10. tamak

387 45 5
                                    

"Nobara.."

"Nobara.."

"Bangun Nobara.. ini makanan mu.."

Nobara langsung membuka matanya ketika mendengar panggilan yang menyebutkan namanya. Ia langsung mengangkat kepalanya dan mengendarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar rumah sakit itu.

Wajahnya nampak panik, dahinya pun penuh dengan bulir keringat. Matanya melihat kedua teman laki-lakinya sedang membawa sebungkus makanan di tangan mereka masing-masing.

Apa yang terjadi? Nobara masih mencoba memahami apa yang dia lihat sekarang. Semuanya seperti mimpi, ia tidak bisa membedakan yang mana kenyataan atau yang mana hanya mimpi.

Kepalanya masih mencerna lalu matanya melihat ke arah Yuuji yang masih terbaring. Lalu menoleh ke alat pendeteksi detak jantung, ternyata berfungsi dengan baik.

Syukurlah, Nobara hanya bermimpi tadi. Tapi mimpinya sangat terlihat seperti nyata, dan Nobara merasakannya. Pipinya basah seperti sedang habis menangis barusan. Memang dia menangis sebelumnya, tapi ini seperti baru saja..

Nobara mengambil makanan dari tangan Inumaki dengan tangan yang sedikit bergemetar. Mungkin saja ini sebab dia lapar dan belum makan.

"Kan tangan mu bergetar.. sudah ku katakan kau untuk makan di sekolah tapi kau justru tidak mau.." ucapnya sembari memberikan makanan berupa nasi beserta ikan salmon.

"Nobara, jangan menangis terus. Mata mu sampai sembab seperti itu.." ucap Yuta sambil duduk di sofa dekat ranjang Yuuji.

Nobara hanya diam saja, mimpi yang ia alami tadi benar-benar bukan mimpi yang bagus. Ia sungguh tidak mau Yuuji meninggalkanya seperti itu.

Inumaki duduk di samping Yuta dan langsung melahap onigiri miliknya. Ia sangat lapar, dan untung saja kantin di rumah sakit memiliki banyak makanan untuk ia makan.

"Nobara.. dia benar-benar mencintai Yuuji. Tidak ada orang yang mengkhawatirkan orang lain seperti itu." Bisik Yuta di telinga Inumaki, sedangkan Inumaki sedang sibuk mengunyah onigiri miliknya.

Inumaki tersenyum tipis, menatap dalam wajah Nobara yang sedang mengunyah makanan sambil sesekali melirik Yuuji. Tapi.. entah mengapa tatapannya sedikit berbeda ke gadis itu.

"Sebentar, aku kembali.. terpesona kepadanya?"

Kata-kata itu tiba-tiba seperti terucap dengan sendirinya di hati Inumaki. Ya, ketika ia melihat wajah Nobara di hadapannya. Inumaki mengaku ia kembali terpesona oleh Nobara.

Uhuk! Uhuk!

Yuta menoleh, ia melihat temannya yang terbatuk akibat tersedak makanan. Inumaki pun langsung meminum segelas air putih dan menenggaknya cepat agar makanan yang tersangkut hilang dari tenggorokannya.

"Hati-hati kalau makan Toge.." ucap Nobara pelan.

Inumaki bangun dari sofa dan segera menuju keluar dari ruangan Yuuji menuju kamar mandi.

***

Di sisi lain, karena Nanami tidak ada di rumah sakit—ia sebenarnya sibuk mengurusi kepindahan Yuuji dan segala persiapannya untuk bersekolah di London, Inggris.

Walaupun anak itu belum sadar dan tidak tahu nasib kedepannya gimana, Nanami tidak memikirkan tentang hal itu. Ia percaya kalau Yuuji akan bangun, mangkanya ia mempersiapkan itu semua dari sekarang.

Nanami akan melakukan apapun untuk Yuuji bisa bahagia, termasuk memisahkan anak itu dari Gojo dan bayang-bayang pria itu. Walaupun Gojo memang tidak akan peduli lagi, tetapi Nanami yakin Gojo akan datang lagi dan membutuhkan Yuuji suatu saat nanti.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang