Lebih tepatnya setelah kejadian itu, Megumi menghilang. Menjauhkan dirinya dari keramaian orang. Ia menyendiri, pergi kemanapun tanpa arah tujuan.
Ia hanya tinggal di sebuah apartemen murah tak jauh dari Shibuya. Ia memutuskan untuk tidak berkontakan lagi mengenai orang-orang yang ia kenal atau orang-orang dari masa lalunya setelah Yuuji tiada. Bahkan Gojo sekalipun.
Megumi merasa, sudah cukup ini semua. Ia sudah sangat lelah, ia tidak akan bisa memaafkan apa yang telah ia perbuat dan ia takkan bisa melupakan kejadian saat Yuuji menjadi tameng untuk dirinya.
Megumi keluar dari kamar apartementnya, lalu menuruni tangga untuk menuju ke lantai dasar. Ia keluar dari lobby apartement itu sambil mengeluarkan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat.
Megumi melambaikan tangannya untuk memberhentikan taxi yang lewat. Ada satu taxi yang berhenti di depannya, lalu ia pun naik ke dalamnya. Megumi menunjukan alamat tersebut kepada sopir, lalu sopir menjawab kalau ia tahu dimana alamat itu.
Di dalam mobil, Megumi berkali-kali menghembuskan nafasnya, ia juga mengusap-usap telapak tangannya yang dingin. Ia seperti merasakan sebuah kepanikan, ia merasa tidak siap.
Sekitar hampir satu jam perjalanan, mobil taxi berhenti. Megumi pun turun lalu memberikan tarif yang sesuai dengan argo. Di depannya berdiri rumah tiga lantai, bergaya klasik Amerika yang di bangun di Jepang.
Tidak terlalu besar, tapi terlihat sangat nyaman jika di dilihat. Megumi melangkah, menaiki sedikit anak tangga lalu mengetuk pintu rumah berwarna coklat kayu dengan nomor 0708.
Tak lama, pintu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita tua. Sudah tua dan sepuh, rambutnya memutih tetapi terlihat ia sangat masih sehat dan kuat. Wanita tua itu tersenyum lebar, memperhatikan siapa laki-laki muda di hadapannya.
"Maaf? Mencari siapa?" Tanya Wanita tua itu. Bibirnya sudah keriput, cara bicaranya sedikit tidak jelas karena sudah tidak memiliki gigi di beberapa bagian.
Megumi menelan salivanya, bibirnya bergetar dan ia juga menahan air matanya. "Maaf, apa benar ini tempat kediaman keluarga Fushiguro?" Tanya nya ragu.
Wanita tua itu mengangguk lalu menunjuk ke arah dinding di dekat pintu bertuliskan "Keluarga Fushiguro". Megumi tersenyum lalu menunduk. "Maaf mengganggu mu.. sampai jumpa.." Megumi langsung menuruni anak tangga dan hendak pergi dari sana.
"Nak.. siapa kau? Kenapa tidak memperkenalkan dirimu?"
Megumi berjalan dengan air mata yang menetes di pipinya. Ia tahu siapa wanita tua yang membukakan pintunya tadi, itu adalah neneknya. Sudah lama ia mencari-cari informasi dimana keluarga Fushiguro tinggal dan siapa saja orang-orang yang memiliki marga yang sama dengannya.
Dan akhirnya Megumi menemukan yang pasti, yang ia yakin kalau itu adalah keluarganya yang "hilang". Akhirnya Megumi bisa melihat langsung siapa Neneknya, Ibu dari Ibunya yang sudah tiada.
"Nak kau mencari sesuatu? Tidak perlu takut.. Nenek hanya wanita tua.."
Megumi menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. "Megumi." Ucapnya lalu tersenyum simpul ke Neneknya.
"Hujan? Cinta? Berkah? Dan kasih sayang?
Megumi memejamkan matanya, air matanya semakin berderai di pipinya. Tak salah lagi, wanita tua itu adalah Neneknya.
"Namamu itu artinya cinta, berkah dan juga kasih sayang Megumi.. maka jadilah orang yang memberikan kasih sayang dan cinta, jangan kebencian.."
"Megumi kan selalu sayang dan cinta sama Mamah! Megumi tidak mau menjadi orang pembenci!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
FanfictionGojo harus menerima kenyataan menyakitkan tentang Utahime yang telah meninggal dunia sebab melahirkan anaknya. Tetapi luka tidak mungkin bisa sembuh begitu saja, dan Gojo tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Itadori Yuuji, anak yang Utahime perj...