⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰
Marry bertamu ke sebuah rumah mewah di luar kota. Ia menekan bel. "Permisi?"
Tak lama kemudian, seorang wanita wanita berkacamata membuka pintu.
"Apakah benar ini rumahnya Nyonya Emma?" tanya Marry.
"Benar, aku Emma," jawab wanita itu.
Marry menunjukkan kartu namanya. "Namaku Marry Swan, aku psikolog anak. Apa kau punya waktu sebentar?"
💠💠💠
Marry duduk di sofa di dalam rumah Emma. Ia melihat ke sekeliling ruangan. Ada banyak boneka di ruangan tersebut.
Emma menyajikan camilan dan minuman ke meja.
"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Emma.
"Apa kau pernah disewa oleh Hansen Golvench untuk menjadi guru privat anaknya?" tanya Marry to the point.
Emma tidak langsung menjawab. Ekspresinya berubah khawatir saat mendengar pertanyaan Marry.
"Iya, aku pernah mengajar untuk April Golvench," jawab Emma.
Marry terlihat antusias. "Benarkah? Apakah April suka bertindak aneh selama kau mengajarnya?"
"Maaf, tapi itu privasi klien-ku," jawab Emma.
"Begini, aku merasa jika April memiliki sifat dan sikap yang jauh berbeda dari anak-anak yang seumuran dengannya. Karena aku psikolog, aku mengkhawatirkan masa depannya yang cerah. Dia menunjukkan sisi-sisi gangguan mental yang serius menurut kesaksian mendiang temanku yang pernah mengajarnya," jelas Marry.
Emma terkejut. "Seorang guru mengatakan itu?"
Marry mengangguk. "Iya, temanku adalah seorang guru yang mengajar April di sekolah, sebelum temanku itu meninggal, karena penyakit yang dideritanya. Dari apa yang dia ceritakan padaku tentang April, aku menjadi penasaran dan tertarik untuk mengetahuinya."
Emma menghela napas berat. "Aku tidak tahu kalau pada akhirnya Hansen dan Mia menyekolahkan April di sekolah umum setelah aku berhenti mengajarnya secara privat."
"Kau tidak tahu? Hansen dan Mia mengalami kecelakaan dan tewas di tempat. April dirawat oleh keluarga Golvench dan disekolahkan di sekolah umum," jelas Marry.
"Astaga? Kau tahu dari mana?" tanya Emma.
Marry tidak segera menjawab. Ia memilih untuk mengalihkan pembicaraan, "Kau berhenti mengajar April secara privat? Kenapa?"
Emma mengalihkan pandangannya. "Jujur... gadis kecil itu agak menakutkan."
Marry mendengarkan.
Emma melanjutkan, "Hansen dan Mia memperhatikan April dengab baik. Mereka berdua adalah orang tua yang sibuk, tapi memiliki waktu untuk anak tunggal mereka. Bahkan Mia merawat tuturnya dari mulai melahirkan putrinya itu sejak lahir dari rahimnya sampai tumbuh besar tanpa bantuan pengasuh sama sekali."
💠 Flashback On 💠
Hari pertama Emma bekerja di rumah Hansen Golvench.
Mia memperkenalkan Emma pada April, putrinya yang masih berusia 5 tahun saat itu.
"April, mulai sekarang kau akan belajar bersama Bu Guru Emma di rumah," kata Mia.
April mengangguk.
"Halo, April," sapa Emma sambil melambaikan tangannya.
April menjawab dengan ekspresi datar. "Halo, Bu Guru."
Awalnya Emma berpikir jika April adalah tipe anak yang pendiam dan jarang menunjukkan ekspresinya. Namun, setelah satu minggu berlalu pun, April tidak pernah menunjukkan ekspresi apa pun.
~Dia mampu belajar dengan cepat dan memahami soal yang aku berikan. Anak-anak usia 5 tahunan membutuhkan waktu cukup lama untuk berpikir dan mengisinya. Tapi, April benar-benar cerdas. Dia bisa mengisi soal pilihan ganda dengan mudah dan mendapatkan nilai sempurna, jelas Emma.~
~Lalu? Tanya Marry.~
Suatu hari, Emma memberikan soal essay sederhana pada April. Namun, Emma dibuat terkejut dengan jawaban April.
Soal : Jika temanmu terjatuh, maka yang harus kau lakukan adalah...
Jawaban April : Jika dia terjatuh dan hanya memiliki luka kecil, biarkan saja. Tapi, jika dia jatuh dan kakinya patah atau kepalanya bocor, kau harus mengakhiri penderitaannya dengan membunuhnya.
Soal : Kenapa bayi menangis saat dia lahir?
Jawaban April : Dia benci dilahirkan, karena dia harus menjalani kehidupan yang menyedihkan. Karena dia masih bayi, dia tidak bisa marah, jadi dia menangis.
Soal : Jika ada temanmu yang dijauhi oleh teman-temanmu yang lain, apa yang harus kau lakukan?
Jawaban April : Teman yang dijauhi adalah predator, atau teman-teman yang lain yang predator. Aku tidak akan melakukan apa pun, aku akan melihat sampai akhir.
~Selain itu, April bisa berbahasa asing dengan sangat lancar, saat aku bertanya pada Mia, dari mana dia belajar bahasa asing, Mia menjawab jika April tidak pernah belajar bahasa asing. April hanya tahu bahasa nasional. Aku cukup merinding mendengar itu. Anak berusia 5 tahun bisa berbahasa asing tanpa belajar? Ucap Emma.~
~Mungkin dia menonton TV yang berbahasa asing? Tanya Marry.~
~Tidak, April tidak pernah dan tidak suka menonton TV, sanggah Emma.~
Suatu hari, Emma iseng-iseng mengajak April berbicara, "April, bagaimana liburan kemarin ke tempat bersejarah? Pasti menyenangkan, kan?"
"Biasa saja, aku pernah pergi ke sana. Hanya saja cat pagarnya yang berubah," jawab April datar.
Emma terdiam mendengar jawaban April. Jelas-jelas ia tahu dari Emma, kalau April baru pertama kali datang ke tempat itu bersama orang tuanya.
April bercerita, "Raja lebih mencintai Selir, karena Selir sangat cantik dan bahkan lebih cantik dari Ratu. Tapi, Ratu lebih pintar dari Selir. Saat tahu posisinya dan anak-anaknya dalam bahaya, karena Raja akan memilih anak Selir menjadi Raja selanjutnya, Ratu membunuh salah satu anaknya sendiri untuk menjebak Selir, hingga Selir dihukum mati dan putra Ratu yang satunya pun diangkat menjadi Raja setelah Raja sebelumnya, yaitu suaminya sendiri juga dibunuh oleh Ratu. Anak-anak Selir dan anak-anak haram Raja dibunug juga oleh Ratu. Drama di kerajaan sangat menakutkan, bukan?"
"Oh?" Emma tidak tahu harus bilang apa. Ia hanya tersenyum kaku mendengar opini pribadi April yang tiba-tiba berbicara seperti orang dewasa.
April mendongkak menatap gurunya dengan tatapan dingin. "Bagaimana menurut Bu Guru?"
"Itu... setahuku Raja mencintai Ratu dan juga Selirnya. Ratu Serena Gwenda tidak sejahat itu. Dia mencintai putra-putri dari Selir Raja seperti anaknya sendiri. Kematian anak Ratu Selena Gwenda dan anak-anak Selir dikarenakan ada wabah penyakit yang menyebar di kerajaan," ucap Emma.
"Itu adalah akal-akalan Ratu Selena Gwenda untuk menutupi kejahatannya," sanggah April.
Emma tidak menanggapi.
Lalu di satu hari, Emma melihat April sedang memukul ikan kecil yang sudah mati menggunakan batu. Meski ikan itu sudah mati, April tetap memukulnya hingga tidak berbentuk lagi.
"April, apa yang kau lakukan?" tanya Emma.
Tanpa menoleh, April menjawab, "Ikan ini digigit kucing. Dia sekarat, jadi aku membantunya mengakhiri penderitaannya dengan membunuhnya."
Emma merinding mendengar jawaban April. Sampai-sampai wanita itu menelan saliva.
Karena banyak hal yang dilakukan April membuat Emma tidak nyaman dan takut, Emma memutuskan untuk berhenti bekerja pada Hansen Golvench. Sebagai hadiah perpisahan, Emma memberikan boneka beruang cokelat untuk April.
"Aku harap kau menyukainya."
"Terima kasih, Bu Guru."
⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰
11.40 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
APRIL
General Fiction⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰ April, dia gadis kecil berusia 6 tahun yang sangat cantik. Mata sayu yang indah dengan pupil berwarna hijau kebiruan, hidung kecil yang mancung, bibir mungil merah merekah. Wajah imutnya dibingkai dengan rambut berombak berwar...