Sesuai janji meskipun telat dikit mwehehe, asik ngedrakor nih.
Selamat membaca mantu-mantu sekalian💋 jangan lupa buat komen banyak-banyak!!◇◇◇
Ternyata kejadian kemarin cukup membuat jarak antara Aruna dan Aiden, gadis itu bahkan enggan untuk sekedar melirik cowok bermata tajam itu. Aiden pun heran, kenapa Aruna bisa semarah itu padanya padahal dia belum sempat menjelaskan apa-apa, hal ini terus menjadi pertanyaan dalam benaknya yang membuat dirinya tidak tidur sampai pagi.
"Lo kenapa sama Aruna, cok?" tanya Bara sambil menghisap rokok di tangannya.
Diam, Aiden tidak minat menjawabnya karena dia sendiri pun bingung harus menjawab bagaimana. Galang menepuk pundak Aiden menyodorkan sebungkus rokok dan langsung di terima oleh cowok itu, Aiden menyalakan rokoknya dan menghisapnya sambil memejamkan mata.
"Cerita bro, siapa tau kita bisa bantu." timpal Galang.
Aiden menghela napas sejenak sebelum menceritakan kejadian kemarin di lorong pojok. Bara, Alex dan Galang menyimaknya dengan seksama sampai cerita itu usai.
"Jadi, maksud lo ngasih itu ke dia buat apa?" tanya Alex serius.
"Nembak." jawab Aiden singkat.
Galang menatap ujung rokoknya yang menyala. "Lo serius sama dia, Den?" tanya Galang.
Aiden mengangguk mengiyakan.
"Kalau lo benar-benar serius sama Aruna, buktiin kalau lo udah move-on dari Nadira. Jangan lo jadiin dia pelampiasan dari semua rindu-rindu lo ke Nadira, jangan lo anggap Aruna adalah Nadira meskipun memang banyak kesamaan di antara mereka." ujar Galang serius.
"Gue tau, Den. Lo pasti merasa banyak dejavu sama Aruna, kalau lo serius sama perasaan lo buktiin sekarang." lanjut Galang.
"Dia beda, Lang. Kalau kalian bertiga mikir gue mau nembak dia karena dia banyak kesamaan sama Nadira maka kalian salah, Aruna itu spesial, dia berani, bahkan lebih berani dari yang gue kira." jelas Aiden.
"Gue cabut!"
Aiden pergi begitu saja meninggalkan tiga sahabatnya, cowok itu bertekad mencari Aruna di kelas mereka dan akan menjelaskan semuanya. Ternyata begitu sampai di kelas Aruna sedang tidak ada di sana, Aiden mencarinya hingga kantin dan perpustakaan namun tetap saja tidak menemukan Aruna.
Menyerah dengan pencariannya Aiden memutuskan untuk kembali ke kelas dan menunggu gadis itu disana, namun sebuah pemandangan tidak mengenakan melintas di depan mata Aiden. Lihat, gadis yang sejak tadi di carinya sedang tertawa dengan orang yang paling dia hindari di sekolah ini selain Rimba dan kawan-kawannya.
Aiden mendesis dan pergi begitu saja, dia juga tidak berniat untuk bertanya atau mencari tahu sedang apa keduanya. Intinya, Aiden benar-benar tidak suka melihat itu.
Di sisi lain Aruna tengah berbincang santai dengan seniornya di SMP dulu, dia adalah Aksa. Aksara Divanda Putra, salah satu teman dekat Aruna di SMP sekaligus kakak kelasnya, mereka berpisah karena Aksa menghilang begitu saja setelah acara kelulusan SMP dan baru bertemu kemarin sore saat pulang sekolah. Aruna senang bukan main, Aksa itu menyenangkan, baik hati pula, dan lagi dia seseorang yang sangat berprestasi.
Aksa juga ketua PMR, dan dulu sempat membantu Aruna mencari donor saat gadis itu mengalami kecelakaan.
"Kakak yang gak bilang kalau mau ke Jakarta." ucap Aruna disertai dengusan.
Aksa tertawa. "Buru-buru, hp gue juga yang jadul hilang di kereta makanya gak bisa hubungin lo." jelas Aksa jujur.
"Kan, bisa cari aku lewat instagram," protes Aruna tidak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
READEN
Teen Fiction#1 in lifeschool April 2023 "Jangan mencintai orang yang belum selesai dengan masa lalunya" Mungkin kebanyakan orang berpegang teguh dengan kalimat tersebut, tapi bagaimana ceritanya jika kita mencintai orang lama dan orang baru di waktu yang bersa...