Chapter3

108 14 2
                                    

"Semesta tidak jahat,

sujud kita yang kurang rendah."

-Adinda-


°°°

Malam yang dingin serta langit sedikit mendung, kian menambah gelapnya langit di malam ini. Tidak ada suara keramaian selain hembusan angin yang menerpa. Cuaca yang damai namun juga menusuk tulang.

Dengan jendela yang di biarkan terbuka, seorang Gadis cantik berbalut mukena terlihat begitu Khidmat melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Suara yang merdu dan bacaannya yang fasih membuat siapa pun yang mendengarnya akan merasakan ketenangan.

ADINDA JIHANNIYA NURSYAFA AL-MALIK putri dari pasangan Kyai RIDWAN AL-Malik dan SYIFA JIHANNIYA. Selain Adinda, mereka juga mempunyai satu anak laki-laki bernama AGUNG AL-MALIK yang menjadi Sang Kakak. Adinda sendiri Adalah termasuk Gadis yang pemalu, ramah, lembut serta bercadar seperti Syifa Uminya. Namun meskipun bersifat pemalu, Adinda juga menjadi salah satu siswi yang berprestasi di pesantrennya.

"Shadaqallahul adzim.." Adinda mengakhiri acara mengajinya.

Mata cantiknya beralih melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, sudah menjadi rutinitasnya sehabis menunaikan shalat subuh di akhiri dengan mengaji dan sedikit meraja'ah, baru setelah itu ia akan membantu sang Umi di dapur.

CEKLEKK!

Pintu kamar Adinda terbuka menampilkan sosok Ayah kedua baginya, Agung Al-Malik. Menurutnya Agung adalah seseorang yang lebih dari sekedar Kakak. Kakak yang lembut, perhatian, selalu mengerti , serta selalu menjadi tempat bersandar kedua untuk berkeluh kesah setelah Abi dan Umi.

"Abang!" pekiknya dengan posisi tangan sedang membenahi sejadahnya.

"Ade abang yang cantik, udah selesai ngajinya?" tanya Agung dengan nada sedikit menggoda Adinda, tak lupa dengan alis yang ia turun naikkan. Adinda mendelik, selalu saja begitu.

"Seperti yang abang liat." jawab Adinda tanpa menatap Sang Kakak. Agung terkikik pelan melihat raut wajah sebal campur malu milik adiknya, sangat menggemaskan.

"Jangan gitu mukanya, nambah jelek tau" ejeknya dengan gemas.

"Ih Abang! Ngeselin banget sih pagi-pagi," Adinda mengehentak-hentakkan kakinya ke lantai.

"Mana ada ngeselin, idaman gini ko" kata Agung dengan tingkat pe'denya.

"Narsis!" gumamnya pelan merasa jengkel sendiri. Agung terkekeh.

"Yaudah, udah ayok turun, kita sarapan, Abi sama Umi udah nunggu tuh," ajaknya sambil tersenyum manis, lalu berjalan keluar mendahului Adiknya.

Adinda segera melepaskan mukena menggantinya dengan jilbab instan rumahan, setelahnya menyusul keluar menuruni anak tangga menuju ruang meja makan.

Setelah selesai sarapan satu keluarga itu pun duduk leyah-leyeh di ruang televisi menikmati hari libur dengan bersantai bersama. Pagi ini terlihat begitu cerah berbeda dengan pagi kemarin yang langsung di hadiahi air mata Sang awan.

Terlihat Agung dan Adinda kakak beradik itu nampak asik menonton acara televisi dengan beberapa cemilan di pangkuan masing-masing.

"Adinda, sini nak" panggil Abi Ridwan lembut. Adinda menoleh dan beranjak menghampiri Sang Abi. Sementara Agung semakin asik menonton acara kesukaannya.

RAFFA AFFAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang