Part 18

68 9 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

Keesokan harinya, April dihukum oleh Jennifer, karena pulang saat jam pelajaran masih berlangsung. Jennifer marah, karena April tidak ada saat jam terakhir mengabsen.

Hukumannya, April harus membereskan buku-buku di perpustakaan sesuai dengan genrenya.

Seseorang berdehem pelan membuat April menoleh, ternyata Marry. "Nyonya Marry?"

Marry tersenyum. "Kau masih ingat padaku?"

April mengangguk. "Iya."

"Apa kau punya waktu hari ini? Kau bisa pergi bermain bersamaku?" tanya Marry.

"Tidak, aku harus meminta izin dulu dari Kakek Martin. Dia tidak akan mengizinkanku pergi dengan orang asing," jawab April dingin.

"Aku akan meminta izin padanya," sahut Marry.

Namun, benar seperti yang dikatakan Kakek Martin. Marry tidak mendapatkan izin untuk ke luar bersama April, karena Marry orang asing. Waktu itu Laura mendapatkan izin, karena Laura adalah guru dan juga wali kelasnya April.

Marry keluar dari mansion dengan ekspresi kecewa.

"Aku akan ikut dengan Nyonya Marry," kata April yang berdiri di belakang Marry sambil memeluk boneka beruang cokelatnya.

Marry berbalik. Ia terlihat senang lalu mengajak April pergi, padahal ia sudah dilarang.

"Kita ke mana?" tanya April.

"Ke rumahku," jawab Marry tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Ia tampak fokus menyetir.

April juga melihat ke jalanan yang dilalui oleh mobil Marry.

Marry menoleh sebentar pada April. Ia melihat boneka beruang di tangan April. "Apa itu boneka beruang pemberian dari guru privatmu?"

April menoleh pada Marry.

"Kau terkejut?" tanya Marry. "Aku menemui guru privatmu beberapa hari yang lalu."

April menatap boneka beruang di tangannya. "Ini boneka beruang pemberian dari bibiku. Boneka pemberian Bu Guru Emma sudah rusak."

"Begitu, ya."

Sesampainya di rumah Marry, April melihat ke sekeliling. Sebuah rumah yang terbilang mewah dengan cokelat pudar. Ada banyak buku tentang psikologi di rak buku ruang tamu.

"Kau mau sesuatu?" tanya Marry.

April menggeleng.

Marry menanyakan beberapa hal pada April, yang sebenarnya itu adalah tes kejiwaan untuk April. Bukan bermain seperti yang dijanjikan, Marry hanya duduk seperti sedang mewawancarai April.

Tapi, April tetap menjawab pertanyaan Marry dengan serius.

"Warna kesukaanmu?" tanya Marry.

"Putih," jawab April.

Marry mengangguk. Ia menuliskan jawaban April lalu melanjutkan le pertanyaan lain. "Jika temanmu mencuri pensil milikmu dan itu adalah satu-satunya pensil yang kau punya, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku tidak pernah membawa satu pensil. Aku membawa tiga pensil dalam kotak pensilku," jawab April.

"Ini seandainya," ucap Marry.

"Aku tidak akan melakukan apa pun. Aku akan membiarkannya memakai pensilku. Aku akan mengambil barang miliknya sebagai ganti," kata April.

"Oh." Marry menuliskan jawaban April. "Apa yang kau lakukan saat kau ingin bersenang-senang?"

APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang