1. Terjerat Dalam Luka

350 41 75
                                    

💙Selamat Membaca💙







Sangaji masih menatap tidak percaya amplop yang tergeletak malang di meja kerjanya. Surat dari pengadilan agama yang menyatakan bahwa dia dan Shinta, istri yang selalu dibanggakannya telah resmi bercerai. Sebenarnya surat itu telah dia terima kemarin, tetapi entah mengapa lelaki itu enggan membuka dan membacanya di rumah.

Setelah semua yang mereka lalui bersama benarkah Shinta menyerah begitu saja? Rasanya sulit menerima semua ini dengan akal sehat. Dia dan Shinta menjalin hubungan sejak mereka masih kuliah dan kini tiba-tiba kandas begitu saja dengan alasan Shinta tidak mau menghabiskan sisa hidup bersamanya karena tidak bisa memiliki keturunan. Bagaimana dengan mimpi dan janji yang mereka ucapkan sewaktu muda dulu? Akan menerima kekurangan masing-masing, selalu bersama dalam suka dan duka. Apa yang sebenarnya terjadi pada wanita yang hingga kini masih dicintainya itu. Benarkah hanya karena masalah keturunan bisa merubah perasaan wanita itu padanya? Entahlah, sampai saat ini Aji belum bisa menerima alasan wanita pujaan hatinya itu.

Lelaki itu menyadari, bahwa kekurangan dalam dirinya memang cukup beralasan untuk membuat Shinta pergi dari hidupnya, tetapi haruskah menunggu hingga selama ini? Mengapa tidak saat mereka sama-sama tahu kenyataan itu beberapa tahun yang lalu Shinta meninggalkannya. Setelah dia mempercayakan masa depan dan hati bahkan seluruh hidupnya kepada wanita itu, tetapi kini dia di campakkan begitu saja?

Menatap amplop itu sekali lagi, akhirnya Sangaji memutuskan untuk mengambil dan membuka kemudian membacanya perlahan. Setelah itu dia kembali memasukkannya ke dalam amplop dan menyimpannya ke dalam tas kerjanya. Lebih dari sekedar rasa sakit yang kini Aji rasakan, bahkan ada perasaan terhina dan merasa tidak berguna.


Meja kerja di depannya kini pun telah rapi, barang-barang pribadi miliknya sudah dia bereskan dan dimasukkan ke dalam dus untuk dibawa pulang nanti. Ya, Sangaji memutuskan keluar dari tempat kerjanya. Bukan keputusan yang mudah memang bagi lelaki itu, tetapi tidak ada pilihan lain. Tidak mungkin dia bertahan di sini dan melihat wanita yang dulu mendampinginya dalam suka dan duka kini berada di pelukan lelaki lain. Bukankah itu sangat menyakitkan? Bahkan lelaki itu adalah salah satu teman kerjanya sendiri. Oleh karena itu, dia putuskan untuk menjauh, mengurai lara dan berharap bisa menyembuhkan luka di tempat baru nanti. Tidak ada niat lain selain itu yang dia pikirkan, bahkan menurutnya cinta hanya kiasan untuk memperindah kata saja.

Kadang Sangaji bertanya, dosa apa yang pernah dia lakukan sehingga hidupnya hancur begini. Di usia yang tidak lagi muda, seharusnya dia bahagia dan nyaman di samping istri tercintanya. Namun kenyataannya, semua ini terjadi pada hidupnya sekarang. Bukan hanya melepas wanita tercintanya, bahkan dia pun melepaskan karier yang telah lama dia bangun.

"Pak Aji, sudah di tunggu untuk acara perpisahan." Sebuah suara membuyarkan lamunan Sangaji.

"Oh, iya Pak Kus, saya siap-siap segera ke sana." Sedikit tergagap, Aji menjawab.

Yang di panggil Pak Kus mengangguk sambil tersenyum, walaupun lelaki itu jelas melihat gurat kesedihan yang begitu besar dari wajah Aji.

Segera merapikan penampilannya, Aji bergegas keluar dari ruang kerja dan melangkah ke aula, di mana acara perpisahan dari rekan kerja untuknya di gelar.

Sangaji melangkah gontai, melewati beberapa ruang kelas yang terlihat kosong menuju aula yang ada di dalam area sekolah itu. Senyum samir tercetak di bibir yang telah lama tidak bersentuhan dengan nikotin itu. Jika boleh jujur, sesungguhnya dia tidak rela jika harus meninggalkan tempat ini. Banyak sekali yang telah dia lewati di tempat ini. Bukan hal yang mudah juga dia bisa berada dan mengajar di sekolah ini. Namun, demi kebaikan hatinya sendiri, dia harus berani mengambil keputusan ini.

Bukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang