Part 04

106 14 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

Di pagi yang cerah, April berjalan-jalan di sekitar mansion Golvench sambil membawa boneka beruang cokelat kesayangannya. Karena hari itu adalah tanggal merah karena libur nasional jadi ia tidak pergi ke sekolah.

April melihat Jeremy sedang bermain skateboard di halaman belakang. Ada David dan juga Natasha di sana. Ia tidak tertarik bergabung dengan mereka dan memilih keluar dari gerbang mansion.

Terdengar suara anjing yang tetangga samping mansion yang menggonggong setiap ada orang yang lewat. Anjing itu tidak menggigit hanya menggonggong dari balik pagar.

April melihat tiga orang anak seumuran dengannya naik skuter dorong lewat sana dan meledek si anjing dengan meniru menggonggong layaknya anjing sambil melempari batu ke dalam pagar.

Sepertinya salah satu batu mengenainya sehingga terdengar suara lolongan kesakitan.

Ketiga anak laki-laki itu tertawa seolah senang setelah berhasil melempar batu pada anjing tersebut. Mereka pun pergi.

Karena penasaran, April mendekat melihat anjing itu. Ternyata lehernya diikat dengan tali dan rantai khusus untuk anjing.

Melihat kedatangan April, anjing berwarna cokelat itu kembali menggonggong. Saat April mencoba menyentuh kepalanya. Ternyata anjing itu tidak menggigit sama sekali. Dia senang diusap kepalanya oleh April.

Ada luka di kepalanya. Kemungkinan lemparan batu tadi mengenai kepala anjing itu hingga meninggalkan luka.

April mendongkak menatap rumah tersebut. Lampu pagar dan lampu di luar rumah tersebut menyala. Tampaknya pemilik rumah sedang tidak ada. Mungkin pergi ke luar kota.

Malam harinya, keluarga Golvench merayakan hari libur nasional dengan menyalakan petasan dan kembang api.

Tidak hanya keluarga Golvench, tampaknya semua orang di kota tersebut menyalakan kembang api dan juga petasan.

April hanya duduk sambil melihat mereka. Ia tidak tertarik untuk bergabung.

Langit malam menjadi terang karena kembang api.

"Kau tidak ikut bergabung dengan mereka?" tanya Susan pada April.

April menggeleng sambil tersenyum tipis. "Lebih senang melihatnya dari sini."

Susan mengusap lembut rambut April.

April melihat David dan Jack membungkus kembali kembang api dan petasan yang belum digunakan, karena mereka merasa sudah cukup bersenang-senang dan menyimpannya di gudang tempat menyimpan peralatan kebun.

Keesokan harinya, April sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Saat ia akan memasuki mobil, ia melihat pemilik rumah tetangga yang ada anjingnya baru pulang dari luar kota.

Mereka terlihat marah dan juga sedih. Anak perempuan mereka yang kira-kira berusia 4 atau 5 tahunan terlihat menangis.

"Ada apa? Apa yang terjadi dengan mereka?" tanya David pada sopir.

"Anjing mereka ditemukan tewas karena ada orang iseng yang meledakkan petasan di anus anjing mereka," jawab sopir.

"Ih!" Natasha meringis mendengar penjelasan sopir.

"Pelakunya pasti psikopat," ucap Jeremy.

April tidak menunjukkan ekspresi apa pun mendengar penjelasan sopir.

"Bagaimana bisa anjingnya diperlakukan seperti itu? Maksudku, kenapa anjingnya tidak melawan. Bukankah sulit menjahati seekor anjing penjaga?" tanya David.

"Itu karena mereka lupa tidak melepaskan ikatan anjingnya sebelum mereka pergi. Itu sebabnya pelaku dengan mudah menganiaya anjing mereka," jelas sopir.

"Pelakunya benar-benar jahat," ucap Natasha. "Seharusnya pelaku masuk penjara."

💠💠💠

Di hari minggu.

Keluarga Golvench pergi ke Gereja. Ada beberapa yang tidak pergi, yaitu Jeremy, Hailey, Jack, dan juga April.

Jeremy sibuk berlatih skateboard, karena sebentar lagi ia akan mengikuti lomba skateboard yang menjanjikan hadiah besar.

Sementara Hailey menghabiskan waktu bermain ponsel seperti biasa. Jack menjaga Marsha selama Susan pergi ke Gereja bersama keluarganya.

Sementara April berkeliling di halaman depan dan menghirup udara segar. Pandangannya tertuju pada tukang kebun yang sibuk menata tanaman.

Pria yang berusia kira-kira tiga perempat abad itu menoleh pada April. Sesaat keduanya saling menatap satu sama lain.

Tukang kebun mengangguk santun. April juga mengangguk sembari tersenyum tipis.

April pergi ke luar dari gerbang dan melihat ketiga anak yang waktu itu mengganggu anjing tetangganya lewat. Mereka menirukan suara anjing yang menggonggong dengan wajah meledek dan menyebalkan.

"Anjingnya sudah mati, bukankah waktu itu kau yang meledakkan anusnya?"

"Haha, iya. Berterima kasihlah padaku. Karena aku, anjing bodoh itu tidak menggonggong lagi sekarang."

"Kau memang pemberani."

April mendengar percakapan mereka. Ia tertegun sejenak lalu kembali ke mansion.

Terdengar suara tangisan Marsha. April melihat Jack sedang menggoda dua orang pelayan muda dan cantik. Bahkan pria itu melakukan hal tidak senonoh dengan menyentuh bagian tubuh wanita yang tidak seharusnya disentuh oleh pria (yang bukan suaminya).

Tidak hanya April, Hailey juga melihatnya. Namun, tampaknya April mau pun Hailey tidak peduli. Mereka kembali ke urusan masing-masing.

Bukannya menjaga dan menenangkan anaknya, Jack malah bersenda gurau dengan para pelayan itu.

Hailey tiduran di sofa sambil melihat layar ponselnya. Ia tertawa melihat media sosial teman-temannya yang memposting foto-foto konyol mereka sewaktu hang out bareng.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jack sambil mencolek dada Hailey membuat gadis itu tersentak kaget.

"Apa yang Paman lakukan?!" gerutu Hailey yang kesal dengan sikap genit pamannya itu. Hailey bangkit untuk duduk dan beringsut menjauh saat Jack duduk di sampingnya.

"Tidak perlu marah-marah, aku tahu kau sudah pernah bermain-main dengan Ken. Iya, kan?" goda Jack.

Hailey mendelik kesal pada Jack. "Aku bukan gadis yang seperti itu!"

"Ayolah, jujur saja. Paman juga tahu, kok. Malam itu kalian pergi bersama untuk bercinta, kan? Paman pernah muda. Jujur saja pada Paman," kata Jack sambil membelai paha Hailey.

Hailey bangkit dari kursi kemudian pergi dari ruang keluarga sambil bersungut-sungut, "Ih, Paman benar-benar aneh! Apa Paman pedofil?!"

Jack tertawa. "Jangan galak padaku, Hailey. Saat kau tidur denganku, kau akan merasakan keenakan dan ketagihan, ingin terus bermain bersamaku!"

Hailey membanting pintu kamarnya lalu menguncinya. "Dia benar-benar sudah gila. Bagaimana bisa ayahku punya adik segila dia? Dan... bagaimana bisa Bibi Susan mau menikah dengannya. Jika aku jadi dia, aku akan memilih pria lain yang lebih muda dan lebih tampan daeinya. Oh, yang benar saja."

Jeremy memasuki mansion sambil menenteng skateboard-nya.

"Hei, Jeremy," panggil Jack.

Jeremy menoleh. "Iya, Ayah?"

"Adikmu menangis, urus dia agar diam dan tidur," kata Jack.

"Kan, Kak Hailey ada. Kenapa tidak menyuruhnya saja? Dia lebih jago menenangkan bayi. Adikku juga bisa diam kalau digendong Kak Hailey," ucap Jeremy.

Jack tersenyum mesum. "Aku rasa Hailey akan lebih jago mengurus adikku. Menyenangkan sekali membayangkan dia memegang adikku dan mengulumnya."

Jeremy mengernyit. Ia tidak mengerti dengan ucapan ayahnya dan memilih untuk pergi ke kamar bayi. Ia menenangkan adiknya, tapi tidak bisa diam.

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

17.20 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang