MAMI

145 29 2
                                    

Pramugari kelas bisnis itu tak bisa menyembunyikan wajah tegang saat menyajikan menu makan malam milik Rosa. Bagaimana tidak, menu yang direquest gadis ini sejak naik pesawat sampai malam ini adalah APEL. Mulai dari apple juice, apple pie, roasted chicken with apple , apple salad, apple toffee, dan banyak lagi. Sayang, hanya dua menu yang bisa mereka sajikan. Malam ini gadis ini meminta apple tea, dia tidak mau yang lainnya. Mengingat Rosa adalah pemegang kartu prioritas, mereka tak mau penumpangnya kecewa. Akhirnya, disiapkanlah apple tea yang diracik mendadak di dapur pesawat.

"Wow, this is good, thank you very much!" senyum puas Rosa mengendurkan bahu pramugari itu. Setelah pramugari itu pergi, Rosa melanjutkan menggambar sketsanya. Sejak boarding, kira-kira dia sudah menyelesaikan lebih dari 10 lembar gambar. Padahal, objek pemandangannya hanya sebatas yang terlihat di jendela. Tapi senyum Rosa selalu merekah setiap menuntaskan goresan terakhir..

Awan di langit malam. Rosa membubuhkan kalimat judul di kiri bawah. lalu memasukkannya ke folder yang berisi lembaran gambar lainnya yang berjudul serupa, Awan di langit belanda, Awan di langit Berlin, Awan di langit Doha, selanjutnya bisa dibayangkan sendiri.
Setibanya di Jakarta, Rosa juga masih melanjutkan menggambar setiap Awan yang dia lihat. Awan di langit bandara, Awan di langit jalan tol, Awan di atas monas... Pak Sukri, sopir keluarga pun jadi heran karena Rosa yang biasanya senang mengajaknya bicara kini kerjaannya hanya senyum-senyum sendiri.

Demam apel juga tak berhenti. Para juru masak sibuk sekali membuatkan aneka pesanan menu apel keinginan Rosa yang tak bisa didapatkannya di pesawat.

"In, mbak Rosa minta rujak apel!" seru ibu Sita, juru masak kepala

"Hah, rujak apel gimana to bu? bukannya barusan makan nasi goreng apel, sekarang apel lagi?" Indah, juru masak yang lebih junior protes.

"Wis pokoknya kamu bikin aja. Apel iris-iris, pakai bumbu rujak."

"Yo opo iki, mbak Regina sing diharapkan hamil, mbak Rosa sing ngidam!"

"Hush, ojo ngomong ngono. Wis, sana ndang bikin!"

"Lho, Bu Sita, apel di kulkas habis lo. Berarti, dari pagi tadi kita sudah bikin 2 kilo apel!"

"Halaah, yo cepet pesen! aku masih nyiapin makan siang ini."

Bu Sita pantas repot. Makan siang hari ini spesial karena seluruh anggota keluarga akan berkumpul. Ini adalah momen yang langka. Bu Sita menduga, Rosa akan memberikan pengumuman penting.

Satu per satu mobil anggota keluarga Kusuma Winata masuk ke halaman. Salim yang terakhir tiba, itupun sambil sibuk bertelepon sampai di pintu masuk.

Setelah makan siang yang diiringi obrolan santai, akhirnya Rosa mengungkapkan berita besar yang ingin ia sampaikan. Sebenarnya untuk mempersiapkan "pidato" ini, dia nyaris tak bisa tidur selama dua minggu. Bagaimana tidak, anak yang pamit untuk kuliah master, malah pulang membawa proposal pernikahan.

"Mami, Papi, Kak Regina, Kak Salim. Alhamdulillah, bulan lalu, Rosa dilamar oleh Awan Zechariah de Jong, dia putera dari... pemilik tempat kost yang Rosa tempati sekarang. Ternyata, dia serius ingin menikah dengan Rosa, dan Rosa juga punya perasaan yang sama dengannya. Rencananya, dia dan keluarganya ingin datang untuk melamar secara resmi kepada mama dan papa dalam waktu dekat." Rosa mendengkus lega setelah mengucapkan semuanya dalam satu kali napas. Butuh keberanian besar untuk mengatakan hal sepenting itu.

"Wah! ini berita besar! Selamat Iroooos!" Regina beranjak dari kursinya dan langsung merangkul dan mencium adik semata wayangnya itu. Papi juga terlihat tersenyum dan mengangguk-angguk.

Akan tetapi, wajah maminya tak menunjukkan sedikitpun senyum, "Rosa, bagaimana latar belakang pria yang bernama Awan ini? Apa pekerjaannya? Bagaimana latar belakang keluarganya?"

His ScentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang