Gojo menoleh ke belakang mobilnya, ia menabrak seorang wanita tadi. Ia sangat-sangat sadar ia menabrak seorang wanita yang tengah berdiri di tengah jalan.
Gojo panik, pikirannya kacau dan ini semua sebab ia mabuk. Gojo setengah sadar dan tidak memperhatikan jalan dan juga ia melaju kencang dan melanggar peraturan jalan.
Gojo langsung membanting setir dan kabur dari tempat kejadian dengan bagian depan mobilnya yang lumayan parah rusaknya.
Di tengah derasnnya hujan, betapa tidak punya hati dan pikiran saat itu Gojo berani meninggalkan korban yang ia tabrak malam itu. Ia tidak bertanggung jawab, ia justru kabur dari sana terbirit-birit sebab takut.
Saat menyetir, Gojo hanya menggigit bibirnya. Dahinya berkeringat, ia juga sesekali melihat ke belakang. Ini tengah malam, dan mungkin nanti Gojo tidak bisa tidur nyenyak.
"Apa yang harus aku lakukan..."
***
Keesokan harinya, Gojo datang mengendap-endap ke tempat kejadian Dengan memakai jaket yang menutup kepalanya. Gojo menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang mengenalnya atau yang melihatnya kemarin malam.
Jalanan masih basah sebab hujan, semua orang menerobos genangan air sebab penasaran apa yang terjadi kemarin malam. Mobil ambulan serta satu mobil polisi ada di depan.
"Katanya wanita yang tinggal di gubuk itu mati.." Gojo mendengar bisik-bisik dari orang di sampingnya mengenai korban kecelakaan semalam.
"Iya.. kasihan sekali putranya yang masih kecil. Aku harap putranya dapat segera sadar. Sejak semalam anak itu tidak sadarkan diri dan tergeletak di jalan.. "
Gojo semakin ketakutan, ia tidak mau mengakui kalau ialah pelakunya. Karena Gojo tidak mau masuk ke dalam jeruji besi.
Gojo berjalan menjauh dari kerumunan, ia menghampiri mobil ambulan yang sedang siap-siap ingin memasuki Megumi ke dalam mobil. Megumi hanya terbaring di atas ranjang untuk hendak di bawa ke rumah sakit.
Gojo menghampiri, melihat Megumi dari jarak yang tidak terlalu jauh. Gojo merasa kasihan, merasa bersalah setelah melihat dan mendengar kondisi Megumi dan Ibunya yang memprihatinkan.
Megumi pun segera di bawa ke rumah sakit, dan Gojo juga segera mengikuti Megumi ke rumah sakit menggunakan motor miliknya.
Saat sesampainya di rumah sakit, Gojo memperhatikan bagaimana Megumi di tangani dan juga dimana ruangan Megumi di rawat. Ia rela menunggu berjam-jam agar dapat mencari celah untuk bertemu Megumi di sana.
Di saat situasi sudah mulai aman bagi Gojo, ia menyusup masuk ke dalam ruangan itu. Mata birunya menangkap Megumi yang sedang berbaring sambil menangis tanpa suara. Hati Gojo langsung terenyuh, Megumi menangis hingga matanya sembab.
Gojo melangkahkan kakinya pelan, "Hi? Bolehkah aku berbicara kepadamu?" Tanya Gojo pelan.
Megumi hanya menangis, hingga Gojo duduk di kursi tepat di samping Megumi. "Keadaan mu bagaimana? Boleh aku tahu siapa namamu?" Tanya Gojo lagi.
"Megumi.."
"Hanya Megumi?"
"Megumi Fushiguro.."
Gojo mematung sebentar, ia merasa seperti pernah mendengar nama "Fushiguro" sebelumnya. Tapi ia tak mengingatnya dimana.
"Kau anak dari wanita.."
"Ibuku sudah tiada.." setelah berucap seperti itu, Megumi langsung menangis kencang seperti tak terima ia kehilangan Ibunya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki sekaligus pelindungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
Fiksi PenggemarGojo harus menerima kenyataan menyakitkan tentang Utahime yang telah meninggal dunia sebab melahirkan anaknya. Tetapi luka tidak mungkin bisa sembuh begitu saja, dan Gojo tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Itadori Yuuji, anak yang Utahime perj...