Part 11 "Luka dan sendu"

7.8K 1K 240
                                    

Hahahah mampus, sekalinya rajin dini hari pun aku update😭
Woee kalian, makasi lohh yg komen banyak aku jadi mood bgt sampe gabisa berhenti, tanggung jawab weeeee😭

Dahla:)
Eee, btw dari kota mana aja nih?

*****

Sejak sepulang sekolah tadi Aruna mengunci dirinya dalam kamar, cewek itu tenggelam dalam selimut tebal yang membalut tubuh mungilnya, dengan suhu tubuh yang tingginya bukan main dia tidak mampu untuk sekedar bangkit dari tempatnya.

Aruna mengerjapkan matanya ketika sayup-sayup mendengar suara ketukan pintu kamarnya disertai seruan suara wanita memanggilnya. Cewek dengan wajah pucat itu ingin menyahut tapi dia benar-benar tidak sanggup membuka suara.

Matanya kembali terpejam dengan dibarengi keringat dingin yang tiba-tiba mengucur dari tubuhnya. Tidak lama kemudian dirinya tidak lagi mendengar suara pintu dietuk dan suara seorang wanita, kepalanya sangat pusing dan dia memutuskan untuk tidur kembali sampai tubuhnya benar-benar bisa diajak bangkit.

Brak!!

Damian tidak sabar karena adiknya tidak mau menjawab panggilannya, tidak merespon seruannya dan sama sekali tidak mau membuka pintu sejak sepulang sekolah. Instingnya mengatakan pasti terjadi sesuatu pada Aruna sehingga gadis itu mengurung diri, benar saja lihat adiknya yang tidak bergerak di atas kasur.

Bahkan adiknya itu sama sekali tidak merasa terganggu dengan nyaringnya gebrakan pintu yang yang barusan dia dobrak. Dengan langkah terburu-buru dia menghampiri sang adik dan langsung membuka selimut tebal itu dengan kasar, dia melihat wajah adiknya yang pucat dengan tubuh meringkuk kedinginan, hatinya tercibit melihat kondisi Aruna.

"Dek, kamu demam..." gumam Damian panik.

Cowok dengan wajah sangar itu segera menggendong tubuh Aruna kemudian melangkah dengan tergrsa-gesa untuk turun ke lantai dasar, wajah paniknya tidak bisa disembunyikan ketika adiknya itu mengejang tiba-tiba.

"Kak, itu Aruna kenapa?" tanya sang Mama.

"Aruna kejang." jawabnya singkat.

Damian segera memangku Aruna diikuti oleh sang Mama, kemudian meminta supir untuk membawa mereka ke rumah sakit terdekat agar Aruna lekas mendapat penanganan, demi Tuhan dia tidak ingin terjadi sesuatu pada adik sematawayangnya.

"Pa....pa..."

Damian mengusap air matanya kasar, keadaan Aruna membuatnya trauma akan masa lalu, teman kecilnya dulu meninggal setelah kejang seperti ini dan dia tidak ingin adiknya bernasib sama. Di sebelahnya sang Mama sudah menangis tersedu-sedu sambil terus menggosok telapak kaki Aruna serta membantu melonggarkan pakaian gadis itu.

"Bertahan sayang, ada kakak disini..." bisiknya.

Kejang Aruna semakin hebat dan untung saja mereka sudah tiba di rumah sakit saat itu, dengan langkah lebar Damian membawa Aruna masuk dan meminta bantuan kepada para petugas kesehatan untuk segera memberi pertolongan pada adiknya.

"Kak... Aruna gak akan ninggalin Mama, kan?" tanya Mamanya lemah, mata wanita itu terlihat sangat takut akan kehilangan.

"Nggak Ma, Aruna bakal terus sama kita sampai kapan pun." ucapnya tegas dan yakin.

"Mama takut Aruna ninggalin kita, Mama gak bisa Kak, Mama gak bisa..."

"Mama tenang, Damian yakin Aruna baik-baik aja, kita berdoa ya, Ma."

Wanita paruh baya itu duduk dikursi tunggu dengan air mata yang terus berderai, Aruna sudah tidak pernah kejang lagi semenjak kelas 5 Sekolah Dasar dan dia pikir tidak akan ada kejadian seperti ini, mungkinkah gadis kecilnya itu banyak pikiran, stress atau merasa tertekan. Sejak dulu Aruna tidak pernah seperti ini jika tidak tertekan atau banyak masalah, apa yang gadis itu pikirkan sehingga jatuh sakit seperti ini.

READENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang