Cemburu dalam pertemanan wajar-wajar saja. Tidak ada yang harus di permasalahan.
-Badai & Lukanya-
Tubuh Kyara tersenggol beberapa orang yang terlihat heboh. Segera ia menarik salah satu dari mereka, "ada apa?" tanyanya menatap gadis yang tidak ia kenal.
"Ada yang berantem, di belakang gudang." Gadis itu buru-buru melepaskan genggaman Kyara. Melangkah pergi menyusul teman-temannya yang tidak sabar menonton sesuatu yang seharusnya tidak mereka lihat.
Kyara yang awalnya ingin pergi ke kantin, malah mengikuti teman-temannya menuju gudang. Tempat seseorang berkelahi. Mungkin asik juga melihat adegan kekerasan di sekolah yang semakin hari semakin membosankan. Apalagi Kian entah berada di mana.
Dengan tubuh mungil, gadis berambut pendek itu menyerobot di sela-sela teman-temannya yang sudah ramai bersorak. Mereka seperti sedang menyaksikan ayam berkelahi. Padahal seharusnya yang benar kan memisahkan mereka. Apakah melihat temannya cedera, mereka suka. Bagaimana jika seseorang yang berkelahi itu patah tulang? Apakah mereka akan semakin bersorak gembira?
"Ian!" serunya kaget akan salah satu orang yang berkelahi di depannya yang ternyata Kyara kenal.
"Ian?! Lo ngapain?!" Kyara tiba-tiba panik hingga ingin pingsan. Dirinya maju mundur ingin melerai. Tapi di satu sisi, ia takut mendapatkan pukulan. Pikirannya kalut tidak memiliki jawaban untuk kebingungannya.
"Apa gue langsung tarik tangannya ya?" Kyara menatap cemas Ian yang dengan bar-bar memukul lawannya. Mereka sama-sama memar di beberapa titik, seperti bibir, rahang, kening.
"Pak..." Kyara mendengus kesal ketika dirinya tidak mengingat nama guru BK-nya. Padahal ia ingin mengecoh mereka agar berhenti, tapi bodohnya Kyara malah tidak mengerti nama gurunya yang terkenal garang.
"Eh, nama guru BK kita siapa? Yang terkenal galak." Kyara menarik-narik lengan lelaki di sampingnya, hingga menoleh.
"PAK RIO DATENG!" Setelah lelaki di sampingnya memberitahu nama gurunya itu. Dengan sangat keras, Kyara menyebut nama guru BK. Napasnya memburu ketika ternyata teman-temannya berhasil ia kelabui. Mereka berlari kocar-kacir ketakutan.
Tanpa mau membuang kesempatan. Kyara menarik tangan Ian cepat. Membuat lelaki itu terkejut, hingga ia menyadari siapa gadis yang berani menyentuh dirinya.
***
Pintu UKS terbuka cepat dan keras. Malvi dan Kian masuk dengan napas yang tidak teratur karena mereka baru saja berlari.
Wajah gadis tomboi yang sebelumnya khawatir, kini menjadi dingin. Tatapannya terfokus pada Kyara yang dengan santainya membersihkan luka Ian di pipi. Rasa panas menyergap tubuhnya. Jelas, ia tidak suka dengan pemandangan yang saat ini Malvi lihat.
"Kian, lo kenapa kesini? Khawatir ya sama gue?" Gadis manis itu menatap Kian yang masih menormalkan deru napasnya. Apa yang dikatakan Kyara tidak sepenuhnya salah. Selama Ian bertengkar atau bahkan kecelakaan, ia tidak seperti ini. Menghampiri adiknya. Jika ia khawatir, Kian hanya bisa bertanya kepada teman-temannya. Dan kekhawatirannya lenyap seperti angin lalu.
Tapi entah kenapa, ketika teman-temannya tadi menyebutkan nama Kyara. Dirinya langsung bergegas ke UKS. Memeriksa apakah teman sekelasnya itu terluka atau tidak. Kian tidak ingin memikirkan lebih dalam apakah ia khawatir akan kondisi Kyara. Yang jelas gadis itu adalah teman sekelasnya, jadi ia harus memastikan jika Kyara baik-baik saja.
"Jangan kepedean, gue kesini karena Ian." Malvi refleks menoleh ke arah Kian yang berada di sampingnya. Jelas-jelas kian sedang berbohong. Ia tau betul hubungan kakak beradik itu.
Sementara Ian tersenyum remeh mendengar pernyataan Kian. Apa yang lelaki itu katakan sangatlah egois. Dirinya hanya menjadi kambing hitam.
"Lo yakin?" Kyara menaik turunkan alisnya membuat Malvi semakin meradang. Apa tidak cukup gadis itu memperhatikan Ian, sahabatnya. Lalu sekarang? Dengan senyum bahagianya Kyara masih sempat menggoda Kian.
"Gak usah banyak omong, sekarang lo ikut gue." Kian melangkah lebar lalu menarik tangan Kyara yang masih memegang perban, "kita ada presentasi." Kyara sedikit panik dan segera meletakkan perban di kotaknya lagi, sebelum Kian menariknya pergi.
"Lo cemburu ya?" Bukannya memberontak. Kyara menikmati genggaman tangan lelaki di depannya yang terlihat kesal. Koridor menuju kelas mereka, sepi. Karena berakhirnya jam istirahat beberapa menit yang lalu.
"Gue peringati, jangan deket-deket sama Ian." Kian melirik sekilas ke arah Kyara yang malah tersenyum gembira.
"Kenapa? Dia baik? Happy juga anaknya?" Kyara terus menatap tangan Kian yang memegang tangannya. Mimpi apa ia semalam hingga mendapatkan kesempatan untuk menyentuh ketua kelasnya.
"Dia penuh masalah. Pembuat onar. Lo mau dapet masalah karena dia?" Kyara menggelengkan kepala ketika Kian sekali lagi menoleh ke arahnya.
"Tapi dia baik. Gak kayak lo, yang cuek." Kyara memanyunkan bibir kesal.
Kian menghempaskan tangan Kyara, ketika mereka akan sampai di kelas, "dengar Kyara. Ian, dia cowok yang berbahaya. Meskipun dia baik sama lo, bukan berarti dia gak punya niatan buruk sama lo." Kian melangkah masuk ke dalam kelas. Meninggalkan kebingungan gadis berambut pendek itu.
Dari nada Kian. Kyara mengetahui fakta bahwa lelaki itu membenci Ian. Mereka bersaudara bukan orang asing. Apa yang sebenarnya terjadi antara mereka berdua?
***
"Lo kenapa? Kayak marah gitu?" Ian menatap punggung Malvi yang masih mengamati kepergian Kian dan Kyara.
Gadis tomboi itu terkekeh. Mendekati Ian dan sedikit menyentuh luka lelaki itu yang berada di kening.
"Lo apa-apaan sih?" Ian meringis kesakitan karena sentuhan kecil itu. Apalagi Malvi melakukan dengan sengaja.
"Lo yang kenapa?" serunya meraih perban yang tadi sempat Kyara pegang. Ia memutar bola matanya malas melihat reaksi Ian yang berlebihan.
"Lo cemburu ya?" Malvi membulatkan mata. Menatap tidak percaya laki-laki di depannya.
"Bilang aja lo cemburu karena Kyara. Lo tadi liat gak? Cara Kyara hentiin perkelahian gue sama cowok idiot itu? Lebih berpendidikan, dari pada lo ngelawan cewek cabe-cabean selama ini." Ian menaik turunkan alisnya. Menggoda Malvi adalah salah satu cara untuk menghibur suasana hatinya.
Gadis itu mendengus. Tangannya yang lain menyentuh memar sahabatnya cukup keras, "terserah lo ngomong apa! Yang jelas, gue gak suka kalo lo nonjok orang kayak tadi. Lo pikir keren? Lo baru aja masuk sekolah Ian. Lo baru aja selesai dapetin hukuman. Lo mau kena hukuman lagi?" Malvi mulai mengobati luka-luka Ian, setelah lelaki itu meringis lagi karena ulahnya.
"Dasar tikus cerewet."
🏆
Hari ini update 1 Bab ya. Mohon dimaklumi, mental sedang berantakan.
Doakan yang terbaik. Semoga besok bisa update seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI & LUKANYA (menemani dikala libur sekolah.)
RomanceIkuti kisah cerita Kian dan Ian, dua bersaudara yang tidak memiliki hubungan baik. Mereka saling diam layaknya orang asing. Memiliki kepribadian yang bertolak belakang satu sama lain. Kesamaan mereka hanya satu. Tidak percaya cinta dan memiliki luka...