Volunteer

155 30 2
                                    

"Sudah cantik kok, perfect!" Jasmijn mengacungkan jempolnya pada Rosa yang masih mematut diri di depan cermin. Gadis itu mengenakan long dress motif bunga-bunga kecil berbahan katun, dan kerudung peach yang warnanya senada dengan baju. Sangat cocok untuk digunakan saat musim panas.
Sore ini Rosa akan ikut kegiatan relawan di rumah perawatan orang tua bersama Awan. Awalnya Awan meminta bantuan Jasmijn untuk menjadi relawan tambahan di tempat tersebut. Akan tetapi, Jasmijn menawarkan pada Rosa dan rupanya gadis itu menyambut ajakan tersebut dengan senang hati. Namun, sebenarnya Jasmijn punya misi lain. Dia ingin menjembatani pertemuan kakaknya dengan Rosa. Bagi Jasmijn, gadis Indonesia itu adalah calon kakak ipar pilihannya.

"Kamu benar-benar enggak akan ikut, Jasmijn?"

"Sorry ... aku sudah janji mau mengantar mama belanja," sesal Jasmijn. "Kamu tahu kan jalan ke sana? Nanti katanya Awan bakal menunggu di luar gedung."

Rosa mengenakan kacamata Ray Ban-nya, lalu mengayuh sepedanya menuju salah satu rumah perawatan orang tua di daerah Paddepoel. Tidak terlalu jauh, hanya sekitar sepuluh menit dengan sepeda. Cuaca sore itu hangat, cerah, dan yang terpenting adalah tidak berangin.  Sangat nyaman untuk bersepeda.

Awan belum tampak di depan gedung ketika Rosa memarkir sepedanya. Rosa melihat ke kiri dan kanan jalan, mencari-cari sosok pria yang sedang ditunggunya itu. Lelaki itu juga yang sering bermain dalam pikirannya kahir-akhir ini. Menit-menit terasa berlalu begitu lama.

Dari jauh Rosa melihat seorang pangeran berkuda putih datang mendekat. Sang pangeran melambaikan tangan dan tersenyum pada Rosa. Tiba-tiba jantung Rosa berdebar lebih kencang, bibirnya pun mengulum senyum.

Namun, di belakang pangeran itu terlihat seekor kuda lagi, dikendarai seorang putri, berambut ikal kemerahan. Matanya bulat biru cemerlang, dengan wajah yang sangat cantik menawan. Seketika awan kelam menutupi matahari di langit Rosa sore itu.

"Hallo Rosa. Sudah lama menunggu ya?" Pangeran berkuda yang tadi dilihatnya berubah wujud menjadi Awan yang tengah memarkirkan sepedanya.

Rosa tersadar dari dunia khayalnya. "Belum, baru sekitar lima menit." Namun, lima menit barusan adalah lima menit terpanjang buat Rosa yang sudah menantikan kedatangan Awan.

"Oh ya, kenalkan ini Elsje, kami tinggal se-apartemen. Dan ... Elsje, ini Rosa teman adikku dari Indonesia."

"Se-a-par-te-men?" Rosa memastikan kembali apa yang baru di dengarnya.

"Ya ... maksudku ...  kami tinggal di gedung apartemen yang sama. Elsje tinggal di sebelah apartemenku."

Rosa mengangguk paham. Akan tetapi, entah untuk alasan apa, Rosa tidak terlalu senang mendengar informasi tersebut. Ada satu hal lagi yang terasa mengganjal. Mengapa Awan memperkenalkannya sebagai teman adiknya? Apakah artinya selama ini Awan bahkan belum menganggapnya sebagai seorang teman?

Gadis bernama Elsje itu tersenyum ramah dan menjabat tangan Rosa. Bibirnya yang penuh tampak mengkilap dipoles dengan lipgloss tanpa warna. Kecantikannya semakin tumpah ruah. Pasti Awan betah sekali punya tetangga wanita secantik dia, batin Rosa.

Rupanya Elsje juga salah seorang relawan tetap di tempat perawatan orang tua ini. Baru tadi pagi Rosa merasa tersanjung, karena diajak khusus oleh Awan untuk bersama-sama menjadi relawan di sini. Ternyata, dia bukanlah satu-satunya orang yang diajak. Bahkan, gadis berambut merah ini terlihat lebih akrab dengan Awan.

Bertiga mereka memasuki gedung enam lantai itu. Di lantai dasar terdapat satu ruangan luas yang diisi dengan meja-meja dan kursi. Suasananya mirip dengan sebuah cafe. Di dekat pintu masuk terdapat dua set sofa untuk menerima tamu. Area di sekeliling gedung adalah lapangan rumput hijau dengan taman-taman yang juga ditumbuhi pepohonan. Tepat di seberang gedung, ada sebuah kolam besar yang dilengkapi dengan air mancur di tengahnya.

His ScentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang