[Chapter 22]-kamu berubah.

154 9 0
                                    

Suara rintik hujan yang begitu keras, walau begitu suaranya bisa membuat hati dan pikiran begitu rileks dan tenang setidaknya itu yang biasa Li pikirkan namun sekarang tidak. Li berusaha membuka matanya dan bangun dari tidurnya atau pingsannya?

"Ughhh..." Li bangun dari sofa yang sangat empuk itu, berusaha menyadarkan pikirannya dan melihat kesekelilingnya, ia tertidur dengan dipenuhi bantal dan selimut yang begitu nyaman dan hangat. Ia sama sekali tak bisa menebak dimana ia berada.

"Apa? Ini apartemen? Sangat luas...., tunggu dimana penutup mataku?!" Li yang sedang mengusap wajahnya menyadari saat ia bangun penutup matanya sudah hilang begitu saja.

Li semakin panik, ia tidak menemukan apapun yang bisa menutupi mata sebelah kirinya itu, hingga tak sengaja Li melihat kearah cermin.

"Hik! Sial! Tidak!" Li memekik saat ia melihat seluruh wajah miliknya, terutama matanya yang disebelah kiri. Li berusaha menenangkan pikirannya dan rileks, berusaha agar bisa menghadapi cermin itu.

"Li...tenang, ini-ini hanya wajahmu kan? Iya, hanya wajahmu tidak ada yang perlu dipermasalahkan..." gumam Li dan akhirnya mengangkat kepalanya perlahan dan menatap wajahnya dipantulan cerminnya.

"Ah...." Li menghela nafasnya dengan ekspresinya yang begitu depresi, dipantulan cermin itu Li bisa melihat kedua matanya miliknya yang sangat berbeda jauh. Warna dan pupil matanya yang sangat berbeda.

Disebelah kanan Li bisa melihat warna matanya yang berwarna ungu yang pekat dan indah seperti langit, namun disisi sebelah kiri  Li tahu matanya yang begitu berbeda. Warnanya yang begitu kuning terang dan pupilnya yang layak seperti mata ular pada umumnya.

Apa yang terjadi pada mata Li? Tidak ada, Li memang dari awal terlahir seperti ini. Li begitu frustasi, ia pun perlahan mundur dan duduk kembali ke sofa itu dan menutup wajahnya.

"Tidak, Li. Jangan sampai ingatan itu terbesit lagi...."

Malam itu langit begitu terang dikarnakan pulan purnamanya, gadis itu, membuka lebar kedua matanya terutama matanya yang berwarna kuning terang itu sangat mencolok dan bercahaya dimalam yang penuh darah itu.

"Ibu! Ayah! Apakah benar begitu?! Apakah benar kalian semua yang ada dikediaman ini akan membunuhku ditepat saat Nanaku sudah tiada?!" Teriak gadis itu sambil tertawa, dengan seluruh tubuhnya yang sudah dilumuri darah, ia memainkan tusuk rambutnya yang sudah mencabut begitu banyak nyawa itu.

"Akane! Akane sayangku! Akane putriku! Ini tidak yang seperti Akane pikirkan!"

"A-Ayah Mohon ini semua demi kebaikkanmu, mohon berhenti dan tenang."

Gadis itu menyeringit dan menyeringai seolah tak mempedulikam perkataan kedua orang tuanya yang sudah bersujud memohon ketakutan.

"Kalian berdua pikir aku akan percaya? Kenapa kalian baru memohon sekarang?"

"Akane...itu...."

"Pada akhirnya, takdirku hanya sebuah pion itu klan ini bukan?"

"AKANE!!!!!!!"

gadis itu, diakhir, tusuk rambut miliknya yang sangat ia sayangi. Menghabisi semua nyawa yang berada dikediaman itu, hanya kalimat penuh darah yang bisa mendeskripsikan situasi saat itu.

"Li kau sudah bangun ternyata?"

"Hah?!" Li mengangkat kepalanya, ia mendengar suara orang lain. Tak menyangka dirinya terbuai lagi lagi dengan ingatan buruk masa lalunya.

"Gojo Satoru?!"

"Li.." Gojo tersenyum sambil menawarkan teh hangat pada Li.

[you've changed]

Savior [Gojo Satoru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang