Langkah Gojo gontai memasuki lobby rumah sakit. Matanya sayu dan air mata yang mengalir di pipinya mulai mengering sehingga timbul bekas di sana.
Ia mulai berjalan masuk ke dalam mencari ruangan Utahime berada. Kondisinya sudah sangat berantakan. Rambut putihnya tidak beraturan dan beberapa salju menempel di sana.
"GOJO! kemana saja kau ha!? Kau kemana Gojo!? Utahime mencarimu! Ia membutuhkan mu!!"
Gojo hanya menunduk di depan Shoko, pria itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
"Gojo! Kau dengar atau tidak? Kemana saja kau ha!?"
"GOJO!"
Tangan Gojo mengepal dengan keras. Ia sangat pusing mendengar teriakan Shoko kepadanya. Tangannya pun terangkat lalu mencengkeram bahu wanita itu hingga Shoko sontak terkejut.
Kelopak mata Gojo terbuka lebar, matanya membulat menatap Shoko dengan tatapan menyeramkan. Shoko sampai ketakutan melihat tatapan Gojo yang seperti itu padanya.
Geto datang lalu menepis tangan Gojo dari bahu wanita itu. "Berengsek kau Gojo!" Geto langsung memeluk Shoko, melindungi kekasihnya dari temannya yang berengsek itu.
"Shoko, kau tidak apa-apa?"
Shoko menggeleng. "Aku tidak apa-apa Geto. Makasih.."
"Kenapa Hime bisa meninggal? Apa kau tidak berusaha Shoko? Apa kau dokter yang tidak berguna? Bagaimana kau bisa membiarkan pasien mu meninggal!?"
Shoko mematung, ada sesuatu yang menusuk hatinya. Kata-kata Gojo seketika membuat hatinya sangat sakit. Gojo mengatakan kalau ia seorang dokter yang tidak berguna padahal Shoko sudah mencoba semampu yang ia bisa.
Shoko hanya seorang manusia biasa, ia bukan Tuhan. Ia hanya manusia yang menjadi perantara Tuhan untuk bisa menyelamatkan manusia yang di takdirkan untuk hidup.
Shoko sudah merawat Utahime bahkan sebelum Yuuji ada. Shoko mengetahuinya sendiri karena tak sengaja melihat surat dokter dari dalam tas Utahime.
"Kau tau kan kalau Hime sakit? Kau tau hal itu kan? Kau tau soal kehamilan Hime bisa membuat penyakitnya tambah parah karena dia kekurangan nutrisi dari tubuhnya?" Ucap Geto.
"Ya memang apa Shoko tidak bisa menyelamatkan Hime? Menyelamatkan istriku?"
"Kalau aku berbuat hal seperti itu, mungkin bukan hanya Hime yang tidak selamat. Tapi Yuuji juga! Dua-duanya bisa tidak selamat Gojo!" Bentak Shoko.
"Yasudah, kau selamatkan Hime saja! Jangan Yuuji!" Seru Gojo.
Plak
Tamparan melayang keras ke arah wajah Gojo dari Shoko. Kepala pria itu langsung terhempas ke arah kirinya dan menimbulkan rasa nyeri di pipi kanannya. Gojo meringis pelan.
"Jaga bicara mu Gojo. Asal kau tau Hime sendiri lah yang meminta hanya Yuuji yang di selamatkan. Karena ia sayang dengan putranya walau dia tidak sempat untuk memeluknya Gojo!" Shoko mulai menangis, air matanya mengalir deras.
Geto hanya bisa menenangkan Shoko yang sudah terbalut emosi.
"Kau seharusnya berpikir dua kali sebelum mengatakan hal itu. Yuuji adalah salah satu perjuangan hidupnya, dan kau justru menghina bayi kecil itu? Kemana akal sehatmu Satoru?"
Shoko menghapus air matanya, ia menelan salivanya dan mencoba untuk menahan emosinya. "Kalau kau mau melihat Yuuji, dia ada di ruangan nomor dua. Jangan kau keluarkan dia dari tabung inkubator."
Shoko pun pergi dari sana bersama Geto dan meninggalkan Gojo sendirian.
***
Gojo memberhentikan langkahnya di depan ruangan nomor dua. Ruangan yang bisa di lihat dari luar melalui kaca jendela dan memperlihatkan secara jelas bayi-bayi yang baru lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
Hayran KurguGojo harus menerima kenyataan menyakitkan tentang Utahime yang telah meninggal dunia sebab melahirkan anaknya. Tetapi luka tidak mungkin bisa sembuh begitu saja, dan Gojo tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Itadori Yuuji, anak yang Utahime perj...