Part 02

127 13 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

Keluarga Golvench tampak makan malam bersama. Kakek Martin, Nenek Sarah, John, Paulina, Hailey, David, Jack, Susan, Natasha, dan Jeremy tampak menikmati hidangan makan malam dengan lahap.

"Aw! Hentikan!" gerutu Hailey saat Jeremy menarik rambutnya.

"Jeremy," tegur Susan.

"Kak Hailey, rambutnya diikat kalau sedang makan. Jorok sekali jadi perempuan," ledek Natasha.

"Urus urusanmu sendiri, bocah kecil," gerutu Hailey lalu melanjutkan makan sambil mengotak-atik ponselnya.

Nenek Sarah hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah cucu-cucunya. Ia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu.

"Kalian tidak mengajak April makan malam bersama?" tanya Kakek Martin.

Natasha dan Jeremy saling mendelik.

"Kami tadi pergi ke kamarnya, tapi dia sudah tidur," David yang menjawab.

"Dia mungkin kelelahan selama dalam perjalanan, jadi dia tidur lebih awal," kata Nenek Sarah.

"Dia benar-benar anaknya Mia dan Hansen? Dia sangat pendiam, aku pikir dia berbeda dengan orang tuanya yang cerewet dan banyak tingkah," kata Jack.

Paulina menyahut, "Itu karena ini baru pertama kalinya dia datang ke sini. Setelah lama tinggal di sini dan mengenal semua orang di mansion, dia akan sama nakalnya seperti anak-anak seusianya."

"Paulina, besok kau harus mengantar April ke sekolah dasar untuk mendaftarkannya," ucap Kakek Martin.

"A-apa? Ta-tapi, kenapa harus aku?" tanya Paulina.

"Karena kau yang tidak sibuk. Susan harus menjaga bayinya," ucap Kakek Martin lalu kembali fokus ke makanannya tanda kalau perintahnya tidak ingin dibantah oleh menantu tertuanya itu.

Dalam hati, Paulina merasa kesal. Ia tidak mau mengurusi pendaftaran sekolah April. Tapi, ia juga tidak ingin membantah mertuanya.

Di kamar.

Paulina merengek pada John, suaminya.

"Kenapa kau tidak melakukan sesuatu? Kenapa tidak melarang ayahmu menyuruhku? Aku tidak mau mengantar anak itu ke sekolah dasar. Apa aku terlihat seperti pelayan? Kenapa tidak pelayan saja yang pergi mengurusi pendaftaran anak itu?" gerutu Paulina.

"Hanya sebentar, mendaftarkan nama April lalu kembali pulang," ucap John. "Lagipula harus orang tua atau perwakilan orang tua yang mendaftarkan anak ke sekolah, bukan pelayan."

"Tapi, aku bukan orang tuanya. Aku juga bukan wali anak itu. Kenapa tidak kau atau Jack saja yang masih ada hubungan saudara dengan orang tuanya yang sudah mati itu?" rengek Paulina.

John menghela napas berat. "Kau tahu sendiri aku dan Jack pergi ke kantor."

Paulina mendengus kesal. "Kenapa tidak si Susan saja. Bayinya sudah besar. Dia sudah bisa meninggalkannya. Lagipula kau bilang, hanya sebentar, kan?"

"Marsha masih membutuhkan ASI dari ibunya," ucap John.

Paulina mendengus kesal. "Kau berbeda dengan Jack. Dia bisa menolak perintah Ayah...."

John menatap istrinya. "Kau ingin aku melawan ayahku? Hanya karena kau tidak mau menyisihkan waktu untuk anak itu beberapa menit saja?"

Paulina terdiam seketika, tapi beberapa saat kemudian, ia menyahut, "Aku hanya kesal, karena orang tuamu lebih menyukai Susan ketimbang aku."

"Itu perasaanmu saja, mereka menyayangimu seperti putri mereka sendiri," hibur John.

Keesokan harinya.

APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang