Clary POV.
Aku membuka mataku perlahan, lalu merasakan sepasang tangan kekar yang memelukku dari samping, aku menghadapnya perlahan agar tidak menganggu tidurnya.
Ku amati setiap inci wajahnya, kumainkan jari-jariku di hidungnya.
"I love you" kataku tanpa bersuara.
Lalu kemudian dia menerjap-nerjapkan matanya, memasang senyum khas nya yang mampu membuatku bahagia ketika melihat senyuman nya itu.
"Hey, sunshine" ucapnya, aku tersenyum lebar mendengar perkataan yang ia keluarkan untukku.
Aku sangat merindukan ketika ia menyebutku dengan sebutan ini, aku sangat merindukannya.
"Hey, baby" balasku, ia pun melumat bibirku pelan, aku membalas ciuman lembut yang ia berikan padaku.
Setelah, sekitar 2 menit. Dia melepaskan tautan bibirnya dariku lalu kemudian mencium puncak kepalaku dan keningku, kini beralih kepada 2 kelopak mataku, lalu kehidungku dan kedua pipiku. Serta berakhir di bibirku.
"Aku mencintaimu Clary, just you.." Ujarnya, senyumku mengembang, jantungku berdetak sangat cepat. Jikalau waktu bisa dihentikan, maka aku akan memohon pada Tuhan agar menghentikan waktu sekarang ini juga.
"Aku juga mencintaimu Justin, only you"
"Kau tahu, hidupku hancur tanpamu. Jadi kumohon, jangan pernah meninggalkanku lagi" Ucapnya.
"Ya aku tahu, hidupku juga tidak meyenangkan tanpamu justin, dan aku berjanji tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi" jawabku, kulihat Justin mengangguk kecil mendengar jawabanku.
"Promise?"
"Promise."
----
Dad dan Justin sedang mengobrol didepan, aku pun mengambil ponselku untuk menghubungi cara, aku sangat merindukannya sungguh.
"Halo?"
"OMG CLAY! I MISS YOU SO MUCH!" ucapnya berteriak dari ujung sana, aku terkekeh mendengar ucapannya.
"Owh, relax sist, i miss you too"
"Bagaimana kabarmu? Kapan kau akan kembali? Aku merindukanmu!" Teriaknya lagi, aku hanya menggeleng kecil mendengarnya.
"Aku baik-baik saja, bahkan lebih baik setelah justin datang kesini. Aku tidak tahu C, mungkin secepatnya. Yeah, me too" balasku.
"Benarkah? Bagaimana ceritanya?! Aku sudah tahu bahwa kalian memang ditakdirkan untuk bersama" balasnya antusias, senyumku mengembang begitu mendengar kata ditakdirkan bersama.
"Bagaimana kau tahu?" Tanyaku.
"Entahlah, aku hanya mengira. Apa itu tidak boleh?" Tanyanya balik.
"Tentu saja boleh, kau ini lucu sekali" jawabku sambil memutar bola mataku.
"Jadi bagaimana ceritanya?" Tanyanya antusias.
"Long story cara.." Balasku, kudengar dia mendengus dari sana.
"Aku siap mendengarnya" bantahnya lagi.
"Aku akan menceritakanmu kalau aku sudah disana nanti, kau harus bersabar menungguku!" Tegasku.
"But--"
"Bye cara! I love you" ucapku memotong ucapannya dan langsung mematikan sambungan telfon kami.
Lalu tiba-tiba aku merasakan sepasang tangan kekar melingkar di tubuhku, aroma ini. Aku sangat hafal ini milik siapa.
"Justin" ujarku sambil tersenyum, kulihat justin memelukku dari belakang dan mencium pipiku, ia tersenyum sangat lebar. Namun aku tahu, kali ini ada yang berbeda darinya. Dia nampak bahagia.