kulit berwarna senada.
"Sven? itu sih si Rusa kutub, namamu Kristoff!" Rosa mendorong bahu Awan pelan, tapi Awan pura pura menabrak jendela seakan didorong sangat keras.

"Oh, aku lupa, kan aku belum pernah menonton filmnya."

"Yang benar saja, nanti malam kamu harus tonton! Eh, kita kemana sih, Pak Eddy?"

"Kata mbak Regina, RAHASIA!" jawab sopir senior itu sambil tersenyum simpul. Orang tua itu memilih berdandan ala Woody di Toy Story, "Anak-anak saya juga sudah menunggu di sana lo, mbak Ros."

"Beneran Pak? waduh... ayo cepet Pak! Kebuut!"

Pak Eddy cuma geleng-geleng kepala, tentu saja hal itu tak dikabulkan karena keselamatan Tuan Puteri adalah nomer satu.
__

Pukul tujuh pagi. Matahari sudah mulai terang, tapi udara masih sejuk. Mobil mereka parkir di depan sebuah lapangan rumput. "Silakan turun mbak Iros, saya cari parkir dulu."
Rosa terbengong, "di lapangan rumput kosong begini, Pak?"

"Iya, Mbak, Duh maaf ya, mba Iros sama mas Awan harus cepet turun sekarang, nanti saya nggak dapat parkir" pak Eddy tampak tergesa, padahal beliau biasanya selalu memastikan Rosa menapak di tempat paling nyaman begitu turun dari mobil.

Rosa dan Awan terpaksa turun. Mereka melihat sekeliling, hanya padang rumput yang masih basah karena embun semalam. Namun, Rosa bisa melihat bianglala besar dan kereta gantung menyembul di balik pepohonan besar.

"Permisi, Tuan Awan dan Nyonya Rosa?" seorang pemuda berbadan tegap membawa dua ekor kuda putih yang gagah di belakangnya. Rosa dan Awan mengangguk.
"Ini kuda-kuda untuk tunggangan Tuan dan Nyonya. Silakan menuju gerbang putih di sana." lelaki itu menunjuk gerbang kayu besar di antara pepohonan.

Rosa menatap mata Awan yang sama-sama bingung, tapi sesuai janjinya kepada Regina, ia hanya akan menurut. Kostum mereka berdua yang dilengkapi sepatu boot tinggi memang pas sekali untuk berkuda. Ini tentu bagian dari rencana.

Tiba-tiba saja jantung Rosa berdebar kencang saat langkah kuda mendekat ke gerbang, dia sangat bersemangat. Padahal, entah apa yang direncanakan Regina untuknya.

Begitu gerbang dibuka, ratusan anak-anak dengan kostum putri dan pangeran warna warni menyambut, lalu anak-anak lain yang mengenakan  kostum kuda poni dari karaktee  My Little Pony masuk. Mereka mulai menari. Sebuah lagu mengiringi tarian meriah itu.

His ScentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang