Part 29 "Aiden kemana?"

4.6K 640 75
                                    

Heheh, met malam reabest, jangan lupa voment banyak-banyak ya, aku nggak minta kalian siapin tisue, ini nggak sedih.

Happy Reading❤

♡♡♡

Bell pulang berbunyi nyaring memenuhi seisi sekolah, kelas yang awalnya hening menjadi riuh saat guru mata pelajaran menutup pertemuan mereka pada sore hari ini. Mereka merapikan buku-buku mereka dan memasukannya kedalam tas sekolah, sebelum mereka pulang mereka akan selalu menyapu kelas dan menata kursi apabila mendapat giliran piket.

"Lo pulang dijemput sopir nggak, Run?" tanya Zara.

Aruna mengangguk. "Zara pakai motor?" tanya Aruna balik.

Cewek sedikit tomboy itu mengangguk, dia memakai tasnya kemudian keluar bersama Aruna, cewek itu juga diam-diam mengamati Aruna yang tampak baik-baik saja sejauh ini. Jujur saja hatinya merasa lega melihat Aruna yang kembali seperti biasa, cewek imut itu kembali ceria berbeda dengan tadi pagi yang terus murung dan tampak gelisah.

"Oh iya besok kak Damian pulang, jangan lupa main ke rumah ya," celetuk Aruna.

Zara diam. "Kayanya gue nggak bisa, Run." kata Zara.

"Kenapa, masa kamu nggak kangen sama kak Dam?" tanya Aruna sedikit menggoda.

"Jangan-jangan kalian berantem ya!" tuduhnya.

"Udah ah nggak usah dibahas, gue sama abang lo nggak kenapa-kenapa. Besok gue cukup sibuk karena di rumah gue ada acara keluarga." kata Zara meyakinkan.

Aruna mengangguk polos, cewek itu kembali bersenandung kecil sambil melangkah ke gerbang depan menunggu jemputannya. Dia berpisah dengan Zara karena cewek itu akan pergi ke parkiran, saat nyaris sampai di gerbang Aruna teringat bahwa dia melupakan barangnya, itu adalah buku tugas geografinya yang dia taruh di loker.

Dengan langkah cepat cewek itu kembali masuk kedalam gedung sekolah menuju sebuah loker yang bertuliskan namanya, cewek itu membuka loker tersebut dan alangkah terkejutnya dia saat beberapa sampah serta sobekan kertas bertuliskan caci maki serta cemooh untuknya berhamburan di lantai. Aruna memungut sobekan-sobekan itu dan membuangnya ke tempat sampah tanpa membacanya, lebih baik langsung buang saja daripada dia harus sakit hati menghiraukan ujaran kebencian itu.

Kenapa harus kaya gini, memangnya aku salah apa, sih?

Masa harus merasakan di bully lagi?

Aruna menghela napas sejenak dan  kembali keluar setelah mendapatkan apa yang dia cari, cewek itu menatap sekeliling yang nampak begitu sepi. "Padahal kayanya baru sebentar aku dari sini, udah sepi aja." gumamnya sambil melangkah ke halte.

Langkah riangnya terhenti saat netranya menangkap sebuah motor beserta pengendaranya yang amat sangat dia kenal berada di halte sekolah, sudut bibir Aruna terangkat melihat punggung tegap itu ada disana, cowok itu memakai seragam sekolah dan juga menggendong tas lengkap memakai sepatu namun kemana perginya cowok itu dan kenapa tidak datang ke sekolah?

Habis bolos dari mana ya si kadal gurun jelek?

Datangin ah!!

Saat akan mendatangi Aiden lagi-lagi langkah Aruna terhenti saat sosok yang dia kenali itu tampak memberikan helm kepada cewek berambut cokelat terang, itu Nadine. Buku ditangan Aruna jatuh begitu saja, tubuh cewek itu mematung dengan mata yang tidak lepas menatap interaksi keduanya, tiba-tiba dia merasa hatinya bergemuruh dengan kepala berisik cemooh dari beberapa orang di kantin tadi.

"Aiden..." gumam Aruna dengan bibir bergetar.

Cewek itu menormalkan ekspresinya secepat mungkin dan buru-buru mengambil bukunya yang terjatuh, dia segera bersembunyi di pos satpam agar Aiden tidak melihatnya. Aruna dibuat syok dengan itu, bahkan Aiden tidak memberikan kabar padanya, tidak masuk sekolah dan apa yang dia lihat barusan? Aiden yang bernotabene sebagai pacarnya itu menjemput siswi baru bernama Nadine, mirisnya lagi Nadine adalah saudari kembar dari Nadira, orang yang paling Aiden cintai.

READENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang