But i can't have you

67 12 1
                                    

Setelah percakapan keduanya selesai kini Naya melangkahkan kakinya menuju unit apartment milik Rexa, lagian juga ia tidak tau harus ngadu kesiapa lagi dan ia juga sudah benci sendirian, kini ia sedikit menghilangkan rasa gengsi yang sebesar jagad raya demi dirinya sendiri.

"Kan kata aku juga apa gak usah pacaran sama idol, udah buta makin sakit. Tuh kan jadi salahin diri sendiri." Ia meracau tidak jelas entah pada siapa, mungkin pada hembusan angin atau tanah yang sedang ia pijaki.

Ia mengetuk pintu dan tak lama kemudia terlihat seorang wanita cantik berambut panjang yang hanya memakai piyama, sudah dipastikan jika itu adalah kak Wina yang waktu itu Rexa menunjukan poto dirinya kepada Naya begitupun sebaliknya Wina yang membuka pintu pun sambil tersenyum ikut tersadar jika seseorang yang berada di depannya sekarang itu adalah Naya, adik dari kekasihnya.

Wina pun mempersilahkannya masuk, disana Naya menghela nafas karena betapa jeleknya seorang Rexa kalau tidur. "Kak . . kak gak pernah berubah dari dulu, tuh kasur diputerin kalau masih bayi sih wajar."

Wina terkekeh mendapati Naya berbicara seperti tadi "Dia tuh bayi gede aku tau." Sambil menyodorkan segelas susu dan sereal. "Nih dimakan, Rexa bilang kamu suka sereal."

Naya tersenyum dalam hatinya ia berkata jika Rexa tidak salah pilih kekasih. "Makasih kak."

"Sama-sama. Aku mau mandi dulu yak nanti kalau ada yang ngetuk buka aja itu makan siang buat kita, udah aku bayar kok."

"Oke kak."

Wah Naya tak percaya padahal ini kali pertama ia bertemu dengan Wina tapi diluar dugaan perempuan itu tidak hanya cantik inner beauty dan positif yang ia pancarkan membuat siapa saja nyaman berada didekatnya.

"Ihh gak nyangka dulu dia sahabat aku bahkan almost jadi pacar sekarang malah jadi kakak aku, dunia bercanda banget ya. Kenapa dari tadi aku jadi ngomong sendiri mulu sih." Sambil menata makanan yang tadi dipesan oleh Wina.

Tak sadar jika ucapannya itu didengar oleh Rexa yang mana disana ia tersenyum dan berbicara dalam hati bahwa Naya sangatlah lucu, masih sama seperti dulu sangat lucu. "Haha lucu banget." Rexa pun bangun dari tidurnya yang mana membuat Naya agak sedikit terkejut.

"Mata mu bengkak loh itu kalau nangis jangan dijalan nanti diculik." Sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.

"Kaka ihhh tar kalau aku diculik papi nangis."

"Loh kamu gak diculik aja papi kadang suka nangis."

"Loh kok gtu."

"Yah kamu gak pulang-pulang."

"Ishhh .. iya deh nanti aku pulang, tapi aku malu sama mamah."

Rexa menghampiri Naya dan duduk disebelahnya.

"Aku seneng baikan sama kamu. Nanti kamu juga baikan sama papi dan mamah ya mereka sayang dan perduli sama kamu."

"Hemmm. Iyaaa kak."

Wina keluar dengan anduk yang berada dikepalanya dan ikut bergabung bersama Naya dan Rexa.

"Wihh makanannya dah siap, pasti kamu kan yang siapin gak mungkin kebo iwa satu ini yang siapain." Menengok ke arah Rexa

"Sayang, aku ganteng gini dikatain kebo."

"Yah emng kamu kebo dibangunin dari tadi susah banget."

"Ya maaf, badan ku tuh pegel banget semalem kamu suruh pijitin aku malah gak mau."

"Itu mah maunya kamu."

Naya hanya terkekeh dengan apa yang terjadi didepannya saat ini.

"Aku masih marah sama kamu karena semalam ya. Bukan bahaya buat Marcel tapi bahaya buat kamu juga, sekarang apa badannya sakit dan liat muka kamu tuh bonyok. Ya Tuhan muka cowo gue jadi gak ganteng lagi."

Naya langsung memandang wajah Rexa yang mana Rexa malah buang muka.

"Kak jelasin." Pinta Naya

"Iyaa nanti aku jelasin sekarang makan dulu."

Naya masih mencerna perkataan yang dilontarkan oleh Wina. Ada apa sebenernya Agensi dan Marcel. Sebenernya disini siapa yang salah, entahlah sepertinya saling menyalahkan pun percuma karena ia dan Auriga untuk saat ini memang tidak bisa bersatu.

Sesi maka pun selesai mereka bertiga pun sibuk dengan kegiatan masing-masing. Rexa yang sedang mandi Naya membereskan tempat tidur sang kakak dan Wina mencuci piring. Setelah semuanya selesai Wina pun mengerti situasinya, ia pun segera meminta izin pergi sebentar ke lawson untuk membeli cemilan padahal ia hanya ingin memberi ruang untuk mereka berdua berbicara karena ini bukan ranah Wina untuk mendengarkan.

"Adek duduk sini." Rexa meminta Naya untuk duduk didepan nya. Jadi sekarang posisi mereka itu saling berhadapan, disofa yang cukup besar.

"Aku udah tau. Sebelum Auriga putusin semuanya dia ngobrol dan minta izin dulu ke aku. Tau banget ini gak mudah tapi coba deh kamu pikir satu negara tau kalau kamu pacarnya Auriga member The Vamps yang mana setengah dari populasi yang hidup dinegara ini paling banyak fansnya The Vamps. Aku gak mau sombong tapi yang pertama kamu gak suka orang lain tau tentang privacy kamu, kedua kamu gak suka popularitas, ketiga ini bisa membahayakan diri kamu. Kalau pun bisa dari kemarin aku bakalan publish kamu sebagai adek aku tapi aku tau kamu bakalan gak suka, makanya aku diam dan cari cara buat selesaiin masalah ini."

Naya terdiam, apa yang diucapkan oleh kakaknya ini ada benarnya juga.

"Aku sayang banget sama kamu, papi nitipin kamu ke aku dan pasti bakalan aku jaga selalu. Apapun masalah kamu itu jadi masalahku juga. Aku udah ngobrol sama Agensi dan mereka setuju."

"Tentang kontrak yang gak dilanjutin lagi?."

"Betul." Sambil mengusap-usap lembut kepala Naya. "Semua member The Vamps mau bebas, kayaknya udah cukup kerja dibawah tekanan dan juga tuntutan tau banget itu resiko tapi aku mau lanjutin hidup baru begitupun dengan member yang lainnya. Aku mau lanjutin perusahaan dan bisnis papi yang udah jalanin."

"Kalau Auriga?." Perkataan Naya membuat Rexa tertawa.

"Kok ketawa sih kak, aku kan nanya."

"Mimpi dia cuman mau tinggal sama kamu dan lanjutin perusahaan ayah nya yang disingapore."

"Kayak nya tadi aku egois banget pergi gitu aja ninggalin Auriga disana harusnya aku dengerin dulu penjelasan dari dia."

"Gpp udah aku wakilin. Hati manusia kan memang seperti itu penuh ke-egoisan apalagi kalau amarahnya lagi memuncak, kadang apa yang keluar dari mulut belum tentu sama apa yang ada dalam hati. Nanti kamu harus ngobrol dulu ya tapi dengan kepala dingin."

"Hemmmm . . iyaa kak. Makasih."

"Sama-sama."

"Kak tadi Auriga ganteng, rambutnya purple kalau mau comeback kenapa harus ganti warna rambut aku tadi jadi tambah mau nangis."

"Itu ciri khasnya."

"Tapi kok kakak enggak ganti warna rambut."

"Kamu nanya mulu kayak dora." Jawaban Rexa membuat ia mendapat satu pukulan dilengannya.

"Kamu tuh kayak Wina suka gebug tangan aku."

"Kamu aja yang lebay digituin aja sakit, giliran berantem adu jotos gak sakit."

"Beda konteks."

"Tau gak tadi sebenernya aku gengsi buat datang kesini hehe tapi gak jadi."

"Bisa gtu ya.

"Bisa dong. Eh kak ceritain dong kak Wina gimana kenapa kak Wina bisa mau pacaran sama kaka dan ceritain juga semalem kenapa berantem sama si Marcel Marcel itu."

Rexa hanya diam dan tersenyum lalu menceritakan semua yang terjadi, sungguh ia sangat senang bahwa kini Naya nya yang bawel kembali padanya. Meskipun status sebagai adik dan kakak tapi tak apa itu lebih dari cukup untuknya, karena takdir yang membuatnya seperti ini mau tak mau apapun itu baik dan buruk harus diterima walaupun butuh waktu bertahun-tahun untuk sampai dititik ikhlas, yaitu merelakan yang bukan miliknya.

Rasa yang kini ada hanya sebatas rasa sayang adik dan kakak tidak lebih. Kini Rexa juga sudah menemukan seseorang yang tepat untuk membina rumah tangga nya kelak. Akhir yang bukan sesuai kemauan kita itu tidaklah selalu buruk dibalik itu semua tersimpan sejuta bahagia yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.









Bersambung . . .

AU-riga; || HAECHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang