Ini tiga

21.2K 1.5K 45
                                    

Dari balik tembok, Zora diam-diam memperhatikan beberapa santriwati yang sedang di hukum berdiri di lapangan sana sambil cekikikan.

Mereka adalah 2 orang santriwati di kelasnya tadi Yaitu Leha dan Dara, mereka berdua nampak sedang berdiri sambil mengenakan kalung karton bertuliskan saya telah membully teman baru saya.

Sedangkan Nia, Gina, dan Meli 3 gadis yang tadi menggebrak meja, terlihat sedang menyapu banyak sekali dedaunan kering di sekitar lapangan.

"Aku gak nyangka kamu berani juga ngeberontak mereka" Zora menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang laki-laki sedang bersidekap di belakangnya.

"Raden?" Gumamnya merasa aneh dengan teman sebangkunya itu.

"Tetap hati-hati. Tapi Aku yakin kamu bisa" peringat Raden seraya pergi meninggalkan Zora.

Zora memperhatikan punggung Raden dengan bingung dan bertanya-tanya maksud dari ucapan laki-laki itu barusan.

Zora merasa dari pertama Ia bertemu dengan Raden di kelas tadi, Ia akui bahwa cowok itu memang sedikit aneh. Dari sikapnya yang tak tersentuh, Selalu diam tak berekspresi, bahkan Zora rasa dia tak memiliki teman karena yang Ia lihat laki-laki itu selalu sendirian.

"Zora" tiba-tiba saja Ifah dan Maudy muncul di belakangnya hingga membuat Zora terkejut.

"Iih kalian ngagetin aja" kesal Zora sambil memukul pelan pundak Ifah.

"Kamu ngapain sama si Raden?" Tanya Maudy dengan raut bingung.

"Gak papa. Tuh cowok cuma peringatin Gue buat hati-hati aja katanya" Balas Zora acuh.

"Lah? Tumben tuh orang peduli" bingung Ifah.

"Emang kenapa si? Ada apa lagi? Kenapa santri-santri di sini pada prik semua kelakuannya. Baru 1 hari loh Gue disini, udah di bikin ruet aja sama orang-orangnya" Zora menatap jengah ke arah kedua sahabatnya.

"Okeh kita ceritain tapi ayo balik ke asrama dulu" ajak Maudy karena memang kelas Madrasah Aliyah sudah selesai pada pukul 12:00 dan di lanjut dengan sholat Dzuhur berjamaah di mushola tadi setelah itu para santri boleh balik ke asrama kecuali yang ada kegiatan lain seperti ekskul.

Ketiganya keluar dari lingkungan Madrasah menuju ke arah asrama pondok.

Setelah sampai di asrama, ketiganya duduk di atas kasur milik Maudy dan tatapan keduanya langsung terfokus ke arah Maudy yang akan bercerita.

"Jadi gini, Raden itu di cap sebagai santriwan yang paling ganteng di pesantren ini dan pastinya semua santri terutama Santriwati tau sama dia. Selain ganteng dia juga pinter, bisa di bilang nama dia itu terkenal di kalangan santriwati karena ke perfect an dia itu" jelas Maudy.

"Tapi... Dia orangnya cuek dan susah buat berbaur sama orang. Dia gak punya temen akrab, di asramanya pun dia jarang bareng-bareng sama temen sekamarnya. Dia selalu sendirian dan enggan kenal sama orang lain apalagi ngajak ngobrol duluan. Makanya kita kaget karena dia tiba-tiba nyamperin kamu" lanjut Ifah.

Dahi Zora mengerut menatap Ifah setelah Ifah bercerita.
"Emang kenapa dia kaya gitu?"

"Aku juga gak tau dia kenapa kaya gitu. Masih jadi misteri Ra"

"Dia sekelas, kan ya sama kamu?". Zora mengangguk cepat.

"Dan gue duduknya sebangku bareng Dia" Mendengar itu keduanya langsung melotot ke arah Zora.

"Ha? Serius? Demi apa kamu?" Heboh Ifah.

"Ya... serius. Soalnya gak ada bangku kosong lagi cuma bangku samping Raden doang yang kosong. Gue duduk bareng dia pun awalnya sempet di marahin sama Kak__ emm Gus Emir" jelas Zora hampir saja Ia keceplosan memanggil Emir dengan sebutan kak.

My Absurd Ning [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang