"Kita hanya pemeran, bukan penulis naskah."
-Adinda-
°°°
Tak terasa, dua bulan telah berlalu.
Seorang laki-laki berpakaian formal nampak sedang berdiri di dalam lift. Memainkan sepatu yang ia hentakkan ke lantai marmer, dan sesekali melirik arloji yang melekat di pergelangan tangannya. Setelah lima menit menunggu, pintu lift terbuka, ia pun menegakkan tubuhnya lalu bergegas keluar.
Laki-laki itu, Raffa.
Setelah dua bulan terlewati, kini kehidupan Raffa sedikit berbeda. Ia bukanlah mahasiswa atau anak kuliahan seperti kemarin, melainkan sekarang Raffa sudah resmi menjadi bagian dari perusahaan Sang ayah.
Meski belum mendapat gelar sebagai Presedir seperti yang di ingankan oleh kedua orang tuanya, namun Raffa sudah punya hak untuk ikut campur atau menghandle bagian terpenting perusahaan. Bukan hanya karena Raffa adalah anak Sang pemilik perusahaan, tetapi karena memang Raffa sudah pandai terjun ke bidang bisnis. Hanya tinggal menunggu waktu soal di angkatnya Raffa menjadi pemimpin.
"Apa anda mau langsung pulang Tuan?" tanya seorang lelaki berkemeja satin yang berdiri di pintu masuk, tak lupa juga membungkukan badannya sopan.
Raffa berdehem, "Heum"
Raffa sudah keluar dari gedung, ia langsung berjalan ke arah mobilnya yang terparkir paling depan. Setelahnya ia pun masuk ke dalam mobil tanpa supir tersebut.
"Hati-hati Tuan" ucap seseorang tadi yang memang mengikuti langkahnya keluar. Asisten ayahnya.
Hanya menjawab dengan suara klakson mobil, Raffa mulai menjalankan mobilnya. Di rasa Raffa sudah benar-benar pergi, barulah asisten ayahnya itu pergi kembali ke dalam.
°°°
"Nah, kasian banget kan kak sahabat aku itu"
Nadia menenggelamkan wajahnya di bantal sofa yang sedang ia peluk, sedari tadi ia sedang menceritakan kisah pernikahan sahabatnya dan rumah tangga sahabatnya kepada Sang kakak. Angga.
"Kenapa ga di ceraikan aja suami kaya gitu, bilang sama sahabatmu" kata Angga seraya meneguk kopi susunya.
"Aku juga bilang gitu kedia, tapi dia bilang Allah benci sama perceraian" Nadia menenggelamkan wajahnya lagi.
Nadia begitu sedih saat mendengar semua keluh kesah sahabatnya, tentang perjalanan rumah tangganya yang kurang baik. Ya sahabatnya, Adinda.
Perempuan itu tahu tentang Adinda sebab Adinda sendiri yang memberi tahu saat di pertemuan pertama kalinya di toko bunga. Sebenarnya, bukan Adinda yang bercerita secara cuma-cuma, tapi Nadia yang memaksa Adinda untuk terbuka. Menurut Nadia, Adinda itu terlihat sekali jika sedang benar-benar bahagia atau berpura-pura. Sesayang itu Nadia padanya.
"Sahabatmu itu bilang gitu? Allah benci perceraian?" Angga meletakkan gelas kopi susunya.
"Iya, katanya pernikahan itu bukan untuk main-main, Allah benci perceraian"
"Lalu mencoba memati rasakan hatinya dengan bertahan?"
"Gatau" Nadia menyenderkan punggungnya.
"Allah memang benci perceraian, tapi Allah juga meridhoi perpisahan jika pernikahan itu menyakiti hati dan batinnya"
Perempuan yang memakai mukena pink itu lantas mendongak menatap Sang kakak, "maksud kakak?"
Angga ikut menyenderkan punggungnya, "Bukan bermaksud apa-apa, tapi memang sesuatu yang membuat sakit itu, kita punya hak untuk mengakhiri" Angga menjeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFFA AFFAR
Random"Seseorang yang benar-benar mencintaimu akan menjadikan sebuah kesempatan sebagai lembaran untuk ia perbaiki." -Raffa Affar. _____________ 🖤🖤 ⚠️Pemula, Harap Maklum. Visual Tokoh Utama Raffa Affar-Raffa Affar(Raffa Aldiansyah) °°° CERITA KARANGAN...