Rasi Bintang

95 17 1
                                    

Selama kita bernafas tidak mungkin tidak ada masalah. Dunia itu tempat nya lelah kalian tinggal pilih mau berperan menjadi karakter yang bagaimana dan nanti akan dipertanggung jawabkan ketika tiba saat nya menghadap Tuhan.

Seperti biasa barista cantik yang sekarang sedang sibuk meracik berbagai kopi bahkan ia sudah mahir membuat latte art. Ia habiskan waktunya untuk bekerja atau bertemu dengan Auriga.

Kini Naya sudah lebih ceria karena kehadiran Auriga dihidupnya bahkan mungkin hatinya sudah sedikit melunak kepada Auriga yang kian hari ada saja tingkah dan sifat nya yang membuat Naya menggila. Auriga mampu membuat Naya tenang, bahagia, tersenyum tapi satu sisi ia juga takut jika semua laki-laki sama saja tapi Auriga mematahkan semua stigmanya.

"Nay ada yang cariin tuh." Ucap Alexa

"Siapa Al?." Sambil sibuk dengan pekerjaan nya.

"Liat aja dipojok."

Ketika Naya melihat kearah yang di tunjuk oleh Alexa ia tersenyum pada laki-laki sedang duduk tersenyum melihat Naya.

"Dah gih samperin dulu, biar gue aja."

"Bentar ya Al."

Naya pun bergegas menghampiri laki-laki yang sedang memakai kaos putih dibaluti jaket leather berwarna hitam, jeans hitam, sepatu sket, tak lupa rambut yang agak berantakan dan sedikit belah tengah membuat Naya sedikit tak waras.

"Kok tumben kesini gak bilang."

"Sengaja biar lo kaget."

"Tapi gak kaget, wle."

Auriga terkekeh "Nay bisa langsung nikah aja gak si tiap hari gue gilak gara-gara lo doang." Tentu saja dia berkata dalam hati, mana berani berbicara langsung didepan Naya.

"Mau minum apa?." Tanya Naya

"Mau latte art bentuknya lope, boleh?." Jawaban Auriga membuat Naya tertawa

"Nanti kalau aku kasih latte art bentuk nya love dijawab gak sama kamu." Tidak, kali ini Naya menjawab dengan sadar, yang mana ketika mendengar jawaban dari Naya, pun Auriga bengong tak percaya sejak kapan Naya menjadi gombal seperti ini.

Naya yang kini tengah malu pun langsung berlalu meninggalkan Auriga yang tengah terkekeh tak percaya sambil geleng-geleng memegang kepalanya.

"Yaelah kerja buk jangan pacaran mulu."

"Apa si Ale, aku gak pacaran tau."

"Alah pipi lo udh kayak udang rebus noh."

Naya menunduk, mengulam bibirnya malu, lalu melanjutkan pesanan Auriga untuk membuat latte art.

Setelah selesai, ia meminta biar Alexa saja yang mengatar.

"Ale sini deh."

"Apaan."

"Tolong kasihin dong, aku malu."

Alexa tertawa terbahak-bahak, baru kali ini ia melihat teman kerjanya salting sampai tak berani menghampiri Auriga.

"RIGA PACAR LO SAL . . TWING MPPPPH." Mulut Alexa langsung dibekap oleng tangan Naya. Bisa-bisanya dia berteriak tak tau malu.

"Kamu mah ihhh. Dibilang kita gak pacaran, bisa diem gak kamu." Dahinya bertemu, bibirnya mengerucut dan menghentak hentakan kakinya seperti balita yang sedang minta dibelikan premen. Sangat lucu.

Alexa pun mau tak mau mengantar pesanan milik Auriga.

"Loh Al kok bukan Naya yang nganter." Tanya Auriga bingung.

AU-riga; || HAECHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang