Tuhan, itu baik

98 16 1
                                    

#Pov Reenaya

Tau tidak rasanya mengalahkan ego sendiri, katanya sih mencari jati diri tapi bagiku, aku lari. Lari dari kenyataan yang ada. Nyatanya sejauh apapun aku menghindar masalah itu tidak akan selesai seharusnya aku gak sibuk lari.

Akan kuberitahu mengapa aku lari dari masalah yang mana alibinya menenangkan diri.

Aku dan Rexa adalah teman sejak duduk dibangku sekolah dasar, meskipun beda kelas kita sering main bareng karena waktu aku sekolah dasar aku tuh digangguin terus sama anak-anak cowok, aku gak suka, pada saat Rexa nolongin aku dan berteman denganku gak ada satupun dari mereka yang berani gangguin aku, katanya muka Rexa galak padahal kalau kenal lebih jauh lagi dia itu kayak bayik.

Karena kita sering main kerumah masing masing secara gantian orang tua kita pun menjadi dekat. Sering dinner bareng, liburan bareng bahkan mereka selalu bertukar cerita.

Rexa ini hanya tinggal dengan mamah nya saja, orang tua Rexa telah bercerai sebelum Rexa dan aku berteman.

Akar permasalahan nya dimula pada saat aku duduk dibangku sekolah menengah atas. Sekolah ku telah memasuki liburan awal semester dan Rexa tinggal menunggu try out untuk ujian nasional, kebetulan aku dan Rexa bersekolah disekolah yang sama dan yang biasa keluarga kita lakukan kalau liburan sekolah adalah liburan bersama yang mana kita mengunjungi pulai dewata bali.

Kita menginap dihotel berbintang lima yang mana jendala kamar nya itu terlihat indahnya ombak yang berlari-lari saling mengejar.

Karena aku anak tunggal kita bertiga memesan kamar hotel yang didalam nya ada dua bedroom dan Rexa hanya memesan kamar hotel one bedroom karena kan hanya berdua.

Kebetulan kamar hotel yang aku tempati itu ada akses pintu menuju unit sebelah yang mana itu adalah kamar Rexa dan mamahnya.

Malam pun tiba dan kita semua siap-siap untuk dinner, sesi makan pun dimulai yang entah kenapa malam itu rasanya canggung sekali antara Papi, mami dan juga mamahnya Rexa. Biasanya mereka akan berbincang-bincang tentang bisnis atau hal random lain nya tapi malam itu tidak, semuanya hening dan diam.

Mungkin ada masalah yang mereka ingin bahas tanpa anak-anak mereka tau, jadi aku berinisiatif untuk mengajak Rexa kepantai.

Sambil berjalan aku bertanya padanya

"Kak kamu ngerasa gak sih kalau makan malam kali ini tuh canggung banget."

"Canggung gimana Nay?."

"Itu loh mami, papi dan mamah kamu mereka bertiga aneh banget."

"Ssstt udah anak kecil jangan ikut campur urusan orang tua."

"Ihh aku bentar lagi 17 tahun tau."

"Sama aja tuaan aku."

Aku mengkerucutkan bibir ku, kesel banget soalnya Rexa tuh kebiasaan suka ngusak-ngusak rambut aku, tapi dia malah cengengesan berasa gak ada dosa.

Akhirnya kita berdua duduk ditepi pantai sambil mendengar deru ombak, serius deh itu sangat indah digendang telingaku.

Aku menopang kakiku dengan tangan dan menyenderkan kepala dipundaknya Rexa, ini sudah biasa kami lakukan bahkan satu sekolah pun mereka mengira bahwa kita pacaran padahal enggak.

AU-riga; || HAECHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang