Dalam perjalanan menuju studio untuk latihan bersama anak The Vamps, Auriga terus bergumam dengan pikiran nya sendiri setelah melihat wajah si penjual tisu yang tak asing baginya. Sebenarnya Auriga sudah pernah melihat perempuan itu beberapa kali ditengah jalan raya dan terik nya matahari namun baru kali ini ia berinteraksi dengan nya.
"Kenapa gue jadi mikirin tuh cewe, gak penting banget dah." Sambil melihat jam tangan nya ia pun membelak jam menunjukan pukul 2 Pm dan pasti anak The Vamps sudah berada distudio, lalu ia pun menambah kecepatan motornya diatas rata-rata.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit ia pun sampai disebuah studio yang didominasi oleh warna merah dan juga hitam disana sudah terlihat motor milik Rexa dan juga Akmal yang terparkir rapih didepan studio.
Untuk sampai didalam studio ia harus berjalan kaki terlebih dahulu melewati beberapa ruko yang cukup elit dan juga studio tempat mereka latihan berada dilantai 3 yang mana dilantai 1 dan 2 itu toko yang menjual alat musik, ia pun melangkahkan kaki nya sedikit agak cepat.
Setelah Auriga memasuki ruangan baik Rexa maupun Akmal berhenti melakukan aktivitas nya, karena jika tidak suara mereka tidak terdengar oleh keras nya suara keyboard dan juga bass.
"Weh bro lo dari mana aja tumben telat?." Ucap Rexa si laki-laki tampan berbadan kekar dan berotot, yang selalu jadi rebutan para wanita.
"Abis beli tisu dipinggir jalan." Jawab Auriga sambil melemparkan tisu yang ia selipkan di dalam leather jacket nya, kedua orang yang berada disana terheran pasalnya seorang Auriga tidak pernah membeli tisu apalagi tisu pinggir jalan.
"Ngapain lo beli tisu di pinggir jalan? biasanya juga di indoapril, bokap lo gulung tiker? Apa lo gak di gaji sama bang Daren?." Akmal melemparkan beberapa pertanyaan yang cukup sarkas dan agak menekan, laki-laki ini memang seperti itu sangat sarkas, cuek, terkesan sombong namun itu salah satu cara pertahanan diri padahal dibalik sifat itu semua sebenernya Akmal orang yang hangat.
"Mulut lo sini gue gulung." Jawab Auriga sambil menggantungkan leather jacket yang ia pakai.
Diambil nya tisu itu oleh Akmal yang berada diatas sound system. "Klo lo gak punya duit minta aja ke kita gak usah merusak reputasi The Vamps dengan beli tisu di pinggir jalan dah." Lalu ketika Akmal ingin membuang nya tangan itu dicekal oleh Auriga.
"Anjing si Akmal, jangan di buang lo gak tau filosofinya ini tisu, sini balikin." Auriga merebutnya dari tangan Akmal.
"Bahasa lo udah kayak anak senja aja."
"Bacot Mal."
Disana Rexa hanya menjadi penonton, ia sudah terbiasa melihat Akmal dan Auriga berdebat hal kecil, sesekali Rexa tertawa melihat tingkah laku dua teman nya.
"Si Nakula gak jadi dateng?." Tanya Auriga sambil membawa stand mic.
"Masih pemotretan sama bang Daren." Suara berat dari Rexa menggelegar penuh. Tolong siapapun jangan biarkan Rexa seperti itu, karena akan bahaya jika ada perempuan yang mendengar nya.
Auriga pun mengangguk. Nakula tidak ada jadi latihan kali ini tidak ada yang main drum, salah satu dari mereka pun tidak ada yang jago memainkan drum seperti Nakula.
Mereka pun memulai aktivitas nya, Rexa sebagai bassist lalu ada Akmal yang memainkan keyboard dan Auriga ia memainkan gitar sambil bernyanyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
AU-riga; || HAECHAN
RomansDalam gelapnya kehidupan, kamu seperti Capella bintang yang paling terang yang berada di rasi Auriga selalu menjadi penerang disepanjang gelap yang tak berujung. Ya benar kamu adalah Capella ku.