Chapter1

405 19 2
                                    

"Bagaimana harimu?"

-RaffaAffar-






°°°

Jam dinding sudah menunjukan pukul tujuh lewat dua belas menit namun Sang mentari seperti enggan untuk menunjukan pesonanya. Cuaca gelap di pagi hari seakan mendukung untuk tidak beraktivitas tentunya dengan rasa dingin yang bertambah menjadi dua kali lipat.

Dengan berjalan gontai serta seragam yang sudah melakat di tubuhnya seorang anak laki-laki remaja berusia sembilan belas tahun itu nampaknya tidak bersemangat di hari ini terlihat dari wajah tampannya yang tidak bersahabat. Namun di pertengahan langkahnya menuruni anak tangga dengan tampang lesu seketika bibirnya membentuk sebuah bulan sabit, senyumnya terbit kala melihat dua orang paru baya sedang duduk di meja bundar tentunya tak lain dan tak bukan adalah kedua orang tuanya yang sedang menunggunya untuk sarapan.

"Sayang.. Cepet sini sarapan nanti kamu telat loh! " titah Mery yang di ketahui adalah Sang ibu.

"Morning Maa, morning Paa" ucapnya mencium sekilas pipi Mery lalu duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya. Cuaca yang mendung juga dingin terasa hangat ketika melihat sebuah keluarga sarapan bersama dengan damai. Sangat harmonis.

"Bagaimana raff? Kamu siap kan?" pertanyaan to the point dari Doni Sang kepala keluarga.

"Siap ya sayang, ini juga kan demi masa depan kamu dan keluarga kita, anak mamah serta papah satu-satunya." kata Mery ikut menimpali. Raffa tersenyum.

"Iya pah, maa.. Raffa siap ko tenang aja ya," jawabnya mengangguk mantap tentu saja membuat Mery dan Doni senang karena anak semata wayangnya selalu patuh terhadap keduanya.

Raffa Affar Pradipta anak semata wayang dari pasangan Mery Yolan dan Doni Pradipta. Raffa sendiri adalah anak yang penurut kepada orang tua contohnya sekarang ini, Raffa menuruti kemauan mereka untuk menikahi gadis anak dari teman bisnisnya. Kenapa Raffa tidak menolak? Tentu saja tidak akan, karena Raffa selalu di manjakan oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya pun tidak pernah memarahi atau menegur kelakuan juga kesalahannya, bisa di bilang Raffa di biarkan bebas melakukan apa yang menurut ia bisa membuatnya senang.

Raffa melirik jam tangan mahalnya, lalu beralih melirik jendela melihat cuaca yang masih di selimuti awan hitam. Karena takut telat dan terjebak hujan Raffa hanya memakan satu potong roti dan setengah susu saja.

"Kalo gitu raf berangkat dulu ya maa paa" Mery dan Doni mengangguk dengan senyuman yang terus terlihat. Raffa menyalami tangan kedua orang tuanya mencium sekilas pipi Mery lagi.

"Hati-hati ya sayangnya mamah, jangan ngebut, licin"

"Okey maaa" Raffa menjawab dengan mengacungkan jempol lalu bergegas menaiki motor besarnya.

"Tuh liat mah, didikkan papah emang selalu bagus kan?"

"Didikkan kita berdua!."

°°°

SMA SASMITA

Sebuah motor sport hitam nampak memasuki gerbang area sekolah. Dengan jaket bomber hitam kesukaannya Raffa berjalan santai di lapangan setelah memarkirkan motor besarnya. Langkahnya ia percepat kala merasakan tetes demi tetes air mata Sang awan sudah berjatuhan siap membasahi bumi. Sesampainya di Koridor Raffa menyugar rambutnya yang basah netranya melihat sekeliling. Sepi.

"Woyy raff!!.." suara oktav seseorang menghentikan langkahnya. Raffa berbalik.

"Untung gerbang belom di tutup jadi lo ga telat" katanya sambil menepuk bahu Raffa. Raffa hanya diam memerhatikan gerbang sekolah yang sedang di tutup oleh Pak Satpam.

RAFFA AFFAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang