Irene melirik kanan dan kiri sebelum akhirnya memutuskan ke luar dari mobil Junmyeon. Baru memegang knop pintu, Junmyeon menahan tangan Irene dan menariknya.
"Apasih, Pak? Saya mau keluar duluan," ucap Irene.
"Diumumin aja lah kalo kita pacaran, biar gampang pacarannya," kesal Junmyeon. "Biar saya bisa peluk kamu dimana aja."
Irene memutar bola matanya. "Gak bisa, Pak. Nanti orang-orang mikir yang enggak-enggak."
"Emangnya mereka mau mikir apa?"
"Ya barangkali saya dikira simpanan Bapak? Gimana?" tanya Irene. "Lagian seru kok pacaran diem-diem gini, kaya di drama."
Junmyeon memajukan bibir bawahnya, tanda kesal. "Lagi-lagi simpanan, memangnya simpanan apa? Terus kalo di drama tuh gimana?"
"Ya simpanan, Pak, pokoknya," ucap Irene. "Di drama tuh stay cool in public, bucin in private."
"Saya maunya bucin dimana-mana," jawab Junmyeon.
"Duh, sekarang Bapak diem dulu, saya mau turun karena saya harus absen biar gaji saya gak dipotong, oke?" ucap Irene.
Junmyeon menggelengkan kepalanya.
Irene memajukan dirinya lalu mencium ujung hidung Junmyeon. "Harus oke, bye."
Irene berjalan perlahan sementara Junmyeon masih mematung di dalam mobil. Sedetik kemudian ia tersenyum dan merasakan pipinya memanas.
Ia membenarkan dasinya sebentar lalu ikut keluar dari mobil.
••
Junmyeon melihat Irene dari balik jendela. Ia memutar-mutar kursinya sambil mengamati wajah Irene yang sibuk menatap layar komputer.
Waktu sudah menujukkan jam makan siang tetapi Irene masih terpaku pada pekerjaannya. Bahkan, Junmyeon melihatnya menolak ajakan teman-temannya untuk mencari makan siang.
Junmyeon menekan teleponnya yang terhubung dengan telepon di meja Irene. Ia menyuruh Irene untuk masuk ke dalam ruangannya, seraya mengaktifkan mode gelap pada kaca jendelanya.
"Ada apa ya, Pak?"
"Ini jam makan siang," ucap Junmyeon singkat.
"Iya saya tahu."
"Kenapa nggak makan siang?" tanta Junmyeon. "Saya lihat kamu masih duduk di kursi kamu, memangnya apa yang kamu kerjakan?"
"Saya sedang meninjau ulang proposal yang diajukan tim 1 tentang kerja samanya dengan Rayoon Industry, Pak," ucap Irene.
Junmyeon bangkit dari kursinya, lalu duduk di meja tepat menghadap Irene. "Kamu mau temani saya makan?"
Irene celingukan, "Boleh, tapi dimana makanan Bapak?"
Junmyeon menampakkan seringainya, lalu menarik pinggang Irene mendekat. "Di sini."
Lalu Junmyeon melahap bibir ranum Irene yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Ia menerjang bibir Irene ganas, bergantian atas dan bawah hingga Irene kehabisan napas.
Junmyeon memainkan lidahnya, mengetuk milik Irene untuk saling bersilat di dalam mulut Irene. Ia menggiring Irene ke atas sofa, lalu menidurkannya.
"Pak,"
"Kenapa?"
"Ini di kantor, mau ngapain?"
Junmyeon lagi-lagi menerjang bibir Irene dan kini ciumannya turun ke leher jenjang Irene. Ia memutari seluruh inci leher Irene dan sesekali memberikan gigitan. Irene mati-matian menahan desahannya agar tidak terdengar oleh karyawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss // SURENE
FanfictionSuara derap langkah tegas memasuki pelataran kantor, membisukan semua perbincangan asyik untuk sekadar menoleh ke arah seseorang yang baru saja datang. Semuanya segera membungkuk begitu mengetahui Kim Junmyeon, bos besar mereka tengah berjalan di p...