Part 22 "Sapu Tangan & Hujan"

4.9K 680 73
                                    

Hello, selamat malam dan selamat membaca, coba spam komen yuk, share juga cerita ini ke teman-teman kalian♡♡

◇◇◇

Aruna berdiri di sebelah motor Aiden yang masih terparkir apik di tempatnya, tidak ada yang menyentuh motor besar itu. Bahkan Galang, Bara maupun Alex tidak kembali ke sekolah setah pergi tadi. Pikiran Aruna benar-benar tidak tenang, dia memutuskan menunggu Aiden di sini karena dia yakin sekali Aiden akan datang mengambil motornya.

Jam sudah menunjukan pukul setengah lima sore, Aruna tetap berada di posisinya tanpa memedulikan jika cuaca mulai mendung, dia tidak akan pergi sebelum bertemu Aiden. Tiba-tiba sebuah motor vespa kuno berhenti tepat di depannya, dia adalah Aksara, cowok itu mengajak Aruna pulang sesuai janjinya pagi tadi.

"Jadi, kan, pulang bareng?" tanya Aksa.

"Maaf kak, aku gak bisa pulang bareng kakak, aku lagi nunggu orang." ujar Aruna tidak enak.

Aksa melirik motor besar yang sangat dia kenali siapa pemiliknya. "Nunggu pacarnya?"

Aruna menggeleng cepat. "Bukan, bukan! Bukan pacar!" jawabnya.

Aksa mengangguk. "Cepat pulang ya, udah mau hujan. Gue duluan," pamitnya.

"Hati-hati, Kak!" ucap Aruna.

Aksa mengkat jempolnya. "See you besok, Runa. Jangan kehujanan."

Aruna mengangguk seadanya, bahkan mau badai topan pun yang datang kalau dia belum bertemu Aiden dia tidak akan pergi. Lagi pula kemana kiranya kadal gurun menyebalkan itu pergi, dia membuat cemas saja. Seharusnya dia tidak perlu merasa secemas ini hanya karena Aiden, memangnya mereka ada hubungan spesial? Mereka hanya teman biasa dan tidak seharusnya Aruna terlalu mengkhawatirkan cowok tersebut.

Cowok sialan!

Rintik hujan mulai turun membasahi bumi, Aruna tetap diam di tempatnya tidak berniat untuk meneduh, bahkan niat untuk beranjak saja tidak ada. Hal itu membuat sosok laki-laki yang berada di pos satpam sejak tadi berdecak, mata tajamnya yang sejak tadi mengawasi kini berubah menjadi tatapan menyerah, tubuh jangkungnya mulai bangkit dari posisinya dan melangkah menuju dimana gadis itu berada.

Aruna menunduk sambil mengamati sapu tangan itu, tiba-tiba air matanya jatuh bersamaan dengan air hujan yang membasahi dirinya. Jika benar Aiden adalah sosok Revan kecil yang dia cari maka betapa baiknya Tuhan mempertemukan mereka lagi, sosok pria kecil yang sangat berani menerobos hujan demi mengantarnya pulang dengan tangan kecil hangat yang mengenggam tangannya dibawah hujan.

Jederr!!

Aruna gemetar, dia memejamkan mata dengan tubuh kaku. Bahkan untuk menutup telinga saja dia tidak mampu, tangisnya mulai tampak, tubuhnya mulai bergetar dan terisak. Aiden dari kejauhan mempercepat langkahnya saat kilatan cahaya dan bunyi petir terdengar begitu menggelegar, cowok itu menarik Aruna untuk segera di rengkuhnya karena terlihat tubuh mungil itu bergetar.

Aruna yang menyadari akan kehadirannya kini menangis tambah parah, gadis itu tidak bersuara namun hanya isaknya yang terdengar. Mata bulat yang mulai sembab itu menatap Aiden, cowok bermata tajam itu membalas tatapan polos gadis manis di depannya dengan tatapan yang tidak bisa di jabarkan.

"A-aiden.." lirih Aruna tersendat.

Aiden menarik kepala Aruna untuk di dekapnya lagi. Aruna memeluk erat sosok yang ditunggunya sejak tadi, dia benar-benar takut sekarang, dia merasa dejavu dengan kejadian bertahun-tahun lalu.

"Aiden, takutt.." cicit Aruna.

"Jangan takut, ada gue, kita sama-sama ya." sahut Aiden.

Flashback**

READENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang