Chapter14

54 7 19
                                    

"Allah tau semua mau dan maksudmu tanpa kamu memberi tahu."

-Adinda-



°°°

"Kakk" panggil Adinda lirih, Raffa berbalik menghadap adinda.

"Apa kakak ga bahagia sama pernikahan ini?" dengan menahan sesak Adinda bertanya.

"Engga"

Seperti tersambar petir di malam hari, hati Adinda di buat hancur oleh apa yang telah di ucapkan Raffa, suaminya. Adinda menggigit bibir bawah menahan air yang hendak keluar dari mata indahnya.

"M-maksud kakak?"

Raffa menghela nafas panjang, menyugar rambutnya kebelakang dan membalas menatap mata indah yang kini menatapnya dengan mata sendu.

"Din" Raffa menjeda perkataannya.

"Gue yakin lo faham apa maksud gue, kita kenal belum lama, kita bisa hidup bersama karna dijodohkan, dan gue cuma mau bilang satu hal" Raffa kembali menjeda memalingkan pandangannya, lalu kembali menatap Adinda dengan datar.

"Gue ga nyesel sama pernikahan ini, gue cuma butuh waktu dan sebenarnya gue ga mengharapkan ini semua." imbuh Raffa kemudian berbalik badan hendak kembali melangkah.

Tidak mengharapkan ini semua?

Adinda tercekat, seperti ada sebongkah batu besar yang menghantamnya. Bernafaspun serasa sulit hingga bibirnya kelu untuk berkata. Apa maksud semua ini, itu artinya Raffa terpaksa?
Masih sulit untuk mencerna dengan baik, Adinda semakin menatap lekat Raffa memberanikan untuk bersuara.

"Tapi kenapa kakak terima perjodohan ini?"

Raffa berhenti tanpa membalikkan badan.

"Kalau memang kakak ga bahagia, kenapa kakak ga menolak, kenapa kak?" dengan nafas yang menderu Adinda bertanya.

Bukan menjawab Raffa malah melangkah pergi tanpa memperdulikan Adinda istrinya. Sementara Adinda sudah tidak bisa membendung air matanya, ia terduduk di lantai syok dengan apa yang telah ia dengar. Sakit? Bukan lagi, membayangkan jika ia harus hidup bersama seseorang yang mungkin tidak menginginkan kehadirannya.

Benar memang apa yang dikatakan Raffa jika semua perlu waktu begitupun dengan dirinya, mengingat pernikahannya yang terbilang cepat, belum lagi memang bersama seorang yang belum lama kita kenal. Tapi cara Raffa berbicara itu menunjukan bahwa suaminya bukan hanya perlu waktu, namun memang tidak menginginkan semua ini dari hatinya. Menjalani hal dengan terpaksa hanya membuat semua menjadi rasa sakit.

"Kenapa rasanya sakit banget hihkss"

"Adinda selalu menepis pikiran adinda tentang sifat kakak hihkss"

"Sakit ya allah hihkss abi umi abang.."

Adinda terus terisak dengan satu tangan yang memegang dadanya, hatinya sesak, sakit, semua terasa campur aduk, entah harus memaklumi atau memang seharusnya seperti ini. Ia samasekali tak menyangka jika sifat yang Raffa suaminya tunjukan adalah tanda ketidaksukaannya. Raffa memang berkata ia tidak menyesal dengan perjodohan ini, namun permasalahannya apa Adinda sanggup hidup bersama seseorang yang tidak menginginkannya? Berbicara soal waktu, bagaimana jika Raffa tak kunjung menerimanya.

RAFFA AFFAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang