Seorang gadis berhijab putih yang di sampirkan ke pundaknya, nampak sedang makan dengan sebelah kakinya di angkat naik ke kursi.
Datanglah seorang laki-laki setengah baya sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya itu. Ia mendekati anak gadisnya dan menarik satu kaki yang di angkat.
"Astaghfirullah Zora. Anak perempuan gak boleh gitu kakinya" tegur sang Papah.
"Enak tau Pah pas makan kaki di angkat satu kaya gini. Lagian Zora kan udah terbiasa" acuhnya.
Pria itu merasa kesal dengan perilaku putrinya yang nampak tak mau nurut sama sekali dengan larangannya. Mata pria itu terarah pada ujung hijab gadis itu yang kini di sampirkan ke pundak.
Ia pun menarik ujung hijab itu dan merapihkannya hingga pada posisi yang benar.
"Cara kamu berjilbab salah Zora. Kamu jangan ikut-ikutan trend anak jaman sekarang, yang harus kamu ikuti dalam berpakaian adalah ajaran Rasulullah. Rasullullah memerintahkan bagi seorang wanita untuk melebarkan jilbabnya agar menutup seluruh tubuh mereka. Bukan menjadikan jilbab kamu ini, hanya kain yang kamu kira untuk penutupi kepala saja" gadis bernama Zora itu terdiam menunduk.
"Maaf Pah" balasnya merasa bersalah.
"Ilmu agama adek tuh kurang Pah, pondokin ajalah" seorang laki-laki tampan berperawakan tinggi datang sambil merapihkan almamater kampusnya.
"Apaan si Bang Aldan ih" kesal Zora dengan Abang nya itu.
"Kelakuan kamu makin hari makin absurd tau gak. Jangan pikir kalo Abang gak tau kalo kemarennya kamu pulang di anterin cowok" celetuk Aldan. Sontak Zora langsung melotot terkejut mendengar pernyataan abangnya itu. Tau dari mana dia?
Mendengar itu Respati sang Papah pun melotot terkejut. Apa iya Putri nya sampai nekad melanggar larangannya sampai ke hal yang selama ini paling di larangnya?
"Bener itu Zora?" Respati pun terbangun dengan hati dongkol. Matanya menatap tajam ke arah sang putri dengan serius.
"Enggak Pah" sangkal Zora namun, di matanya masih bisa terlihat kebohongan itu.
"Jawab jujur!" Sentak Respati membuat Zora kaget dan memejamkan mata.
Isak tangis terdengar dari mulutnya. Badannya bergetar ketakutan melihat Papahnya semarah itu. Makanan yang awalnya sedang Zora nikmati pun menjadi tak nafsu lagi rasanya.
"Pah udah pah" Almi sang Mamah pun datang dan mengelus pundak sang suami mencoba meredam amarahnya.
"Gimana Papah gak marah Mah? Zora pulang di anterin cowok loh. Papah kecolongan ini!"
Suasana menjadi panas dan menegangkan. Amarah Respati semakin memuncak dengan tatapan mengarah ke Zora yang kini sedang menunduk ketakutan.
"Jawab jujur Zora! Papah gak pernah mengajarkan kamu untuk berbohong kan?" Jantung Zora semakin terpacu mendengar sentakan Papah nya.
"I__iya Pah" Aku Zora akhirnya, walaupun gemetaran.
"Siapa dia?". Tanya Respati dengan nada rendah dan dingin.
Zora terdiam sesaat hingga akhirnya Ia pun mengumpulkan keberanian untuk menjawab.
"Rayan" balas Zora.
"Dia siapa kamu?"
"Pacar"
Prang....
Mendengar ucapan yang keluar dari mulut putrinya semakin membuat emosi Respati tak stabil. Ia sampai refleks tak sadar membanting piring.
Semuanya memekik terkejut dengan tindakan Respati barusan. Terutama Zora yang sudah terisak-isak.
Sedangkan Aldan sang Abang hanya terdiam dengan rasa bersalah. Ia pikir ucapannya tadi tak akan membuat masalah sebesar ini, Ia fikir Papahnya hanya akan memarahi Zora ringan dan menasehatinya saja. Tapi siapa sangka masalahnya malah menjadi serumit dan sepanas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Absurd Ning [END]
RomanceSEQUEL AESTHETIC GUS_ ( Bisa di baca terpisah) - - " Turun Zora!". Tegas Emir sambil menatap sepupu perempuannya itu yang kini sedang nangkring di atas genteng. " Gak mau, Zora lebih tenang disini". Balas Zora acuh. " Zora Alifia!... Turun atau sa...