Beberapa hari ini semenjak kejadian dimana Zora tidak diizinkan pulang oleh Papah nya, Zora jadi sering murung dan sedih. Ia jadi sering tidak masuk kelas ketika mata pelajaran Papah nya, sering tidak ikut pengajian, bahkan Ia pun selalu menghindari Emir takut laki-laki itu akan menagih setoran hafalannya.
Awalnya Zora memang sempat berusaha menghafal di bantu oleh kedua sahabatnya, tapi hanya sedikit ayat yang Ia hafal dan akhir-akhir ini Ia malas untuk menghafal lagi.
Zora tak jarang mendapatkan teguran dari para Ustadzah karena dirinya yang selalu malas untuk mengikuti kegiatan pesantren. Bahkan Zora pun sering dapat hukuman dari para Ustadzah karena Zora jarang mengerjakan tugas.
Sekarang, Zora kini sedang duduk di atas genteng sambil menatap awan-awan di langit. Ia akhir-akhir ini memang sering duduk di atas genteng kamar asramanya untuk mencari angin serta mencari ketenangan juga.
Ifah dan Maudy sering kali menyuruh Zora untuk turun dan menyudahi kebiasaannya duduk lama di atas genteng. Tapi Zora keras kepala, Ia tak pernah mendengarkan larangan kedua sahabatnya. Karena menurutnya satu hari saja Ia tak menikmati angin dari atas genteng ini, Zora akan langsung merasa tertekan dengan masalah-masalah nya.
Ngomong-ngomong soal Ifah dan Maudy, kini mereka sudah tau tentang status Zora sebagai seorang Ning. Zora pun akhirnya menceritakan semuanya kepada mereka berdua serta tentang Ia yang merahasiakan jati dirinya sebagai anak dari Ustadz Ares.
Ifah dan Maudy pun di amanah kan untuk selalu tutup mulut dan tidak boleh menceritakan ke siapapun bahwa Zora sebenarnya anak dari Ustadz Ares. Keduanya pun setuju-setuju saja, yang penting Zora masih mau tinggal di pesantren ini.
Allahuakbar...
Allahhuakbar...
Terdengar suara adzan ashar berkumandang. Zora pun bergegas turun menggunakan tangga. Walaupun Ia memang terbilang bandel, tapi Zora tak pernah sekalipun meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Yaitu sholat 5 waktu.
Zora pun masuk ke kamar mandi asramanya dan mengambil wudhu. Setelah selesai berwudhu, Ia pun mengambil mukenanya dan bergegas ke masjid untuk menunaikan sholat ashar berjamaah bersama santri yang lain.
Sedangkan ke2 sahabatnya Ifah dan Maudy, mereka sudah berada di masjid duluan sebelum Ashar. Karena memang seharusnya 1 jam sebelum masuk waktu Ashar ada acara pengajian yang harus diikuti semua santri. Tetapi Zora yang bandel ini lagi-lagi sengaja bolos dan malah memilih nangkring di atas genteng.
Zora pun memasuki masjid dan menggelar sajadah di Saf paling belakang. Zora pun memulai sholatnya dengan khusuk.
8 menit kemudian, Sholat pun selesai. Setelah selesai berdzikir dan memanjatkan doa, para santri pun berbondong-bondong keluar masjid. Gak ada sholat sunah 2 rokaat ya, kan Ashar hehe.
Setelah selesai berdo'a, Zora pun ikut keluar juga mengikuti yang lain. Dan sialnya, Ia malah bertemu dengan Emir. Zora yakin kali ini Emir tak akan membiarkannya lolos.
"Kamu lupa sama hafalan kamu? Mau kabur...? Gak mau tanggung jawab?" Sindir Emir dengan wajah datarnya. Benar dugaan Zora, Emir pasti membicarakan itu!
Zora menatap Emir jengah dan memutar bola matanya malas.
"Temui saya di ndalem. Kalau kamu sampai tidak datang ___"
"Okeh Zora dateng" potongnya dan Ia pun berlalu pergi meninggalkan Emir menuju asramanya.
Emir memperhatikan punggung Zora dengan mata mengerut.
'Segitunya kamu tidak mau menikah dengan saya' batin Emir sambil terkekeh kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Absurd Ning [END]
RomanceSEQUEL AESTHETIC GUS_ ( Bisa di baca terpisah) - - " Turun Zora!". Tegas Emir sambil menatap sepupu perempuannya itu yang kini sedang nangkring di atas genteng. " Gak mau, Zora lebih tenang disini". Balas Zora acuh. " Zora Alifia!... Turun atau sa...