Ini dua satu

14.9K 1.1K 29
                                    

Setelah beberapa menit Feni dan Aldan menunggu Zora sadar, akhirnya sang empu yang di tunggu pun membuka mata juga.

Aldan sampai saat ini pun belum mengabari kedua orang tuanya tentang kondisi Zora, karena Ia takut membuat mereka khawatir dan akhirnya aktivitas mereka terganggu. Lagian Aldan rasa keadaan Zora tak perlu sangat di khawatirkan sekali.

" Euughh". Zora melenguh sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.

" Alhamdulillah". Ucap Aldan merasa senang.

" Zora mau bangun". Pinta Zora.

Aldan pun mendekati Zora dan membantunya duduk dengan hati-hati.

" Gimana keadaan Lo Ra?". Tanya Feni dengan raut khawatirnya.

" Enggak Papa kok Fen cuma luka dikit aja". Balas Zora sambil tersenyum tipis.

Aldan menatap Zora tajam. Ia butuh penjelasan sang adik mengenai posisinya pada saat kejadian.

" Kenapa kamu bisa bareng Feni? Emangnya kamu gak di pondok?". Tanya Aldan.

" Zora....". Zora menunduk takut untuk menjawab.

" Kenapa? Kamu kabur? Kamu buat ulah lagi?". Sangka Aldan dengan ekspresi kesalnya.

Zora menggeleng lesu karena memang bukan itu alasannya keluar pondok.

" Kenapa? Ada masalah sama temen kamu? Atau sama Emir?".

Zora menatap ke arah sang Abang dengan raut memohon.

" Zora ceritain tapi Abang harus janji jangan kasih tau ke Mamah Papah".

" Kenapa si?".

" Pokoknya janji dulu". Aldan pun akhirnya mengangguk setuju.

Zora pun akhirnya menceritakan semua permasalahannya dengan Emir secara ditail sampai akhir.

Mendengar cerita Zora berusaha, membuat Aldan merasa prihatin dengan keadaan adiknya itu.

Adiknya itu di timpa masalah yang cukup rumit dalam keadaan nya yang sedang hamil seperti ini.

Nafas berat Zora terhela setelah Ia selesai bercerita.

Aldan menatap Zora serius.
" Emir udah tau kalo kamu lagi hamil?". Tanya Aldan.

Sontak pertanyaan Aldan langsung membuat Zora bingung sekaligus shock.

" Hamil?". Tanya Zora sambil menatap Aldan dan Feni bergantian. Aldan dan Feni pun mengangguk bersamaan.

Zora melebarkan matanya terkejut. Ia meraba-raba perutnya yang masih datar. Degup jantung terasa berdetak begitu cepat.

Apakah benar dirinya hamil? Apakah abangnya berbohong? Tapi tau darimana abangnya itu?

" Bang Aldan tau dari mana?". Tanya Zora lirih.

Aldan memberikan surat diagnosa yang di pegangnya kepada Zora. Zora pun mengambilnya dan membaca nya dengan terburu-buru dan gelisah.

Mulutnya bergetar saat melihat pernyataan paling akhir dalam surat itu yang menyatakan bahwa janinnya baik-baik saja. Zora memejamkan matanya erat, Zora benar-benar sama sekali tak tau jika dirinya tengah hamil, karena sebelumnya tak ada tanda-tanda apapun yang Ia rasakan. Tapi anehnya di situ tertulis bahwa kehamilannya sudah jalan 1 Minggu.

Pandangan Zora lurus kedepan, tanpa permisi tiba-tiba saja cairan putih bening menetes dari pelupuk matanya turun membasahi pipi mulusnya.

Kenapa Allah memberikannya amanah secepat ini? Padahal Zora benar-benar belum siap. Lagi pun kenapa Ia harus hamil di saat hubungannya dengan Emir sedang tidak baik-baik saja?

My Absurd Ning [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang