Irene memotong steak-nya dengan wajah kesal. Bagaimana tidak kesal, ia harus menyantap makanan itu di hadapan orang yang paling menyebalkan dalam hidupnya.
"Kenapa liatin saya terus?" tanya Junmyeon membuat Irene menusuk steak-nya kasar.
"Nggak, Pak. Bapak salah liat," ucap Irene lalu menoleh ke arah Taehyung yang ada di sampingnya. "Saya liatin Taehyung, kok. Iya, kan?"
Taehyung tersenyum. "Liatin ya liatin aja kali, Rin."
Irene menginjak kaki Taehyung keras.
"Kenapa injak kaki saya?"
Irene menoleh ke bawah meja dan mendapati kesalahannya. Sialan, itu kaki Junmyeon ternyata.
"Maaf, Pak, saya kira itu kaki Taehyung," ucap Irene membuat Taehyung menahan tawanya.
"Kalau itu kaki adek saya, kenapa kamu mau menginjaknya?" tanya Junmyeon berusaha menyudutkan.
"Hobi saya sejak SMA, Pak. Iya kan, Tae?" tanya Irene sambil menampakkan wajah 'minta tolong'nya pada Taehyung.
Taehyun tak kuasa menahan tawanya. Ia tertawa kecil. "Hobi banget emang, Bang. Hobiiii banget."
"Ya kan, Pak? Saya bilang juga apa," ucap Irene bangga.
"Kalian sudah kenal lama?"
"Loh Bapak nanya lagi?" kesal Irene. "Dapet piring cantik seharusnya sih."
Taehyung tertawa kecil. Setelah ia menelan dagingnya, ia berkata, "Irene itu kakak kelas gue, mantannya sahabat gue, tapi dia juga sahabat gue."
Irene memutar bola matanya. "Itu mantan-mantan pake disebut segala."
"Oh," balas Junmyeon singkat lalu kembali menikmati makanannya.
Mereka kembali melanjutkan acara makan mereka, lalu setelah selesai, Taehyung meminta izin untuk mengantar Irene.
"Saya antar kalian berdua. Ke sini naik mobil saya, pulang juga saya yang tanggung jawab," ucap Junmyeon membuat Taehyun menoleh.
"Abang sehat?"
Junmyeon menampakkan wajah garangnya. "Puji Tuhan sehat banget."
Irene menarik tangan Taehyun. "Yaudah yuk, Tae. Mayan, baru kali ini gue lihat pak bos baik hati. Kapan lagi?"
Irene segera duduk di kursi tengah, sementara Junmyeon menyetir dan Taehyung duduk di sampingnya.
Selama perjalanan, mereka hening dan hanyut dalam suasana dinginnya malam. Taehyung menoleh ke belakang dan mendapati bahwa Irene tertidur.
"Bang, lo suka sama dia ya?"
Junmyeon melirik ke arah Taehyung lalu berganti ke arah Irene. "Dia?"
Taehyung mengangguk membuat Junmyeon tertawa sumbang. "Ada-ada aja lo haha."
"Enggak?"
"Enggak lah, gila lo?" balas Junmyeon. "Kenapa? Lo suka?"
Taehyung hanya diam dan tak membalas pertanyaan Junmyeon barusan. Ia tersenyum pelan membuat Junmyeon menoleh. "Kenapa lo senyum-senyum?"
"Enggak papa, Bang. Dia kakak kelas gue yang paling baik sama gue. Gue jadi keinget masa SMA aja sih," ucap Taehyung.
"Oh."
Tak lama kemudian, mereka sampai di kediaman Irene dan Taehyung berusaha untuk membangunkannya.
"Rin, bangun, Rin," ucap Taehyung sambil menepuk pelan pipi Irene. Yang ditepuk bereaksi kecil dengan membuka matanya kecil. "Udah sampe, Rin. Kalo lo gak bangun, gue bakal gendong lo nih."
Irene segera membuka lebar kedua matanya dan menguceknya perlahan. "Eh udah sampe."
"Iya sudah. Kamu mau berapa lama tidur di mobil saya?" sahut Junmyeon.
Irene menguap kecil. "Galak amat bos," ucapnya. "Terima kasih tumpangannya. Saya pulang dulu."
Taehyung menggandeng Irene lalu membawanya keluar dari mobil.
"Gue balik dulu ya, Rin?"
"Iya, makasih ya, Tae," balas Irene pelan lalu tersenyum.
Taehyung masuk ke dalam mobil dan Irene melambaikan tangan pada keduanya. Setelah mobil mereka tidak terlihat, Irene masuk ke apartemennya dan segera melanjutkan acara tidurnya.
••
"Pagi, Pak," sapa Irene dengan senyum lebarnya.Junmyeon menghentikan langkahnya dan menatap Irene. "Ke ruangan saya."
Irene mengangguk dan langsung mengikuti Junmyeon di belakangnya.
"Ada apa, Pak?"
"Saya lapar," ucap Junmyeon sambil melepas jasnya.
"Ya.. makan?" ucap Irene dengan nada bertanya.
"Saya lagi males keluar," ucap Junmyeon. "Kamu sudah makan?"
Irene terdiam sebentar dan tertawa.
"Kenapa ketawa?"
"Lucu aja Bapak nanya gitu. Udah kayak orang PDKT aja," ucap Irene.
"Emang kenapa?"
"Enggak kok, Pak. Saya nggak bakal baper juga. Saya lebih mengutamakan laper daripada baper," ucap Irene. "Bapak mau makan apa? Biar saya pesankan."
"Kamu mau apa?"
Lagi-lagi Irene terdiam dan tertawa. "Pak, kalau orang lain dengar dan mereka nggak tahu kalau Bapak ada 'hutang' sama saya pasti mikirnya Bapak lagi PDKT sama saya."
Junmyeon memutar bola matanya.
"Heh sekretaris GR, mau makan apa? Ditanyain baik-baik malah minta dijahatin," ucap Junmyeon kesal. "Saya gak mau soto lagi ya."
"Saya pengen pecel," ucap Irene.
"Bae Joohyun," panggil Junmyeon tiba-tiba.
"Iya?"
"Bisa dinaikin sedikit gak sih standar makanan kamu? Kamu minta tenderloin steak, spaghetti, restoran mewah bintang 5 pun saya bisa beli," ucap Junmyeon. "Kenapa selera kamu selera pinggir gitu sih?!"
Irene menatap Junmyeon kesal. "Bukan soal harga tapi rasa."
"Udah kayak chef aja kamu bilang gitu."
"Abisnya Bapak aneh!" kesal Irene. "Toh saya cuma minta pecel bukan yuyu panggang."
Junmyeon memutar bola matanya. "Awas aja kamu minta aneh-aneh."
Junmyeon lalu merogoh sakunya dan mengambil dompetnya. "Pake kartu bisa?"
Giliran Irene yang memutar bola matanya. "Bapak Kim Junmyeon yang terhormat, saya itu mau beli pecel di pinggir, bukan mixed vegetable with peanut sauce ya."
"Apa itu?"
Irene menarik napas panjang. "Pecel juga tapi yang jual resto bintang 5 dan harganya bisa 10x lipat."
"Oke kalo gitu saya mau mixed vegetable with peanut sauce aja," ucap Junmyeon.
"Gak ada restoran buka pagi-pagi, Pak," kesal Irene. "Udah saya beliin aja. Orang cuma 20.000 doang di pinggiran. Permisi."
"HEEEHH!"
Junmyeon menghentikan langkah Irene. "Apa lagi, Pak?"
"Teh juga, jangan lupa," tambah Junmyeon.
Irene mendumal dalam hati namun ia hanya bisa tersenyum di hadapan bos menyebalkannya itu.
"Oke pecel, I'm cominggggg," ucap Irene lalu segera keluar dari area kantor.
••
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss // SURENE
FanficSuara derap langkah tegas memasuki pelataran kantor, membisukan semua perbincangan asyik untuk sekadar menoleh ke arah seseorang yang baru saja datang. Semuanya segera membungkuk begitu mengetahui Kim Junmyeon, bos besar mereka tengah berjalan di p...