Tisu dan Sapu Tangan

392 28 5
                                    

Hirup pikuk ibu kota yang padat gedung pencakar langit dimana-mana matahari yang menyengat membuat dahi Naya bercucuran keringat. Di tengah padat nya pengendara yang menunggu lampu hijau menyala ada gadis berusia 20 tahun itu berjualan setumpuk tisu dan berbagai macam minuman, ada air mineral, dan berbagai rasa lain nya. Karena kelelahan dan dirasa kaki nya pegal ia duduk di atas trotoar, orang-orang yang berlalu lalang memperhatikan Reenaya menatap nya heran "cantik-cantik kok jualan dipinggir jalan."  Itu yang ada dipikiran Reenaya ketika orang disekitar yang berlalu lalang menatap nya heran. Naya tidak pernah memperdulikan hal itu, lagian ia sudah biasa melihat mata yang meremehkan rakyat kecil padahal mereka yang berpakaian rapi, berjas dan bekerja didalam gedung tinggi itu rumah nya berada di bawah gedung dan gang sempit.

Tapi mereka lupa diri, kesombongan yang tiada akhir akan seolah-olah mereka yang paling hebat dan punya segalanya padahal semua itu hanya titipan. Yah meskipun dititipin nya banyak tapi kalau tidak bersyukur kan percuma.

"Neng Naya, neng." Itu suara Mang Ujang pedagang kaki lima yang sering mengobrol dengan Naya. Tapi Naya seakan tuli ia tidak mendengar suara Mang Ujang. Ditepuk nya pelan pundak Naya lalu ia tersentak.

"Eh iya Mang Ujan kenapa?." Tak lama ia menyadarkan pikiran nya yang entah kemana.

"Neng itu ada yang beli tisu." Ucap Mang Ujang

Naya menengok ke arah kiri disana ada laki-laki tinggi memakai pakaian serba hitam, wajah nya ditutupi full helm, yang terlihat hanya menyisakan dua mata nya saja dan juga laki-laki tersebut berkendara dengan motor besar. Dirasa Naya menghiraukan nya, lelaki itu menurunkan standar motor nya lalu pergi menghampiri Naya.

"Mba tisu satu" Dengan suara deep namun lembut siapa saja yang mendengar nya pasti akan jatuh cinta.

"Ekhmmmm, lima ribu mas." Naya menyerahkan tisu itu dan juga mengambil uang satu lembar berwarna merah. Mata nya membelak "hah nominal nya gede banget, aku mana punya kembalian, hari ini aja baru dapet tiga puluh ribu." Naya bermonolog sendiri lalu kepalanya mendongak, matanya sedikit tertutup dan dahi nya menyatu karena terik nya matahari.

"Gak ada uang kecil mas? Saya gak ada kembalian mas, nih saya kembaliin gpp tisu nya gratis." Naya menyodorkan selembar uang kertas yang bernominalkan seratus ribu rupiah. Laki-laki menolak nya dan terjadilah lempar lemparan uang.

"Cckkk, orang aneh dikasih duit malah gak mau." Ia bersuara sangat pelan sehingga Naya tidak dapat mendengar apa yang laki-laki itu katakan.

"Hah kenapa mas?." Naya menatap nya dengan bingung

Tangan kekar nya itu merogoh saku belakang dan menampilkan sapu tangan berwarna merah yang dilipat. "Karena lo gak ada kembalian jadi gue kasih sapu tangan ini, dijaga baik-baik." Ia kembali ke motornya lalu setelah itu pergi begitu saja.

Naya menyerngitkan dahinya "Ih mas mas nya aneh banget masa barter udah kayak jaman VOC aja." Sambil membolak-balikan kain tersebut, ia melihat tulisan kecil di bawah sapu tangan itu yang bertuliskan "AURIGA."

"Oh mungkin namanya Auriga." Naya pun tidak memperdulikan hal tersebut ia memasukan sapu tangan kedalam tas lalu kembali ke tengah jalan raya untuk lanjur berjualan.

Dua insan itu tidak menyadari nya bahwa selanjut nya mereka akan menjadi takdir yang sudah tertulis namanya dilangit, namun perjalanan nya masih panjang untuk sampai dititik terbaik menurut takdir.







*Bersambung . . .

AU-riga; || HAECHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang