Ini tujuh

19.4K 1.3K 13
                                    

Hari ini adalah hari sabtu, tepat dimana jadwal pelajaran Respati. Jujur sebenarnya Zora malas untuk masuk kelas, tapi mau bagaimana lagi Ia sudah berjanji kepada Emir untuk tidak bolos lagi.

Zora pun duduk dengan malas di bangkunya. Terlihat, Raden sudah stay di kelas duluan sambil membaca buku.

Raden menoleh ke arah Zora dan menatapnya aneh.

"Kamu kenapa setiap hari Senin sama Sabtu jarang masuk?" Tanya Raden datar.

"Gak papa males aja" Balas Zora santai.

Raden geleng-geleng kepala dan melanjutkan membaca bukunya. Raden sudah tau betul bagaimana kelakuan Zora yang barbar ini. Tidak masuk kelas alasannya malas? Terlampau santai memang.

"Assalamualaikum" ucap seorang guru memasuki kelas. Zora melihat sang guru hanya menghela nafas malas.

"Wa'alaikumsalam" jawab semua siswa.

"Baik, berdoa dulu sebelum saya memulai pelajaran" perintah Respati.

Raden sebagai KM pun mulai menyiapkan kelas.

******

Kriiing.....

Kriiiing...

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa berbondong-bondong keluar kelas. Dan 98% dari mereka rata-rata berlari ke arah kantin.

Zora pun akan keluar kelas juga namun, saat Ia sudah di ambang pintu, Respati memanggilnya dan menyuruhnya untuk mengikuti. Zora menatap kesal punggung Papah nya. Ia pun akhirnya dengan ogah-ogahan terpaksa mengikuti langkah Papahnya.

Respati menghentikan langkahnya ketika keduanya sampai di sebuah lorong madrasah yang sepi. Respati pun menatap Zora tajam. Zora menelan ludah merasa takut dengan tatapan Papah nya itu.

"Akhir-akhir ini kenapa kamu tidak masuk kelas Saya?"

Zora mematung mendengar Papah nya menggunakan kata saya. Karena biasanya Respati selalu memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Papah bukan saya.

Zora menundukkan wajahnya tak bisa menjawab apapun. Ia benar-benar takut melihat ekspresi Papah nya sekarang.

Respati mengangkat dagu Zora agar menatap matanya. Zora pun akhirnya terpaksa berhadapan wajah dengan Papah nya walaupun takut-takut.

"Saya sedang berbicara dengan kamu" kata Respati dengan nada horor.

Tanpa mereka sadari, 3 orang gadis diam-diam sedang mengintip dari balik tembok sana. Mereka nampak saling menatap terkejut sambil berbisik-bisik satu sama lain.

"Waduh gak bener tuh orang. Jadi si Zora itu diem-diem ada main juga sama Ustadz Ares? Wah parah-parah-parah"

"Gin, Gin. Kamu diem-diem bawa hp kan?" Gina mengangguk cepat.

"Sini hp kamu" Gina pun memberikan hpnya yang Ia sembunyikan di saku celana di dalam roknya kepada Nia.

Tanpa lama Nia langsung membuka aplikasi kamera dan memotret Zora dan Respati di depan sana yang kini posisinya sedang tatapan-tatapan begitu dekat.

"Mampus. Aku bakalan prin foto ini dan tempelin di mading. Biar semua orang tau kalo Zora itu murahan" Nia tersenyum licik. Begitu pula dengan Gina dan Meli.

Zora menatap ke arah Respati dengan mata berkaca-kaca. "Zora kecewa sama Papah. Papah itu sekarang berubah tau gak! Papah gak kaya Papah yang dulu. Yang selalu bikin Zora ketawa dan bikin Zora nyaman dengan sikap Papah. Sekarang? Papah malah kaya gini, marah-marah gak jelas. Zora sakit pun Papah gak peduli. Dah lah, Zora capek" Setelah mengatakan itu, Zora pun melenggang pergi meninggalkan Papahnya.

My Absurd Ning [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang