Malam itu, di saat butiran-butiran halus salju turun menghujani kota. Seorang pria berambut putih, bermata biru cantik seperti samudra berada di kotak telpon umum.
Tangannya memegang gagang telpon, nafasnya tersenggal di sembarikan asap yang keluar. Tangan yang memegang telpon sedikit mengeluarkan getaran lalu tangannya melepas telepon itu.
Telepon itu terjatuh dan mengantung begitu saja dengan panggilan yang masih tersambung. Kedua tangan masuk ke dalam saku jaketnya.
Matanya terpejam sebentar lalu terbuka mengeluarkan butiran-butiran air mata. Ia pun menyandarkan badannya ke dinding kotak telepon umum itu seperti menyesali semuanya malam itu.
"Maaf.." satu kata itu terucap di bibirnya.
Sambungan telpon pun terputus, tapi pria itu masih berada di sana. Ia menatap suasana jalanan yang di penuhi oleh salju dari dalam. Lampu jalan menyala terang di dekat persimpangan.
"Yuuji.. Itadori Yuuji namanya.." bibirnya mengucapkan sebuah nama sambil tersenyum tipis.
Tak lama kemudian dia pun pergi dari kotak telpon itu menuju ke seberang jalan menunggu bus yang beroperasi di jam terakhir. Bus berwarna merah pun sampai tepat di depan dirinya.
Pintu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita tua turun dari bus itu. Ia terdiam sebentar menatap pria itu. "Eh, Gojo? Gojo Satoru? Apa kabar mu nak? Bagaimana dengan Hime? Apa dia sudah melahirkan?"
Gojo tersenyum tipis. "Sudah.. aku baru saja mendapatkan kabarnya dari rumah sakit." Ucap Gojo sambil menaiki bus.
"Syukurlah.. selamat Gojo, kau sudah menjadi ayah sekarang. Jaga anakmu dan Hime ya.."
Gojo mengangguk, pintu bus pun tertutup dan bus segera melaju meninggalkan persimpangan jalan. Gojo mencari kursi kosong, hanya ada satu kursi kosong di belakang dan Gojo pun duduk di sana.
Ponsel Gojo berbunyi, ia mendapatkan pesan dari seseorang bernama "Geto Suguru" yang berada di paling atas notifikasi ponselnya.
"Satoru, Hime sudah tiada. Cepatlah kau kemari, aku dan Shoko sudah mengurus semuanya. Kau menghilang beberapa hari, dan hari ini kau tidak datang ke persalinan istrimu sendiri. Kurang ajar kau Gojo."
Gojo mematikan ponselnya, air mulai memenuhi kelopak matanya. Dan perlahan butiran air mengalir di pipinya.
Bus berhenti di pemberhentian selanjutnya, Gojo pun turun dari bus itu. Lututnya langsung terjatuh di atas salju yang dingin, Gojo menangis dengan puas di sana.
Ia berteriak puas, tidak ada orang yang mengganggunya di sana ataupun menegurnya. Sudah tengah malam, tidak ada yang mempedulikan apa yang Gojo lakukan di tengah-tengah hujan salju.
"Yuuji, kamu harus bertanggung jawab nak.."
***
Gojo sampai di rumah sakit tempat Hime melakukan persalinan. Shoko selaku dokter di sana pun bertemu dengan Gojo dan memarahinya padahal pria itu datang dengan keadaan tidak karuan.
Rambutnya acak-acakan dan ada beberapa salju yang menempel di sana. Gojo hanya menunduk mendengar Shoko yang memarahinya karena menghilang beberapa hari dan baru datang saat Hime ingin di makamkan.
"Gojo! Kau dengar atau tidak? Kemana saja kau ha!?"
"GOJO!"
Tangan Gojo terangkat dan langsung mencengkeram bahu Shoko erat. Shoko tentu saja kaget dan takut, ia juga meringis karena tangan Gojo mencengkeram bahunya keras sekali.
Tatapan pria itu ke Shoko begitu menakutkan dan berhasil membuat bulu kuduk Shoko sedikit merinding. Gojo tidak pernah seperti ini kepadanya, teman sekolahnya tidak pernah memperlakukannya kasar seperti ini.
Tangan Gojo langsung di tepis kencang oleh seseorang. "Berengsek kau Gojo." Pria tinggi berambut panjang datang dan langsung mencaci maki Gojo.
"Shoko, kau tidak apa-apa?"
Shoko menggeleng. "Aku tidak apa-apa Geto. Makasih.."
"Kenapa Hime bisa meninggal? Apa kau tidak berusaha Shoko? Apa kau dokter yang tidak berguna? Bagaimana kau bisa membiarkan pasien mu meninggal!?"
Shoko menggeleng pelan, ia benar-benar tidak mengerti kenapa Gojo melontarkan ucapan menyakitkan seperti itu padanya.
Mengatainya kalau Shoko seorang dokter yang tidak berguna? Kemana pikiran mu Gojo? Sudah hilang akal? Padahal Shoko sudah berusahan semampunya membantu temannya melahirkan tanpa merenggut nyawanya sendiri.
Tapi itu percuma, Hime sudah tiada karena ia pendarahan. Shoko hanya bisa menyelamatkan Yuuji bayi merah yang baru saja lahir beberapa jam yang lalu.
"Kau tau kan kalau Hime sakit? Kau tau hal itu kan? Kau tau soal kehamilan Hime bisa membuat penyakitnya tambah parah karena dia kekurangan nutrisi dari tubuhnya?" Ucap Geto.
"Ya memang apa Shoko tidak bisa menyelamatkan Hime? Menyelamatkan istriku?"
"Kalau aku berbuat hal seperti itu, mungkin bukan hanya Hime yang tidak selamat. Tapi Yuuji juga! Dua-duanya bisa tidak selamat Gojo!" Bentak Shoko.
"Yasudah, kau selamatkan Hime saja! Jangan Yuuji!"
Plak!
Tamparan keras mendarat tepat di pipi kanan Gojo. Pipinya langsung merah seketika, Gojo hanya bisa meringis.
"Jaga bicara mu Gojo. Asal kau tau Hime sendiri lah yang meminta hanya Yuuji yang di selamatkan. Karena ia sayang dengan putranya walau dia tidak sempat untuk memeluknya Gojo!" Shoko mulai menangis, air matanya mengalir deras.
Geto hanya bisa menenangkan Shoko yang sudah terbalut emosi.
"Kau seharusnya berpikir dua kali sebelum mengatakan hal itu. Yuuji adalah salah satu perjuangan hidupnya, dan kau justru menghina bayi kecil itu? Kemana akal sehatmu Satoru?"
Shoko menghapus air matanya, ia menelan salivanya dan mencoba untuk menahan emosinya. "Kalau kau mau melihat Yuuji, dia ada di ruangan nomor dua. Jangan kau keluarkan dia dari tabung inkubator."
Shoko pun pergi dari sana bersama Geto dan meninggalkan Gojo sendirian.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
FanfictionGojo harus menerima kenyataan menyakitkan tentang Utahime yang telah meninggal dunia sebab melahirkan anaknya. Tetapi luka tidak mungkin bisa sembuh begitu saja, dan Gojo tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Itadori Yuuji, anak yang Utahime perj...