Part 21

68 9 0
                                    

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

"Kenapa semua ini harus menimpa keluargaku?" Kakek Martin menangis. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya. "Bagaimana caraku menyampaikannya pada istriku?"

Alice menenangkan Kakek Martin. "Tuan Golvench, silakan duduk dengan tenang. Kami akan menangani kasus ini sampai tuntas dan menangkap pelakunya."

Polisi menyelidiki kasus kematian Jack. Mereka memeriksa detail terkecil untuk mendapatkan petunjuk.

Terdapat bekas benturan pagar balkon di dahi dan dada Jack (karena dagingnya menjadi lunak dan melepuh, jadi pola pagar balkon tercetak jelas di bagian itu).

Dave menyimpulkan jika Jack jatuh dari lantai dua balkon kamarnya. Jenazah Jack segera dibawa untuk diotopsi.

Natasha yang sekarang kehilangan seluruh anggota keluarganya menangis histeris. Ia benar-benar sendirian sekarang. David dan Hailey menenangkannya, mereka memberikan kekuatan untuk Natasha yang harus menerima kenyataan pahit itu.

Kamar Jack juga diperiksa dan dijadikan TKP. Garis polisi membentang menandakan jika siapa pun tidak boleh masuk ke sana, kecuali petugas kepolisian itu sendiri.

Kamar Jack tampak berantakan seperti kapal pecah. Para polisi mengumpulkan bukti dan benda-benda yang ada di kamar tersebut untuk diperiksa. Bahkan air keras di bath up masih ada. Tampaknya pelaku tidak berniat menyingkirkannya dan memilih langsung pergi dari TKP.

Setelah sampel DNA yang ditemukan di TKP dianalisis, ternyata kebanyakan dari sampel itu milik dua pelayan muda yang bekerja di mansion Golvench. Mereka berdua tak lain adalah selingkuhan Jack yang tentu saja sering berhubungan dengan Jack di kamar tersebut.

Kedua pelayan itu dipanggil. Salah satu dari mereka sedang mengandung. Karena pelayan yang mengandung itu tidak punya suami dan juga pacar, bisa dipastikan jika anak dalam kandungan si pelayan itu adalah anaknya Jack.

Terdapat juga DNA milik kedua pelayan itu di tubuh dan kejantanan Jack, menandakan kalau mereka baru saja berhubungan seks sebelum Jack tewas. Ditambah lagi, setelah kamar kedua pelayan itu diperiksa, polisi menemukan banyak sekali DNA milik Jack di pakaian dan barang-barang mereka.

Semua bukti yang ada di tangan polisi memberatkan kedua pelayan itu.

Namun, selain menemukan DNA mereka berdua, polisi juga menemukan helaian rambut berwarna cokelat kemerahan di kamar Jack. Setelah dianalisis, ternyata itu adalah rambut milik April.

Dengan begitu, April juga menjadi tersangka. Ia pun diinterogasi.

"Ada rambutmu di kamar Tuan Jack, apa kau berbicara dengannya semalam?" tanya Dave serius. Pria itu tidak menunjukkan kelembutan saat berbicara dengan anak kecil seperti ini waktu itu. Ia terlihat seperti sedang menginterogasi orang dewasa.

Sebenarnya April tidak pernah takut atau peduli dengan ekspresi atau cara bicara polisi di depannya itu. Namun, kali ini April tampak menunduk. Ia tidak menjawab pertanyaan Dave. Tampaknya gadis kecil itu akan memasang topengnya lagi.

Dave merasa bersalah, ia berpikir mungkin saja dirinya terlalu dingin saat bertanya barusan. Sehingga Dave mengulangi pertanyaannya, "Aku tidak bermaksud membuatmu takut, aku hanya marah dan berpikir... mungkin saja Tuan Jack melukaimu. Rambutmu tidak mungkin tiba-tiba berada di sana, kan?"

April mengangguk lalu mendongkak menatap Dave dengan air mata yang berlinang. "Paman Jack semalam memintaku datang ke kamarnya...."

Jack mendengarkan.

"Dia... dia menyuruhku menelan sesuatu yang menggantung di perutnya. Aku tidak mau melakukannya. Tapi, Paman Jack marah dan menjambak rambutku. Aku ketakutan dan berusaha melawan, tapi dia tetap melakukannya. Aku tidak bisa bernapas dan dia kecing di dalam mulutku. Aku disuruh menelannya. Karena kalau tidak, aku akan dijambak dan dipukul," jelas April.

Kedua mata Dave terbelalak. Sebagai seorang ayah yang juga memiliki anak perempuan yang masih kecil, Dave marah tentunya mendengar itu. Namun, sebagai seorang petugas kepolisian, Dave juga harus berpikir jernih dan mengesampingkan perasaan pribadinya yang bisa berpengaruh pada penyelidikannya.

"Apakah dia sering melakukannya padamu?" tanya Dave dengan suara bergetar menahan emosi.

"Setelah Bibi Susan ditemukan meninggal, Paman Jack memintaku untuk melakukannya. Tapi, waktu itu aku takut dan kabur. Beberapa hari kemudian, Paman Jack memaksaku lagi dan mengancamku akan memukuliku jika aku tidak mau. Sejak saat itu, setiap malam aku dipaksa menelan apa yang ia berikan padaku. Kalau aku menolak, dia menjambak dan memukuliku lagi," jelas April.

Dave menautkan alisnya. Setelah dipikir-pikir, dia memang pantas mati dengan cara mengenaskan. Tapi, tugasku sebagai seorang polisi harus menemukan pembunuhnya.

"Kenapa kau tidak melaporkan kejadian itu pada kami atau Tuan Martin?" tanya Dave.

April menggeleng. "Aku takut Paman Jack akan semakin marah dan memukuliku jika aku mengatakan perbuatannya pada orang lain."

Dave mengangguk mengerti. Lalu ia mengambil map lain. April sempat mengernyit melihat Dave membawa map tersebut. Ia berpikir kalau Dave akan mempersilakannya pulang setelah diinterogasi.

Dave kembali menatap April sambil berkata, "Mengenai kematian Jeremy...."

April mengubah ekspresinya menjadi sedih lagi saat Dave menatap padanya.

"Apakah saat itu kalian main kejar-kejaran?" tanya Dave.

April tidak segera menjawab, karena pertanyaan tersebut di luar dugaannya.

Dave melanjutkan, "Ada jejak sepatu roda di belakang jejak skateboard di landasan belakang mansion. Sepertinya Jeremy ketakutan, karena dikejar olehmu lalu dia kehilangan keseimbangan kemudian jatuh dengan kepala terbentur landasan skateboard yang menonjol.

Aku pikir karena panik, kau menelepon polisi dan memberikan keterangan yang berbeda. Kau bilang Jeremy hanya jatuh, tapi dari jejak yang kami temukan di landasan, dia jatuh karena dikejar."

April teringat dengan apa yang dilakukan Hailey di landasan skateboard kemarin. Pasti Hailey yang ingin kasus kematian Jeremy kembali diselidiki dengan bukti yang dia punya. Ternyata Hailey tidak sebodoh Bibi Paulina. Aku rasa aku harus berhati-hati padanya.

"Awalnya kami hanya bermain-main. Aku dan Jeremy sebelumnya tidak akrab. Tapi, karena kami seumuran, kami jadi akrab dan sering bermain bersama. Waktu itu aku memakai sepatu roda dan dia menggunakan skateboard-nya. Kami hanya bermain biasa, seperti lomba sampai garis finish.

Tapi, dia marah dan tidak terima karena aku sampai di garis finis duluan. Jeremy mengejarku dan aku pun jatuh. Karena aku kesal, aku mengejarnya balik, tapi aku melihat Jeremy jatuh dan kepalanya berdarah. Aku panik sampai-sampai tidak berani bilang pada Kakek Martin. Sehingga aku pun menelepon polisi." April menunduk.

Dave mengerti, kenapa April yang dingin tiba-tiba menangis di hari kematian Jeremy, menandakan kalau gadis kecil itu merasa sedih dan menyesal, karena secara tidak langsung telah membuat Jeremy terbunuh.

Dengan pengakuan tersebut, selama empat hari April harus mendapatkan konseling dari petugas kepolisian dan juga psikolog anak, karena April yang masih sangat-sangat di bawah umur tidak bisa mendapatkan hukuman.

⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰

07.50 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang