⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰
Susan mengetuk pintu kamar April. "April?"
April menoleh ke pintu. Ia beranjak dari tempat tempat tidur kemudian membuka pintu kamarnya.
"Kau tidak pergi ke sekolah lagi?" tanya Susan.
April menggeleng.
"Kau masih sedih gara-gara Natasha dan Jeremy?" tanya Susan lagi.
April tidak langsung menjawab. Namun, sesaat kemudian ia menggelengkan kepalanya.
"Aku mau keluar sebentar. Meski pun ada pengasuh, biasanya Hailey yang menjaga Marsha. Sekarang Hailey pergi ke kampus. Apa kau mau menjaga putriku?" tanya Susan.
April mengangguk. Ia pun pergi ke kamar bayi, setelah Susan pergi.
Ditatapnya bayi mungil yang cantik itu yang sedang meminum susu dari botol bayi.
April mendengar suara percakapan para pengasuh yang berada di luar kamar bayi.
"Yang benar saja, aku sudah pusing dan tidak sabar mengurus bayi rewel itu."
"Iya, Marsha berbeda dengan Jeremy. Marsha mudah menangis dan sulit ditenangkan. Waktu Jeremy masih bayi, dia jarang menangis dan tidak rewel."
"Aku tidak tahan dengan suara tangisan Marsha yang lama-lama membuatku bisa gila."
"Jika aku jadi Tuan Jack atau Nyonya Susan, mungkin aku akan membunuhnya. Bayi yang rewel sejak kecil akan rewel sampai besar, sama seperti Natasha. Dia banyak tingkah, karena sejak bayi dia rewel seperti Marsha."
"Iya, aku baru ingat. Natasha sama rewelnya seperti Marsha."
"Aku rasa bayi perempuan memang seperti itu, menyebalkan!"
Ketiga pengasuh itu tertawa-tawa.
April mendengar percakapan kasar mereka sampai akhir, tapi ia terlihat tidak peduli sama sekali.
Tiba-tiba Marsha menangis. Perhatian April teralihkan pada bayi mungil itu. Ternyata susu dalam botol bayinya habis.
Pintu kamar bayi dibuka. Ketiga pengasuh itu terkejut melihat keberadaan April di dalam kamar. Mereka berpikir kalau April mendengar percakapan mereka sedari tadi.
April melihat salah satu pengasuh merokok tanpa peduli sama sekali, padahal ada bayi di ruangan itu.
"Sedang apa kau di sini?" tanya salah satu pengasuh. Padahal ia tahu kalau April adalah cucu dari kakaknya Martin Golvench yang merupakan majikan mereka. Seharusnya ia bisa menghormati April seperti cucu-cucu Martin yang lainnya.
Namun, si pengasuh mungkin ingin mendominasi April agar gadis kecil itu takut pada mereka dan tidak berani membocorkan apa yang didengarnya tadi.
"Aku disuruh Bibi Susan untuk menjaga Marsha saat dia pergi keluar sebentar," jawab April.
"Oh, baguslah. Kalau begitu kami tidak perlu repot-repot menjaganya." Mereka bertiga keluar begitu saja meninggalkan Marsha yang masih menangis.
April melihat ada tiga botol bayi yang terisi penuh di meja. Gadis kecil itu mengambilnya lalu menukarnya dengan botol kosong di tangan Marsha.
Marsha tetap menangis meski sudah diberikan susu dari botol bayi yang baru. Para pengasuh tidak peduli. Mereka tetap berbincang ria di depan kamar bayi sambil tertawa-tawa.
Beberapa menit kemudian, tangisan Marsha tidak terdengar lagi. Para pengasuh terheran-heran.
"Bagaimana bisa dia berhenti menangis? Apa dia mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
APRIL
General Fiction⊱ ────── ❁ ❁ ❁ ───── ⊰ April, dia gadis kecil berusia 6 tahun yang sangat cantik. Mata sayu yang indah dengan pupil berwarna hijau kebiruan, hidung kecil yang mancung, bibir mungil merah merekah. Wajah imutnya dibingkai dengan rambut berombak berwar...