Holaaa selamat malam minggu mantu-mantuku🙊
Selamat membaca, sesuai janjiku di hasil polling kmrn di ig kalau malam ini aku double up🥳
Next part aku up jam 21.00 WIB, kuyy ramaikan, jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian sebelum end kalau gamau menyesal🤩
◇◇◇
Berkali-kali Aruna mengatakan agar jangan terlalu terbawa perasaan, tapi nyatanya sesusah itu menolak pesona Aiden. Entah berapa kali Aruna dibuat jatuh hati oleh sikap manis Aiden, meskipun terlihat dingin nyatanya Aiden adalah sosok yang sehangat itu bagi Aruna.
Seperti pagi ini, gadis manis itu sudah berada di atas motor Aiden sambil memakai jaket milik cowok itu, sedangkan sang empu tengah membelikan dirinya semangkuk bubur ayam sebagai pengganti sarapannya yang tertunda. Diamatinya punggung tegap itu, punggung yang selama beberapa bulan ini menjadi tempatnya bersandar ketika lelah, menangis dan bahkan ketika dirinya sakit.
Sejanak Aruna merasa senang akan kehadiran Aiden yang mampu membangkitkan semangatnya sedikit demi sedikit, secara tidak langsung Aiden adalah alasan Aruna semangat ke sekolah dan menjalani hari-harinya. Seorang gadis yang oernah hampir kehilangan nyawanya itu seolah mendapat energi baru setelah bertemu dengan sosok Aiden.
Dalam lamunannya Aruna tenggelam, hingga tangan kekar milik Aiden mengusap wajahnya yang tengah termenung.
"Udah ya?" tanya Aruna.
Aiden mengangguk. "Sampai kelas langsung di makan, gue udah beliin air mineral juga." ucap nya.
Aruna mengangguk, tidak ada penolakan yang dia lontarkan karena Aiden hanya akan berdebat dengannya jika hal itu terjadi. Keduanya melanjutkan kembali perjalanan ke sekolah yang sempat tertunda tadi. Sesekali mereka berbicara dengan Aruna yang beberapa kali tergelak karena membicarakan hal yang lucu.
Mata tajam itu tertuju dengan wajah manis Aruna yang sedang tersenyum lebar, wajah indah itu terpantul dari kaca spion nya. Dalam hati Aiden bertanya-tanya, bagaimana cara Tuhan menciptakan manusia seindah Aruna, dari lubuk hatinya yang paling dalam Aiden selalu terpesona dengan sosok Aruna, ternyata selain Bunda nya ada sosok yang begitu indah bahkan ketika sosok itu hanya diam.
Manusia aesthetic yang kalau diam aja indah, gue rasa cuma lo pemenangnya, Run.
Dibalik helm fullface nya Aiden tersenyum, tangannya dia sengaja untuk memutar gas secara tiba-tiba membuat Aruna yang berada di belakangnya terkejut, hingga sebuah refleks mengantarkan diri Aruna untuk memeluk pinggang Aiden agar tidak jatuh terjengkang.
"Ihh, pelan-pelan bisa gak, sih??" gerutu Aruna.
"Ya." sahut Aiden seadanya.
Ya, begitulah Aiden, sikapnya sulit untuk dimengerti oleh Aruna. Dibalakang sana Aruna mendengkus kesal, dalam hatinya dia menyumpah serapahi Aiden, bagaimana jika tadi dia terjatuh? Atau lebih parahnya dia terjatuh lalu tergiling kendaraan yang berada di belakang mereka? Ya ampun, membayangkan nya saja Aruna merinding.
"Run, lo itu 'halu' buat gue." ucap Aiden dengan suara sedikit nyaring.
Aruna mengernyit. Tidak mengerti. "Maksudnya?"
Aiden tersenyum tipis. "Terlalu aesthetic buat dijelaskan, tunggu masanya."
Apa, sih? Aiden lama-lama gak jelas, ah!
Tidak memedulikan Aiden dengan segala isi kepalanya, Aruna memilih diam menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Hingga beberapa saat kemudian sampai lah keduanya di sekolah, seperti biasa Aiden seperti diberikan naluri untuk melepaskan helm dikepala Aruna seraya merapikan rambut lembut itu. Bukan. Itu lebih tampak seperti mengacak pelan, membuat sang empu menepis tangan Aiden tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
READEN
Teen Fiction#1 in lifeschool April 2023 "Jangan mencintai orang yang belum selesai dengan masa lalunya" Mungkin kebanyakan orang berpegang teguh dengan kalimat tersebut, tapi bagaimana ceritanya jika kita mencintai orang lama dan orang baru di waktu yang bersa...