• Part 23

1.3K 104 14
                                    

Kembali ke rutinitas sebagai seorang sekretaris membuat Irene merasa cukup canggung dengan keberadaan bosnya yang ia 'tiduri'.

Layar laptop di hadapannya bak memutar kaset lama tentang bagaimana ia dan bosnya berada di ranjang yang sama, saling meneriakkan nama satu sama lain. Irene menggelengkan kepalanya, berusaah menatap layar laptopnya dengan benar.

Ia tidak bisa melupakan kejadian itu, padahal ia harus fokus bekerja. Baru sedikit mengetikkan kata di file proposalnya, 'film' lama itu kembali berputar di otaknya. 

"Shit," Irene menggeram dan memukul mejanya dengan tangannya. Seulgi buru-buru memutar kursinya dan mendekati Irene. 

"Kenapa?"

Irene menggelengkan kepalanya lalu mengambil cangkir di sebelahnya dan menegak sedikit air. "Gak kenapa-kenapa."

Jennie ikut memutar kursinya dan mendekati Irene. "Gimana di Bali? Apakah lo berhasil merasakan surga dunia?"

Irene tiba-tiba tersedak dan segera meneguk airnya lagi. 

Seulgi dan Jennie bertatap-tatapan lalu mereka mendekatkan wajah mereka ke Irene sambil menelisik. "Lo udah gak perawan kan?"

"Omongan lo!" sergah Irene cepat.

Jennie tiba-tiba mengendus-endus tubuh Irene dan berakhir melihat wajah merah Irene. Ia tertawa sebentar lalu menepuk pundak Seulgi. "Fix inimah Irene udah gak perawan lagi."

Irene buru-buru membekap mulut Jennie dan memelototinya. "Yaudah gak usah diumumin juga kali!"

Seulgi ikut melotot dan menarik pundak Irene. "SERIUS LO UDAH GAK PASWERWESRRLEL?!!" Sebelum Seulgi menyelesaikan ucapannya, tangan Irene sudah berpindah tempat menutup mulutnya. Duh, memang kedua rekan kurang ajarnya ini.

"Sama siapa? Ganteng gak? Bule?" berbagai pertanyaan dilontarkan kedua manusia kepo itu dengan mata berbinar mereka.

Irene menutup telinganya dan memejamkan mata. Kedua manusia itu jelas tidak tinggal diam. Mereka mengguncang-guncangkan tubuh Irene sebelum akhirnya bos besar mereka datang dan berdeham.

Berulang kali ia berdeham tetapi Irene tidak meresponsnya. Jelas saja, Irene sedang menutup mata dan kupingnya.

Junmyeon mendekat dan menepuk pundak Irene, seraya kedua teman mereka kembali ke habitat masing-masing. 

"IH GUE GAK MAUUU!" sentak Irene lalu membuka matanya dan melihat Junmyeon tepat di depan wajahnya. "P-pak."

Junmyeon melipat kedua tangannya. "Bae Joohyun, ke ruangan saya sekarang juga." Lalu ia pergi mendahuluinya masuk ke ruangannya.

Seulgi dan Jennie tampak mengangkat tangan mereka, berusaha memberi semangat pada Irene yang sudah kehilangan muka.

Irene menarik napas sebentar lalu mengetuk ruangan bosnya itu. Setelah dipersilakan masuk, Irene kembali menarik napas dan masuk ke dalam ruangan itu.

Auranya dingin dan mencekam. Irene ingin segera pergi dari ruangan ini dan tidak ingin kembali lagi. 

"Kamu sudah cek proposal yang saya kirimkan?" tanya Junmyeon.

Irene memutar tablet di tangannya lalu mengecek sesuatu. "P-proposal yang mana ya, Pak?" Irene terus mengulir tablet di tangannya, berusaha menemukan proposal yang dimaksud Junmyeon.

"Proposal pengajuan," jawab Junmyeon singkat. "Saya kirimkan ke email pribadi kamu."

Irene mengangguk lalu segera membuka akun pribadinya dan menemukan nama Junmyeon ada di daftar pengirim pesan paling atas. Tanpa subjek dan keterangan, email dari Junmyeon terlihat sedikit... aneh?

My Boss // SURENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang