SELF THERAPY

167 29 8
                                    

Rosa memilin rambutnya, wajahnya menatap layar laptop, kusut. Pikirannya sibuk mengenang insiden pekan lalu. "Tak boleh terjadi dua kali. Bagaimana bisa cewek itu dengan santai mengusapkan handuk ke kepala Awan? Bagaimana kalau terjadi lagi? Apa aku akan jadi patung lagi?" gerutunya sambil mengetikkan kalimat di mesin pencari : "Desensitazion" 

Rosa mengambil iPad, menggambar sebuah tabel, dan mulailah dia menuliskan dua hal yang paling dia takuti sekaligus ingin ia atasi. Dua hal yang dia kenali akan membuatnya cemas bahkan panik dan mencegahnya untuk segera menolong Awan saat itu.
Berdekatan dengan pria
Aroma parfum Awan
Pipinya tiba-tiba memerah sehingga buru-buru dia hapus nama Awan, digantinya dengan nama "White Cloud Prince". Lalu di atas tabel itu dibubuhi judul : "Misi Putri Mawar Putih Melawan Monster Penghalang Cinta". Rossa geli sendiri dengan kata "cinta" yang baru ditulisnya, Benarkah ini cinta? Ah, bukan, ini hanya kata-kata seru agar terasa seperti kisah dongeng sungguhan.

Rossa melanjutkan menulis rencana-rencananya sampai larut malam. Bahkan Alya yang mengerjakan tugas pun sudah tertidur lelap. Seperti biasa, Rosa membetulkan selimut Alya yang sudah hampir jatuh ke lantai. Sebelum tidur, dia memandang langit-langit dan berkata pada dirinya sendiri. "Bismillah! kamu pasti bisa, Rosalba! Man Jada wa Jadda, Ganbatte, Fighting!" katanya sambil mengepalkan tangan ke udara. Sedetik kemudian ia tertidur lelap dengan senyum tersungging.

"Alya, temani aku yuk!" Pagi sekali Rosa sudah siap, ia membangunkan Alya yang masih asyik di pantai mimpi.

"Kemana to Ros, masih pagi! Aku mau puas-puasin tidur mumpung libur." Alya menarik selimutnya. Rosa cemberut, terpaksa pergi sendiri. Tidak mungkin dia mengajak Jasmijn, anak pintar itu bisa dengan mudah menebak arah misinya.

Rosa mengecek tasnya. Minyak angin, dua sachet minuman jahe serbuk, bahkan kaleng oksigen kecil sudah siap di sana. Dengan bersepeda, dia melaju ke sebuah toko khusus parfum di dekat Grote Markt. Ya ... tampaknya toko-toko belum pada buka, tapi setidaknya ia ingin memulai hari ini dengan menghirup udara pagi yang segar dan menonton aktivitas para pedagang yang menyiapkan lapaknya.
Sudah dua menit Rosa berdiri di depan pintu toko. Pintu kaca otomatis di depannya sudah membuka dan menutup berkali-kali. Aroma wangi dari dalam toko itu tercium sampai keluar. Tak pernah dia duga, kakinya terasa berat bagai diikat batu kali. Akhirnya, Rosa berkata pada dirinya sendiri. Tenang Puteri Mawar Putih, tenang, kamu sudah siap, ya, kamu harus siap. Kamu harus berani melawan monster-monster itu. Rosa mengembuskan napas sambil membayangkan melempar batu-batu di kakinya, bismillah.

Rosa berkeliling di area parfum pria. Satu per satu sample parfum dicobanya. Rosa menyangka ini adalah tugas mudah karena hanya satu aroma yang bisa dia ingat betul. Tetapi ternyata mencium parfum sebanyak itu mulai membuat Rosa pusing dan hidungnya terasa kering. Rosa makin sakit kepala melihat masih beberapa baris lagi yang harus dia jelajahi.

"Ada yang bisa saya bantu?" seorang pramuniaga yang sejak tadi memperhatkan Rosa akhirnya menawari bantuan.

"Oh, ya, saya mencari parfum yang beraroma segar, tapi maskulin... hmm, bagaimana ya."

"Oh, segar ya? seperti aroma buah-buahan?"

"Hmm, ya mungkin, aromanya seperti pepohonan dengan buah-buahan yang matang di musim semi, segar dan menenangkan, tapi juga kokoh sehingga membuatmu merasa aman.... " bayangan The White Cloud Prince yang sedang menunggang kuda putih diiringi dansa pepohonan buah menari-nari di kepalanya.

"Oh, mari ikut saya..." kalimat pramuniaga itu membuat lamunan Rosa berhenti. Syukurlah, kalau tidak bisa-bisa sebentar lagi dia betulan ikut menari.

"Ini beberapa parfum yang paling populer, semoga Anda bisa temukan parfum yang Anda cari. Silakan."

His ScentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang