Irene berangkat kerja tanpa semangat. Ia kelihatan lesu, sangat berbanding 180° dengan dirinya yang bahagia kemarin.
Mata hitam dan bengkak akibat menangis, rambut sedikit berantakan karena tak sempat menyisir, juga penampilannya yang tidak menunjukkan bagaimana Irene yang biasanya bersih.
Semua gara-gara Oh Sehun. Bisa-bisanya ia sama sekali tak memberikan kabar atau bahkan sekedar mengucapkan hari jadi mereka kemarin. Hal itu benar-benar membuat Irene jengkel, pasalnya ia sempat melihat bahwa Sehun sedang online tapi tak membalas atau membaca satupun pesan darinya.
"Kenapa tuh, pagi-pagi muka udah ditekuk kayak gitu?" tanya Seulgi sambil meletakkan tas di biliknya.
Irene hanya menggeleng pelan, lalu menelungkupkan kepalanya di lipatan tangannya.
"Dimarahin pak bos?" tanya Seulgi lagi, dan hasilnya tetap sama. Gelengan pelan dari Irene.
Seulgi menarik napas panjang. "Gue heran deh, perasaan kemarin elo bahagia banget. Senyum-senyum gak jelas udah macem orang gila. Eh sekarang malah ditekuk gitu wajahnya. Ya gak Jen?" Seulgi menyenggol Jennie yang baru saja datang.
Jennie mengangguk lalu bertanya tanpa suara kepada Seulgi, "Kenapa?"
Seulgi mengangkat pundaknya, tanda tidak tahu.
Aura kantor tiba-tiba menjadi dingin. Seulgi dan Jennie buru-buru duduk di bilik masing-masing, sambil terus memanggil nama Irene yang masih menelungkupkan wajanya.
"Irene! Bawa laporan presentasi kemarin ke meja saya sekarang juga!" Baru saja Junmyeon datang dan seluruh karyawan perusahaan mendadak diam.
Irene mengangkat kepalanya lalu merogoh tasnya. Ia masuk ke dalam ruangan bos dengan wajah tak semangat.
"Permisi Pak.."
Jumyeon yang menyadari kehadiran Irene mengalihkan tatapan matanya dari laptop di hadapannya, dan menatap wajah Irene.
"Ini hasil rapat kemarin," Irene meletakkan map di meja Junmyeon. "Saya per-"
"Irene," panggil Junmyeon yang melihat wajah murung Irene.
Irene menarik napas panjang, lalu kembali menatap Junmyeon.
"Ada apa Pak?" tanya Irene.
"Mana kopi saya?"
Irene buru-buru menepuk dahinya, "Aduh iya, Pak. Saya bikinkan sekarang ya."
"Tunggu," ucap Jumyeon, membuat Irene menghentikan langkahnya.
"Ada apa ya Pak?" tanya Irene.
Junmyeon menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya, memberi tanda agar Irene mendekat.
Irene berjalan mendekat dan melihat Junmyeon melempar sesuatu ke meja. Irene refleks membungkukkan badan untuk melihat lebih jauh apa yang baru saja bosnya itu lemparkan.
Tulisan bewarna emas cukup besar terpampang jelas, membuat Irene memicingkan mata.
'M & S'
'Minho & Suzy'
"Ini.. undangan, Pak?" tanya Irene memastikan.
"Kamu pikir itu TTS?" tanya Junmyeon balik.
"Saya mikirnya ini undangan pernikahan, Pak," ucap Irene sambil kembali memicingkan mata, memastikan bahwa yang di hadapannya ini memang benar undangan pernikahan.
Junmyeon memijat pelipisnya pelan, lalu raut wajahnys berubah santai.
"Nanti malam. Jam 6. Kamu datang ke apartment saya. Dandan yang rapi, cantik, dan baik sebelum kamu menghadap saya. Paham?" tanya Junmyeon.
Irene terlihat sedang berpikir. "Jadi intinya.. Bapak ngajak saya datang ke pernikahan M dan S?" tanya Irene. "Ehm, maksud saya Minho dan Suzy."
Junmyeon mengangkat alisnya pelan. "M-hm."
"Ap-apa? Kenapa saya harus--"
"Dia mantan kekasih saya. Jadi awas saja kamu tidak berpakaian indah nanti malam. Kamu harus nampak mempesona. Yah, walaupun saya tahu kalau kamu tidak cantik," ucap Junmyeon yang dibalas dengan tawaan kencang dari Irene.
Begitu mendapat tatapan tajam dari sang bos, Irene segera menarik napas panjang, berusaha untuk meredam tertawanya.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Junmyeon.
"Ekhm, saya tertawa saja, Pak. Mohon maaf," ucap Irene. "Jadi ceritanya Bapak mau memanasi mantan kekasih Bapak?"
Junmyeon berdeham sedikit kencang, membuat Irene tertawa lagi.
"Bapak Junmyeon selaku bos terhormat, jika Anda meminta saya tampil prima nanti malam, apakah Anda tidak berpikir kalau saya naik sepeda motor menuju apartment Anda, make-up saya bisa luntur? Tatanan rambut saya jadi berantakan?" tanya Irene dengan nada sarkas.
"Saudari Irene selaku sekretaris terbodoh, apakah Anda tidak tahu bahwa banyak sekali aplikasi mobil online yang bisa Anda pakai?" tanya Junmyeon balik. "Jangan harap saya mau menjemput Anda. Mimpi Anda terlalu tinggi."
Irene diam di tempat. Ingin seksli rasanya memutahkan seluruh isi perutnya mendengar perkataan Junmyeon barusan.
Ah, akan lebih asik jika memutahkannya tepat di wajah Junmyeon.
••
ENJOYXX!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss // SURENE
FanfictionSuara derap langkah tegas memasuki pelataran kantor, membisukan semua perbincangan asyik untuk sekadar menoleh ke arah seseorang yang baru saja datang. Semuanya segera membungkuk begitu mengetahui Kim Junmyeon, bos besar mereka tengah berjalan di p...