Kamu manis dengan cara berbeda.
-Badai & Lukanya-
Ketika di sisi lain adiknya mendapatkan masalah karena telat datang ke sekolah. Lain halnya Kian yang baru saja keluar dari ruang guru. Setelah memenangkan pertandingan basket beberapa Minggu lalu, ia harus segera mempersiapkan timnya untuk menghadapi tingkat yang lebih tinggi. Bulan depan, Kian akan bertanding melawan tim basket dari luar kota. Membuat ia jarang mengikuti pelajaran seperti saat ini.
"Kian." Panggilan dari arah belakang membuat fokus pemuda itu terpecah dan akhirnya menoleh menjawab sopan. Karena orang yang baru saja memangilnya adalah guru BK bernama Pak Rio.
"Tolong kamu antar Kyara ke kelas 12 MIPA 1 ya? Dia murid baru disini." Kian mengangguk sembari menjawab sopan seperti yang biasa ia lakukan. Setelah kepergian guru BK-nya itu, Kian menatap gadis manis yang semakin manis dengan senyum yang mengembang seperti adonan kue.
"Salam kenal, gue Kyara." Gadis itu mengulurkan tangan yang hanya di tatap datar Kian.
"Gue Kian, anak MIPA 1 juga." Lelaki itu melangkah pergi tanpa memperdulikan raut masam Kyara. Sendari bersekolah disini, memang Kian tidak mudah akrab dengan orang baru. Mungkin jika di teliti, hanya teman-teman basketnya yang pernah melihat tawa dari lelaki tinggi itu. Sementara teman kelasnya, lebih mengenal sosok Kian sebagai ketua kelas keras kepala yang setiap keputusannya tidak boleh di ganggu gugat.
"Kamu ketua basket itu ya?" Kian menghentikan langkah lalu membalikkan badan menatap Kyara menyelidik.
"Gue tau, karena tadi sempet liat poster di mading. Kamu keren ya, udah bisa memenangkan lomba sebanyak itu." Kian memutar bola matanya malas. Ia bosan akan banyaknya pujian, apalagi pujian dari orang yang tidak ia kenal.
Tidak hanya basket yang menjadikan Kian terkenal dan berprestasi. Tapi juga karena beberapa lomba yang ia ikuti selalu mendapatkan juara. Meksipun tidak selalu yang menjadi pertama, tapi cukup membuat bangga sekolah dan keluarganya.
"Kian," panggilnya sembari menarik lengan seragam pemuda di depannya.
Lelaki itu mendengus sembari menoleh ke arah Kyara.
"Kenapa orang hebat kayak lo, selalu angkuh? Kenapa orang kayak lo, selalu sok jual mahal?" Kian melebarkan mata tak percaya. Bagaimana bisa gadis yang ia anggap lemah lembut dan penuh keanggunan seperti gadis pada umumnya mengatakan sedemikian rupa kepada dirinya.
"Gue tau lo berprestasi, tapi sayang. Sifat lo bener-bener buat orang pengen muntah." Tanpa menunggu jawaban Kian, Kyara melangkah pergi sembari meniup poninya yang sudah seperti Dora, tokoh kartun kesukaannya sewaktu kecil. Kyara melewati tubuh Kian yang masih tidak percaya dengan perkataan lancang gadis asing yang seenaknya mengomentari dirinya.
***
Suasana kantin hari ini terasa berbeda dengan biasanya. Memang ketika jam istirahat kantin menjadi tempat padat yang banyak orang berebutan makanan. Tapi lain hari ini, di salah satu sudut meja terdapat kerumunan yang semakin terasa sesak menjengkelkan beberapa orang.
Di tempat itu terdapat tontonan gratis sekaligus menyenangkan yang membuat perasaan membosankan menjadi adrenalin setelah banyaknya materi dan tugas yang mereka telan ketika di kelas tadi.
"Ada apa sih?" tanya Malvi kepada gadis yang entah siapa namanya. Ia mencoba mendekati kerumunan yang sudah seperti ibu-ibu berdesakan menanti sembako gratisan.
"Ada yang adu jambak! Kayaknya rebutan pacar!" Malvi menggelengkan kepala menatap gadis yang tertawa-tawa dengan temannya melihat kedua gadis yang sudah menjadi perhatian karena saling tarik menarik rambut.
Meksipun Malvi gadis tomboi, tapi ia sama sekali tidak menyukai perkelahian seperti ini. Apalagi tidak mengenal tempat, membuat masalah lebih banyak.
"Kalian gak punya kerjaan lain apa?!" teriaknya mencoba membubarkan teman-temannya yang malah keasikan dan melupakan niat awal pergi ke kantin.
Dengan langkah lebar. Mendorong teman-temannya kasar agar ia bisa lebih dekat dengan kedua gadis, yang terus menjambak satu sama lain semakin brutal. Bukan karena Malvi ingin menonton lebih dekat, tapi ia ingin melerai mereka.
"Cewek cabe," sinisnya menarik kedua rambut gadis yang bertengkar tidak kenal tempat. Semua orang terkejut akan kehadiran Malvi, kecuali Ian. Lelaki yang sendari tadi sudah berdiri di atas meja agar mendapatkan penglihatan lebih jelas.
Bukannya berhenti bertengkar, kedua gadis yang sudah kacau dan berantakan malah menyerang Malvi. Gadis tomboi itu membulatkan mata berbarengan dengan seruan teman-temannya yang malah bertepuk tangan. Ini benar-benar gila! Jika saja Malvi bukan anggota OSIS, mungkin dirinya akan masa bodoh dengan mereka.
"Ayo?! Lo pasti menang darling?! Malvi sayang?! Lo pasti menang! Ayo sayang?! Jangan sampai kalah?!" Ian bertepuk tangan bersorak senang. Tawanya lepas hingga perutnya terasa kram. Pemandangan yang sering ia lihat dan tentunya menghibur dirinya mendapati Malvi yang tak tau apa-apa harus mendapatkan perlakukan tidak layak seperti itu.
"Ayo sayang?! Jangan sampai kalah?! Malvi lo harus menang?!" Malvi yang mati-matian menghadapi kedua gadis sinting, menatap tajam Ian yang malah berteriak kesenangan. Lelaki itu bahkan tidak memperdulikan rambut dan seragamnya yang kusut seperti orang gila.
"Mal..." Teriakkan Ian terhenti ketika seseorang dari belakang menarik celananya. Ia turun dari meja dan ketika seseorang yang tidak ia kenal mengatakan sesuatu, raut wajahnya berubah datar. Dengan tarikan napas, ia melangkah pergi ke luar kantin. Sorot matanya tegas dan tangannya mengepal menandakan akan sesuatu yang tidak baik akan terjadi.
🏆
• Kian (Angga Yunanda)
• Ian (Iqbal Ramadhan)
• Kyara (Adhisty Zara)
• Malvi (Yoriko Angeline)
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI & LUKANYA (menemani dikala libur sekolah.)
RomanceIkuti kisah cerita Kian dan Ian, dua bersaudara yang tidak memiliki hubungan baik. Mereka saling diam layaknya orang asing. Memiliki kepribadian yang bertolak belakang satu sama lain. Kesamaan mereka hanya satu. Tidak percaya cinta dan memiliki luka...