11

1.6K 59 0
                                    

••• Happy reading •••

Bel pulang sekolah berbunyi. XII Bahasa 3 keluar kelas untuk segera menuju ke parkiran dan pulang ke rumah.

"NATHAN! Yakin nih nggak mau? Entar nyesal tau." Jesika mengejar di belakang Nathan. Ia sedikit berlari karena susah mengimbangi langkah kaki Nathan yang sudah jauh di depannya. "Nathan! Nathan! Capek tau kejar-kejar terus. Sekali-kali lo kek yang kejar-kejar gue. Pasti gue terima, deh. Nggak pakai mikir langsung gue terima detik itu juga"

Itu, sih, mau lo. batin Nathan.

"Nathan! Kapan, sih, gue bisa jadi pacar lo? Masa gue mulu yang cari lo? Lo nya kapan?" tanya Jesika dengan nada menyebalkan di telinga Nathan. Cowok itu sama sekali tidak ada niat menjawab. Ia tetap berjalan, kedua tangannya masuk ke saku celana abu-abu.

Jesika Putri Angelica. Hidup Nathan yang semula tenang saja jadi tergantung karena cewek bersuara centil ini. Di SMA Nusa Bangsa Jesika adalah sosok cewek cantik yang selalu bully murid yang selalu mengejar Nathan dan jika mereka semua mengusik Jesika murid itu akan mendapat bully, Ia dibantu dengan Anna dan Eva makanya mereka bertiga sangat terkenal di sekolah.

Kadang Nathan heran mengapa Jesika bersikeras untuk menjadi pacarnya, padahal Nathan dan Jesika tidak pernah dekat sebelumnya. Mungkin karena melihat pesona Nathan jadi suka mengejarnya, mereka berdua memang satu kelas.

"Nathan, ngomong, dong. Kok diam aja, sih! Berasa ngomong sama patung tau! Udah gitu patungnya bisa jalan lagi!" keluh Jesika karena sejak tadi bermonolog terus.

Jesika berhenti mendadak karena cowok yang sedang berjalan tenang di depannya berhenti dan berbalik badan. Anna dan Eva yang mengikuti Jesika pun ikut berhenti berjalan.

"Nah! gitu kek dari tadi. Senyum, dong! Biar makin ganteng" Jesika menyengir lebar di depan Nathan karena cowok itu sudah mau meresponsnya. "Nih, kayak gini!"

"Sebegitunya lo biar gue terima?" Bibir Nathan menipis, marah. "Gue udah tolak lo berkali-kali. Dimana rasa malu lo? Urat malu lo putus?" Nathan bertanya dengan kedua alis tertekuk. Heran bercampur kesal karena perempuan ini tidak pernah mengerti maksudnya.

"Memangnya gue nggak boleh, ya, suka sama lo?"

"Bukan gitu"

"Terus?"

"Pokoknya jangan suka sama gue" jawab Nathan dengan singkat, jelas, dan padat. Dibumbui dengan nada pedas.

"Gue bakal tetap ngejar lo"

"Kalau lo suka sama gue nggak usah pakai cara kayak gini" Nathan mendekati Jesika "Kalau lo suka sama gue, jauhi gue"

Jesika tercenung mendengarnya. "Nggak mau,!" Jesika tetap bersikukuh.

Bagaimana caranya agar Jesika sadar bahwa Nathan tidak mau menerimanya?

"Kapan, sih, lo liatin gue?"

"Ini gue liatin lo" Sahut Nathan ketus. "Gue nggak suka sama lo, Jesika. Berapa kali harus gue bilang ke lo? Jangan ikuti gue lagi. Gue nggak butuh diikuti" ujar Nathan.

Jesika melotot, sebal. Ia membalik badan. Melanjutkan langkah kakinya yang tertunda tadi. Jesika meremas sisi roknya kuat-kuat-geregetan pada Nathan. "AWAS AJA YAAAAA!!!"

•••

XI IPA 2 sudah pada pergi keluar dari kelasnya menuju parkiran. Aurel dan Claudia sampai di parkiran.

"Alamat lo dimana?" tanya Claudia.

"Jalan Mawar, nomer 52" ucap Aurel sambil menyelipkan rambut nya di telinga.

ClaudiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang