Lucu

154 25 2
                                    

3 bulan setelah pertemuan Auriga dan Reenaya

Malam itu disebuah bar, disana ada Auriga yang sedang menenggak satu gelas wine, bagi dirinya obat lelah setelah manggung keluar kota selama kurang lebih 2 bulan 3 minggu hanya pergi ke club untuk sekedar menenggak beberapa botol wine atau becengkramah dengan Saga si pemilik bar. Disana ia sendirian karena anggota The Vamps lain nya lebih memilih tidur, memang aneh tapi itu lah Auriga.

Bar ini tak banyak orang tau karena tempat itu berada di bawah tanah dan cukup tertutup hanya kalangan tertentu yang bisa masuk dan berada disana.

Sambil menenggak minuman yang ia pegang mata nya tak henti melihat pemandang di sebrang sana, menampakan sosok perempuan sedang sibuk merapihkan gelas-gelas kotor. Matanya terus menelik setiap pergerakan perempuan tersebut, tak berkedip hanya terus fokus memperhatikan setiap gerak-geriknya disebrang sana, sampai tak sadar ada seseorang yang berbicara dengan nya.

"Woi Riga lo gue panggil dari tadi gak nyaut nyaut." Ucap Saga sambil menepuk pundak Auriga.

"Liatin apaan sih."

Dalam keadaan ini sepertinya Saga cukup paham.

"Oh lo liatin dia, cantik ya?."

"Apaan sih lo sok tau." Jawab Auriga dengan ketus

"Yaelah gue tau. Cewe itu namanya Reenaya dipanggil Naya, gue sering liat dia dilampu merah deket stasiun lagi jualan tisu, sayang banget muka cantik kayak dia harus jualan tisu dan panas panasan. Dua hari yang lalu waktu gue dijalan mau menuju ke sini, gue liat dia dilampu merah lagi nangis sendirian udah mah malem, gue tanya kan kenapa nangis dan sendirian tengah malem begini, terus dia kasih tau kenapa dia bisa ada disini, gue rada kasian makanya gue ajak. Awalnya dia nolak terus yauda gue tawarin kerja disini akhirnya dia mau."

Dahi Auriga berkerut, ia bingung kenapa juga Saga jadi overshare tentang perempuan itu, bukan urusan Auriga juga tapi entah kenapa kalimat yang Saga ucapkan membuat perasaan Auriga sedikit tenang dan juga khawatir.

"Untung nya lo cerita gini ke gue apa?."

"Yaelah lo gak bisa bohongin gue, dari awal lo duduk disini tatapan lo gak bisa lepas dari dia. Udah lah dari dulu ngomong sama lo gak bakalan bener, bocah nya denial mulu. Jangan di apa-apain dia masih polos." Ucap Saga lalu pergi meninggalkan Auriga sendirian.

Lagi Auriga bertanya kepada dirinya sendiri rasa penasaran apa ini yang menggerogoti hatinya. Kalimat yang diucapkan oleh Saga tentang Naya ia rasa tak cukup, Auriga ingin terus mendengar tentang nya lagi dan lagi.

Pantas saja, kemarin setelah ia menyelesaikan pekerjaan nya dan pulang menuju studio sebentar, dalam perjalanan Auriga tak melihat wujud dari perempuan tersebut.

"Dih ngapain banget gue mikirin tuh cewe, ckk gak penting." Tukas Auriga bermonolog sendiri.

Disebrang sana terlihat, sepertinya ada pertengkaran antara pelayan bar dan juga pelanggan.

"Lepasin." Teriak Naya yang tangan nya dihadang oleh laki-laki dengan perawakan seperti Rexa.

Auriga hanya menonton, lagi pula itu bukan urusan nya.

"Saya gak mau, lepasin." Suara itu dihiraukan oleh orang-orang yang berada disana, mungkin hal seperti ini sudah sering terjadi, jika bekerja di bar atau diclub resikonya akan seperti ini digoda oleh laki-laki hidung belang.

"Gak mau, tolong lepasin." Naya terus meminta tangan nya untuk dilepaskan, namun laki-laki itu terus memaksanya.

"Ahhh anjing." Auriga menaruh gelas yang sedang ia tenggak lalu ia menghampiri tempat keributan itu terjadi.

Bughh
Bughh

Dua kali pukulan yang membuat laki-laki itu tersungkur, memegangi rahang nya sambil meringis kesakitan.

"Lo tuli yak, dia kan udh bilang lepasin ya lepasin." Ucap Auriga dengan cukup tenang namun penuh penekanan.

Keadaan seketika menjadi hening, disana saga hanya menggeleng, pikirnya "Ckk The Vamps dkk berulah mulu." Saga pun menghampiri dan membantu laki-laki yang ditinju oleh teman nya.

"Riga lo bawa Naya keluar dulu." Perintah Saga

Auriga menarik tangan perempuan itu yang sedang menutup telinga dan membawa nya pergi keluar. Karena bar nya berada di bawah tanah mereka harus menaiki beberapa anak tangga terlebih dahulu.

Sambil menghempaskan tangan perempuan itu ia berdecak sangat kesal, entah apa ini.

"Lo tau gak sih resiko kerja dibar kayak gimana? Gue tau lo polos tapi jangan bego juga." Ucap Auriga dengan nada yang sedikit agak membentak

"Saya tau, mungkin karena belum terbiasa." Ucap nya sambil menundukan kepala.

"Ckk." Auriga mengacak rambutnya dengan frustasi.

Kenapa ia harus terlibat disituasi seperti ini, padahal jika perempuan lain diperlakukan seperti tadi ia tak akan perduli.

Auriga melepaskan leather jacket miliknya lalu memberikan nya pada Naya. Mungkin ini terdengar gila, entah setan apa yang merasuki tubuh nya.

"Nih pake."

Naya tak bergeming dirinya bingung, hanya diam sambil melihat ke arah tangan Auriga.

"Cepet ambil tangan gue pegel."

Mau tak mau Naya pun akhirnya mengambil jaket tersebut. "Makasih." Ucap nya.

"Hmm." Auriga pun pergi menuju dimana mobil nya terparkir dan meninggalkan perempuan yang masih berdiri disana, begitupun dengan Naya ia kembali untuk melanjutkan pekerjaan nya.

Auriga dan juga Reenaya masih bingung mereka tenggelam dalam pikiran nya masing-masing, Naya bingung dengan tingkah laki-laki itu dan Auriga bingung dengan tingkah nya sendiri. Mengapa ia harus perduli terhadap Reenaya?

"Haha lucu banget mukanya." Didalam mobilnya ia terkekeh membayangkan betapa lucunya perempuan tersebut ketika bibir nya mengerucut, harusnya Auriga tidak membentak nya bukan. Perasaan rasa bersalah dan denial yang dalam membuat dirinya pusing sendiri.







Bersambung . . .

*maaf ya agak panjang tapi semoga dibacanya enak

*maaf ya agak panjang tapi semoga dibacanya enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga Bumi

AU-riga; || HAECHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang