Part 10

75 19 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

April menatap boneka beruang baru dari Susan di tangannya. Boneka beruang tersebut sangat mirip dengan boneka lamanya.

Terdengar suara kucing mengeong di balkon. April beranjak dari tempat tidurnya. Ia melihat kucing berbulu hitam itu bersembunyi di antara pot-pot besar yang sekarang menjadi rumah baru baginya.

April membawa ikan goreng dan memberikannya pada si kucing hitam.

Sementara itu, Kakek Martin sedang mendorong kursi roda istrinya di halaman belakang mansion yang luas. Mereka berdua tampaknya menghabiskan waktu bersama dengan berkeliling dan berbincang.

April yang sedang berdiri di balkon kamarnya memperhatikan mereka.

Beberapa hari terakhir, kondisi kesehatan Nenek Sarah semakin buruk di mana stroke yang dialaminya semakin parah membuatnya tidak bisa berbicara.

Keesokan harinya, April memutuskan untuk pergi ke sekolah bersama David, Natasha, dan Jeremy seperti biasa.

Di dalam mobil, Jeremy tidak banyak bicara. Begitu pun dengan David. Sementara Natasha sibuk bercermin sambil membenarkan rambutnya.

Pandangan April tertuju ke jendela. Ia melihat jalanan yang dilalui oleh mobil yang mereka tumpangi.

Natasha menyikut lengan April. "Hei, pegang cerminku! Aku ingin bercermin."

April pun menurut. Ia memegang cermin tersebut agar Natasha lebih mudah bersolek layaknya wanita dewasa. Berbanding terbalik dengan umurnya yang masih 9 tahun.

"Kurang atas," gerutu Natasha.

April mengangkat sedikit lebih tinggi cermin di tangannya. Natasha merebut cerminnya setelah merasa penampilannya cukup bagus.

Mereka pun sampai di sekolah. Sementara sopir melanjutkan mengantar David ke sekolah menengah.

Teman-teman Natasha menghampirinya saat Natasha turun dari mobil.

"Natasha, ada perosotan yang baru selesai dibuat di taman bermain sekolah. Kita bisa bermain di sana.

"Benarkah?" tanya Natasha.

"Iya, nanti istirahat kita bermain di sana."

April menantap punggung Natasha dan ketiga temannya yang pergi ke kelas mereka. Ia pun pergi ke kelasnya, begitu pun juga dengan Jeremy.

Di jam istirahat, Natasha dan teman-temannya tiba di perosotan. Mereka bermain perosotan dengan ria.

Namun, salah seorang teman Natasha berteriak kesakitan dengan darah segar mengalir di kakinya.

Natasha dan temannya yang lain panik. Mereka segera menghampiri teman mereka.

"Apa yang terjadi?" tanya Natasha.

Mereka terkejut melihat luka sayatan di bagian belakang paha teman mereka yang memanjang sampai ke pantatnya. Darah segar tidak berhenti mengalir dari luka tersebut membuat mereka panik.

Natasha melihat ke perosotan yang barusan di naiki oleh temannya. Ada beberapa silet tertancap di bagian ujung perosotan yang rusak. Natasha mengernyit bingung, karena perosotan itu masih baru, tapi kenapa sudah rusak? Bahkan sepertinya ada seseorang yang sengaja meletakkan silet di ujung perosotan tersebut.

Pandangan Natasha tertuju ke balkon kelas di lantai dua. Ia melihat April berdiri di sana sambil tersenyum misterius.

"Natasha, ayo cepat kita hubungi guru!"

Perhatian Natasha kembali teralihkan pada teman-temannya.

Anak perempuan yang terluka itu pun dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang