Part 22

72 8 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

Alice mendatangi ruangan Dave. Ia menunjukkan bukti chat percakapan antara Jack dan pelayan yang sedang mengandung di ponsel Jack.

Dari percakapan tersebut, Dave dan Alice semakin tahu keberengsekan seorang Jackson Golvench, di mana Jack meminta pelayan cantik itu untuk mengirimkan foto telanjangnya untuk dinikmati oleh Jack.

Bahkan tidak jarang Jack secara tiba-tiba marah atau berbicara kasar pada si pelayan jika tidak menuruti keinginannya. Jack mengancam akan menyebarkan foto-foto privasi si pelayan ke internet.

~Biar semua orang tahu, benda yang sering kupakai ini sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi.~ Itu salah satu isi balon percakapan Jack.

Si Pelayan memberitahu Jack kalau dirinya tengah mengandung dan ia meminta pertanggungjawaban pada Jack, tapi Jack malah memakainya dan mengatakan jika si pelayan adalah seorang penipu. Jack tidak ingin bertanggung jawab.

Si pelayan mengancam akan membunuh Jack, jika Jack tidak mau mengaku.

Melihat pesan ancaman pembunuhan pada Jack, Dave kembali memanggil pelayan yang sedang mengandung itu.

Tanpa diduga, si pelayan berkata, "Iya, aku yang membunuhnya. Dia bajingan yang pantas mati."

Dengan begitu, polisi menangkap si pelayan dan memenjarakannya di penjara khusus wanita.

Apa yang membuat si pelayan mengakui kejahatan yang sama sekali tidak ia lakukan?

Jadi, orang tua pelayan itu marah dan mengusirnya, karena mengandung tanpa seorang ayah. Hal tersebut dianggap sebagai aib dan bisa membawa sial. Jadi, si pelayan diusir.

Meski dirinya bukan pembunuh, keluarga Golvench sudah pasti akan memecatnya dan mengusirnya juga karena telah berani tidur dengan majikannya, yaitu Jack. Jadi, si pelayan tidak akan memiliki tempat bernaung. Ia memilih mengakui kejahatan orang lain agar dirinya masuk penjara dan mendapatkan tempat tinggal serta makanan di penjara tersebut.

"Aku heran, kenapa para pelayan dan pengasuh di mansion Golvench mendadak menjadi penjahat dan pembunuh?" gumam Alice.

"Ada masalah dengan gaji mereka mungkin," sahut polisi wanita yang tergabung dalam tim.

"Situasi apa pun bisa membuat orang nekat melakukan kejahatan selama ada kesempatan dan dorongan," ucap Dave.

Sementara itu, April dikembalikan pada keluarga Golvench setelah mendapat konseling selama empat hari.

Gadis kecil itu berdiri di depan cermin meja rias. Ia menatap pantulan dirinya di cermin tersebut. Dari tatapannya tersirat sesuatu. April mengambil boneka beruang cokelat miliknya lalu mengeluarkan tabung transparan kecil berisi bubuk berwarna putih.

Dengan langkah gontai, April keluar dari kamar lalu menyusuri koridor mansion malam-malam. Ia tiba di lantai empat yang merupakan atap mansion. Gadis kecil itu melihat toren air yang sangat besar di depannya. Ia naik ke tangga toren lalu membuka penutupnya dengan sekuat tenaga.

Gadis kecil itu membuka tabung kecil di tangannya lalu memasukkan semua bubuk tersebut ke dalam toren.

"Selamat tinggal."

Keesokan harinya, David pergi ke sekolah sendirian diantarkan oleh sopir. Sementara Natasha tidak mau pergi ke sekolah, karena ia masih bersedih atas apa yang menimpa keluarganya. Ia kini merasa hidup sebatang kara. Berbeda dengan David yang masih punya Hailey.

Hailey sendiri pergi ke kampus dengan mobilnya.

April melihat Nenek Sarah sedang berada di halaman belakang. Keadaan wanita tua itu sudah membaik dan ia bisa kembali duduk di kursi rodanya, berkeliling sendiri di halaman belakang.

April pergi ke dapur dan menanyakan keberadaan Kakek Martin. Para pelayan tampaknya sedang makan bersama. Sudah kebiasaan di mansion Golvench. Jika majikan sudah makan, maka giliran para pelayan yang makan.

"Karena Tuan John dan Tuan Jack sudah tiada, Tuan Martin harus pergi ke perusahaan untuk mengurus segalanya sendirian," salah seorang pelayan menjawab pertanyaan April.

April tampak berpikir sambil bergumam sendiri, "Bukankah dia bilang, dia tidak bisa naik tangga karena sudah tua. Tapi, dia bisa pergi ke kantor."

"Kau bilang apa?" tanya pelayan di depan April.

April menggeleng lalu melenggang pergi begitu saja. "Benar juga, di kantor 'kan ada lift. Dia tidak perlu naik tangga lagi."

Di kamar, Natasha sedang duduk sambil menatap foto keluarga dalam bingkai di tangannya. Gadis kecil itu terlihat sedih.

Terdengar suara pintu kamarnya yang dibuka dari luar. Natasha menoleh. Ia melihat April berdiri di depan pintu dengan boneka beruang cokelat di tangannya.

Natasha mengernyit. "Mau apa kau datang ke kamarku?"

April tersenyum menakutkan. "Kau pasti kesepian ditinggalkan sendirian oleh orang tuamu. mau menyusul mereka?"

💠💠💠

"Tolooong!!!"

Natasha berlari menuruni tangga, karena ada April di belakangnya. April melemparkan boneka beruangnya mengenai kepala Natasha hingga membuat gadis kecil itu jatuh berguling-guling di tangga. dan berakhir di lantai bawah ujung tangga.

April melangkah menuruni tangga sambil melihat Natasha yang kesakitan dan berusaha bangkit, tapi kepalanya terasa sakit, karena terjatuh barusan.

April mengeluarkan pisau dari perut beruangnya yang tergeletak di samping Natasha.

Kedua mata Natasha terbelalak melihat itu.

"Kau perlu tahu kalau aku benar-benar ingin membuatmu menjadi korban pertamaku di rumah ini, tapi karena ada adik bayimu, jadi dia yang pertama," ucap April sambil menodongkan pisau tersebut ke mata Natasha.

"Marsha...." gumam Natasha. Ia mendongkak menatap April. "Kau yang membunuh Marsha?!"

April tersenyum lalu mengangguk. "Ketiga pengasuh itu memang bajingan. Aku membantu kalian menangkap ketiga pengasuh itu dengan mengorbankan Marsha."

"Apa kau manusia?" tanya Natasha.

April tersenyum. "Aku gadis kecil yang imut dan polos." April akan menusuk mata Natasha, tapi dengan cepat Natasha melemparkan boneka beruang cokelat di lantai ke wajah April.

Dalam kesempatan itu, Natasha segera melarikan diri ke dapur. "Toloongg! Apa kalian tidak mendengarku?!"

Kedua mata Natasha terbelalak lebar melihat semua pelayan tergeletak di lantai dengan busa-busa putih yang keluar dari mulut mereka.

"Apa yang terjadi?" gumam Natasha.

April tertawa sambil mengucek matanya yang terkena bulu boneka beruangnya. Ia menunduk melihat tetesan darah di lantai. Tak lain darah itu adalah darah yang menetes dari kepala Natasha yang terluka karena jatuh dari tangga. Sepertinya Natasha juga tidak menyadari kalau kepalanya berdarah, karena ia terlalu ketakutan.

Tetesan darah itu menuju ke dapur. April mengikutinya jejak darah tersebut melewati mayat-mayat pelayan yang keracunan.

April melihat tetesan darah itu berakhir di gudang perkakas di halaman belakang. April tersenyum sinis. Ia berdiri di depan pintu gudang menunggu Natasha keluar dengan sendirinya.

Natasha yang berada di dalam gudang perkakas mengintip lewat celah-celah pintu kayu tersebut. Ia terkejut melihat April berdiri di depan pintu dan menatap ke arah pintu dengan tatapan menakutkan. Natasha benar-benar ketakutan. Ia mengunci pintunya dengan slot manual.

Natasha berjongkok sambil menangis tanpa suara. Ia tidak bisa keluar dan tidak bisa bertahan juga di dalam sana jika April masih terus berdiri di sana.

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

08.51 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang